Apa Itu Dzikir
Agama bukan untuk mendapatkan kekuasaan duniawi. Dalam kata-kata Yesus, untuk meraih “kerajaan surga.” Diin ini hanya memungkinkan dengan jalan meraih realitas esensial diri.
Bagaimana agar orang bisa mendapatkan ilmu mengenai diri?
Melalui otak, tentunya!
Keberhasilan kita ditentukan oleh sejauh mana kita menggunakan kapasitas otak kita. Semakin luas cakupan kapasitas perenungan kita, semakin obyektif kita memandang sesuatu dan semakin kuat ruh kita jadinya, memungkinkan kita untuk mengenal realitas Allah.
Namun bagaimana kemajuan semacam itu terjadi di dalam otak?
Sebagaimana telah saya jelaskan panjang lebar di dalam buku Kekuatan Doa – Menyalurkan Gelombang Otak Melalui Dzikir, itu dicapai melalui amalan yang dikenal sebagai dzikir!
Benar sekali, dzikr adalah kunci kepada semua hal di atas.
Sebagai makna yang pertama, dzikir dikenal sebagai mengulang-ulang doa-doa tertentu atau nama-nama Allah. Makna ke dua mencakup mengingat dan merenungkan. Lebih jauh lagi, dzikir berarti juga mengkaji dan menyelami sebuah makna sedemikian rupa sehingga menghasilkan perenungan yang luas lagi dalam.
Berikut beberapa ayat dari Al-Qur’an berkenaan dengan pentingnya dzikir:
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah harta duniawi dan anak-anak kalian menghalangi kalian dari mengingat Allah (mengingat diri esensial kalian, dan memenuhi ketentuan-ketentuannya). Dan barangsiapa yang berbuat demikian – mereka lah orang-orang yang rugi!” (Al-Quran 63:9)
“Mereka (benda-benda/berhala-berhala sembahan mereka) akan mengatakan, ‘Subhan[1], Engkau! Mustahil bagi kami mengambil pelindung selain Engkau. Tapi apabila Engkau memberikan kenikmatan bagi mereka dan bapak-bapak mereka, mereka melupakan ilmu mengenai realitas dan memuaskan diri dalam kesenangan-kesenangan jasmaniah yang pada akhirnya menuntun mereka kepada kehancuran mereka.’” (Al-Quran 25:18)
“Dan barangsiapa dibutakan (dengan hal-hal eksternal) dari mengingat Yang Rahman (mengingat bahwa realitas esensialnya tersusun dari Nama-nama Allah dan karenanya dari menjalani ketentuan-ketentuan ini), Kami angkat baginya Setan (khayalan, ide bahwa dirinya hanyalah tubuh dan bahwa hidup harus dijalani untuk mengejar kesenangan jasmaniah) dan (keyakinan) ini akan menjadi identitasnya yang (baru). Dan sungguh, ini akan memalingkan mereka dari jalan (realitas) sedangkan mereka mengira bahwa mereka berada di jalan yang benar!” (Al-Quran 43:36-37)
“Setan (kejasmanian; ide bahwa diri hanyalah tubuh fisik belaka) telah menguasai mereka dan membuat mereka lupa akan Allah (realitas diri mereka yang telah diperingatkan kepada mereka, dan bahwa mereka akan meninggalkan tubuh mereka serta hidup kekal sebagai ‘kesadaran’ yang terdiri dari Nama-nama Allah!). Mereka (yang selalu menerima dorongan-dorongan setan dan mengira dirinya hanya tubuh fisik belaka) adalah sekutu Setan. Perhatikanlah, sangat pasti, sekutu-sekutu Setan adalah orang-orang yang sangat merugi!” (Al-Quran 58:19)
Ketiadaan mengingat dalam bentuk dzikir mungkin merupakan kekurangan terbesar dalam hidup kita. Mereka yang otaknya tidak memiliki kekuatan dzikir sangat rentan terhadap manipulasi bangsa jin.
Berada dibawah pengaruh Setan akan menunjukkan realitas yang jauh lebih besar dibanding perkiraan orang yang dipengaruhinya. Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa kebanyakan ras manusia berada dibawah pengaruh jin:
“Pada Hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua (dan mengatakan), ’Hai komunitas jin, kalian sungguh telah merasuki (menyesatkan dari realitas) begitu banyak manusia’…” (Al-Quran 6:128)
Satu-satunya dan senjata paling ampuh yang dimiliki manusia untuk melawan jin, yang paling sering muncul dengan menyamar sebagai alien atau mahluk luar angkasa, adalah dzikir.
Ciri yang paling nampak dari orang-orang yang berada dibawah pengaruh jin adalah ucapannya yang bukan-bukan, tidak logis dan bertentangan.
Al-Qur’an menasihatkan untuk membaca ayat berikut sebagai dzikir atau sebagai doa agar terlindung dari mereka:
“Rabbi annii massani asy-syaythaanu binushubin wa `adzaabin, rabbi a`uudzu bika min hamazaati asy-syayaathiini wa a`uudzu bika rabbi an yahdluruuni, wa hifzhan min kulli shaythaanin maaridin” (Al-Quran 38:41, 23:97-98, 37:7)
“Rabb-ku (realitas Nama-nama yang menyusun esensiku)! Setan (mekanisme internal [ego] yang mengangkat keberadaan khayal dan menghijab Realitas Absolut) meresahkan dan menyiksaku. Rabb-ku, aku berlindung kepadaMu dari hasutan Setan, dan aku berlindung kepadaMu dari kehadiran pengaruh Setan di sekitarku. Dan Kami telah memberikan perlindungan dari Setan yang tertolak.”
Rokok merupakan sumber nutrisi yang paling menonjol bagi bangsa jin. Karena hal ini, mereka tidak pernah meninggalkan para perokok. Lagi-lagi, dzikir dan doa adalah satu-satunya cara yang dapat melindungi diri dari pengaruhnya.
Doa dan dzikir memungkinkan otak untuk menghasilkan energi pelindung, yang dapat melindungi otak dari impuls-impuls yang dikirim oleh jin, baik dengan melemahkannya ataupun dengan menolaknya sama sekali.
Sebenarnya, energi pelindung yang dipancarkan oleh otak ketika berdzikir membentuk medan perlindungan di sekeliling orang yang mengamalkannya.
Sesungguhnya, tujuan utama kita dalam hidup semestinya adalah mengembangkan dan memperkaya otak kita melalui dzikir untuk mengenal diri dan lingkungan kita. Karena otak kita memiliki potensi yang ada diluar imajinasi kita, sekiranya kita dapat mengendalikan kekuatannya!
Hanya setelah itu kita bisa melihat kedalam realitas manusia, susunannya, mekanismenya, fitur-fitur melekatnya serta cara mengoptimalkannya melalui dzikir dan doa.
Ahmed Hulusi
1989
[1] Yang Esa yang menciptakan manifestasi baru di setiap saat dan sama sekali bebas dari pembatasan mereka.