Membaca Peta Harta Karun!
Pada suatu hari seorang petani menemukan lembaran catatan yang terbungkus plastik ketika dia membajak sawahnya yang bertuliskan: “Baca ini untuk menemukan harta karun!”
Namun tulisan selanjutnya berbahasa asing sehingga sang petani membawanya kepada Imam di kampungnya, yang menurut dia adalah orang hebat, bahkan mungkin seorang wali di jamannya!
Sang Imam telah menamatkan kursus Al-Qur'an dan mengenal huruf Arab. Maka dia pun membaca tulisan itu dan mengatakan: “Isinya mengatakan 'Bacalah ini untuk menemukan harta karun' dan di sini ada doa dalam bahasa Arab! Kita mesti memperbanyak doa ini dan membagikannya kepada setiap orang di kampung secepatnya!”
Maka dengan tangan sucinya, sang Imam berkali-kali menyalin ulang doa tersebut dan memberikannya kepada setiap rumah-tangga di kampung itu!
Kini, setiap orang membaca doa 15 baris yang ditulis sang Imam dalam huruf yang dikenali penduduk kampung.
Setelah beberapa lama, sang Imam mengumumkan: “Saudara- saudari sekampung, nampaknya membaca doa ini sekali sehari tidak memberikan kebaikan kepada kita, mari kita mulai membacanya sekali di pagi hari dan sekali lagi di malam hari...
Tentu akan ada keajaiban karenanya!”
Setelah beberapa lama lagi, mereka memutuskan untuk membacanya 40 kali sehari, kemudian 100 kali sehari... Dan seterusnya...
Secara alami, sebagian orang mulai mengeluh: hasilnya... Tak ada harta karun!”
“Omong kosong! … Ini hanya kebohongan!” “Ini tak ada Sementara itu, yang lainnya masih tekun membacanya... Beberapa bulan telah berlalu, namun tak ada harta karun yang ditemukan... Lalu pada suatu hari, seorang pelancong singgah di kampung itu. Setelah shalat Isya di masjid, dia mendengar jamaah sedang membaca doa yang belum pernah dia dengar sebelumnya. Dia mendekati sang Imam ketika hendak meninggalkan masjid dan meminta kepadanya selembar salinan dari doa itu.
Malam hari, setelah semua orang pulang ke rumah masing- masing, laki-laki itu menyalakan lilin di penginapan dimana dia tinggal dan mulai membaca doa berbahasa Arab yang didapat dari sang Imam.
Dengan lilin di tangan yang satu dan lembaran doa di tangan yang lain, dia keluar dari penginapan, dan berjalan menuju pohon sikamor besar di tengah-tengah perkampungan. Sambil membaca, dia berjalan menuju sungai di sebelah Utara kampung, kemudian membaca lagi doa berbahasa Arab itu (!) dan mendekati pohon willow yang menjurai di atas sungai. Dengan mengikuti petunjuk dari doa tersebut (!), di mengarahkan pandangannya ke arah perkampungan, kemudian melangkah 21 langkah, dan mulai menggali tanah di bawah batu yang di temukannya...
Tidak lama kemudian, dia menemukan kotak kayu yang penuh dengan koin emas! Dia mengambilnya dan melanjutkan perjalanannya...
'Doa' yang dibaca penduduk kampung itu selama berbulan- bulan benar-benar petunjuk harta karun! Masalahanya, para penduduk iTuhanya membacanya tanpa kesadaran untuk memahaminya! Sang pelancong, bedanya, MEMBACAnya, memahaminya dan menerapkann ya, dan menemukan harta karun itu! Sementara penduduk kampung itu terus membaca doa itu yang ditulis sang Imam dengan huruf yang mereka kenali tanpa mengetahui apa yang sebenarnya mereka baca!
Benar, mereka membaca...
Persis seperti para petani pengikut sang Imam... Mereka membaca sebatas untuk membaca...
Atau mencoba membaca, atau mungkin tak bisa membaca...
Dalam buku Tuntunan Doa dan Dzikir, saya membahas bagaimana 'meskipun tidak memahami makna dari doa atau dzikir tertentu, membacanya masih akan memberikan manfaat kepada pembacanya.” Itu karena berkaitan dengan bekerjanya mekanisme ini, dan hasilnya tidak berkaitan dengan keyakinan atau sosok tuhan di langit!
Namun, bagaimana mestinya kita MEMBACA?
Orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad (saw) akan beriman kepada dan paham akan yang Esa yang bernama Allah, berdasarkan keterangan yang diberikan dalam surat al-Ikhlas.
Atau mereka menjadi sadar akan jagat holografik, yang juga akan membawa mereka kepada realitas yang sama! (Bagi mereka yang menuduh saya bahwa saya mengklaim 'Allah itu energi' perlu mencatat bahwa saya mengatakan 'akan membawa mereka kepada realitas yang sama', saya tidak mengatakan 'itu adalah realitas yang sama'. Berhentilah dari merendahkan diri Anda sendiri!)
Berdasarkan semua hal yang saya bahas dalam bab-bab sebelumnya, jelaslah bahwa esensi manusia meliputi dimensi Rububiyyah dan Rabb-nya sendiri, yang keberadaannya berasal dari Nama-nama Allah! 'Dimensi' ini bukanlah dimensi ruang eksternal melainkan di dalam struktur yag menghubungkan esensinya dengan kesadarannya! Karena berlaku pada semua mahluk, kita mengatakannya Rabb-nya seluruh alam!
Menurut realitas holografik, setiap unit perwujudan hadir di dalam ilmu mengenai TITIK yang meliputi jagat yang banyak, Arasy (Singgasana), Kursi, dan seluruh langit dan segala isinya!
Manusia, yang diciptakan dari tiada, pada dasarnya tetap tiada, karena yang ada hanya yang Esa yang disebut 'Allah'! Itulah sebabnya ada kalimat “Laa ilaaha– tidak ada Tuhan atau ketuhanan”!
Karenanya, manusia dinasihati untuk melihat kepada realitas dirinya, yakni kepada fitur-fitur dimensional yang berkenaan dengan sifat-sifat Rububiyyah[1], Malikiyyah[2], dan Ilahiyyah[3] dari Allah di dalam esensi dirinya!
“... Dan Dia beserta kalian (asal keberadaan kalian) dimanapun kalian berada (karena realitas kalian hadir dengan Nama-namaNya)... (Ini menunjuk kepada kesatuan wujud diluar ilusi dualitas).” (Al-Qur'an 57:4)
“Dan jika kamu mengutarakan pikiranmu (atau menyembunyikannya), ketahuilah sungguh Dia mengetahui rahasia itu (di dalam kesadaranmu) bahkan yang lebih dari itu (Nama-nama sebenarnya yang menyusunnya).” (Al-Qur'an 20:7)
Ini karena Anda tidak sedang berdoa kepada sesuatu di luar dan yang jauh dari Anda!
Yang Malik dalam surat al-Fatihah juga menunjuk pada hal ini:
“Iqra kitabaka kafa bi nafsika l-yawma 'alayka hasiba”.
“BACAlah ilmu (kitab) kehidupanmu! Cuku plah dirimu sendiri (kesadaranmu) terhadapmu di tahap ini sebagai penghisab (saksikan hasil dari pikiran-pikiran dan tindakan-tindakanmu selama kehidupan duniawimu agar kamu tidak menghakimi orang lain).” (Al-Qur'an 17:14)
Selaras dengan realitas holografik, Nama 'Hasib' hadir di dalam diri kita pada dimensi Rububiyyah. Maka, tindakan pertanggungjawaban bukannya kepada Tuhan yang jauh di luar sana! Kita mempertanggungjawabkannya kepada Malikiyyah-nya yang Esa yang bernama Allah di dalam esensi kita pada 'yawm ad-Din' 'sekarang ini' dan selama-lamanya yang diatur oleh ketetapan agama – sunnatullah. Bukannya pada hari-hari yang jauh nanti, yang berabad-abad lamanya!
Inilah sebabmya, sebelum membaca Al-Qur'an, para ahlul hal (orang-orang yang merasakan realitas) mengucapkan “B-ismi LLAHI-r-Rahmani-r-Rahim” yang dimaknai sebagai “pada setiap saat, realitasku mewujud dengan fitur-fitur dan Rahim-nya Allah”!
Jadi, shalat adalah merasakan realitas ini!
Rahman Ayat Kursi pun menekankan beragam tingkatan dan fitur- fitur dari yang Esa yang namaNya 'Allah', yang hadir dalam esensi manusia, memaksa manusia untuk mengingat dan mengkajinya! Berbeda dengan sifat alami manusia yang cenderung tidur, ayat ini mengarahkan perhatian kepada aspek di dalam esensi manusia yang tak pernah tidur.
Sedangkan ayat-ayat yang dimulai dengan kata “Katakanlah” mengajak kita untuk membacanya. Ayat-ayat ini sebenarnya mendorong pemBACA untuk merasakan makna-maknanya.
Ayat-ayat ini tidak menyiratkan bahwa kita berpaling kepada Tuhan langit dan memohon pertolonganNya, melainkan semata mengabdi kepada yang Esa yang namaNya 'Allah' dengan melihat dengan sepatutnya dimensi-dimensi di dalam esensi kita yang menyusun wujud dan realitas kita yang sejati.
Tentu saja, ini adalah pemahaman saya sendiri yang tidak mengikat siapapun...
Sayangnya, saya melihat bahwa berbagi pemahaman saya tentang Allah, sebagaimana disingkapkan oleh Nabi Muhammad (saw), hanya 'memperbaharui' pemahaman orang-orang tentang Tuhan yang agung di luar sana!
Sementara ayat berikut jelas-jelas menjelaskan ketidakabsahan ketuhanan setelah mengimani yang Esa yang bernama Allah:
“Janganlah berpaling (men ganggap adanya) sosok tuhan (wujud kekuasaan eksterior atau diri khayalmu) disamping Allah. Karena tidak ada Tuhan. Hanya ada HU! Segala sesuatu (mengingat kebendaannya) adalah tiada, hanya wajah HU (hanya yang berkenaan dengan Realitas Absolut) yang ada!” (Al-Qur'an 28:88)
Sebagian orang tidak memfanakan keberadaan mereka; mereka sekedar menyadari ketiadaan mereka terhadap Allah...
Dan sebagian lagi menciptakan sosok 'tuhan' untuk mengagungkan (identitas) 'diri mereka sendiri' dan menjadi yang 'teragungkan' di dunia ini dan di akhirat kelak!
Sungguh, orang-orang yang menerima agama Islam dengan menyadari 'ketiadaan' mereka dan menerima realitas bahwa hanya yang Esa yang bernama Allah yang ada, telah membaca peta harta karun yang dibawa Nabi Muhammad (saw) dan telah mengikuti perintah-perintahnya. Mereka telah membaca Al-Qur'an dan menyingkap rahasia-rahasia yang disampaikannya;mereka telah memBACA yang Esa yang bernama Allah dan seluruh alam yang diciptakannya dengan nama-namaNya serta sistem dan tatanan di tempat mereka hidup, dan sebagai hasilnya mereka menemukan harta karun yang tiada terhingga besarnya di dalam esensi dirinya!
Sementara yang lain menghambur-hamburkan hidupya dengan gosip dan kabar-angin...
Sebagaimana perkataan Yunus: “Yang lainnya dari sekawanan yang telah berlalu..”
6 Mei 2005
Raleigh – NC, USA