Mengapa menyingkap Al-Qur'an dari perspektif Sufi?
Al-Qur’an menyapa kaum intelek. Dari sudut yang paling mendasar, Kitab ini mengusung dua kebenaran.
1. Tidak ada ‘tuhan di luar sana’ yang mengatur keberadaan dari jarak jauh. Hanya ada yang Esa yang ditunjuk dengan nama ‘Allah.’ Wujud inilah, yang menyusun realitas esensial manusia, yang ilmu mengenainya mesti dikejar oleh manusia.
2. Manusia – dari sudut Nama-nama dan fitur-fitur Allah yang menyusun esensi dirinya – bersifat kekal. Oleh karena itu, dia harus menyelaraskan hidupnya sesuai dengan potensi tak berujung yang melekat di dalam dirinya.
Berkenaan dengan ‘B-ismillahir-Rahmanir-Rahim’, huruf ‘Ba’ dalam Al-Qur’an menunjuk kepada kebenaran hakiki ini. Sebenarnya, realitas yang disimbolkan oleh oleh huruf ‘Ba’ merupakan landasan inti bagi semua faham Sufisme di sepanjang masa. Sebaliknya, jika kebenaran ini tidak difahami, mau-tidak-mau, Al-Qur’an akan disalah-fahami sebagai kitab yang merujuk tentang tuhan di langit sana. Padahal, Allah adalah dzat Tunggal kekal tiada batas, menghapus semua konsep adanya ‘yang lain’ dari sudut pandang ruang dan dimensi!
Dalam ‘Menyingkap Sandi Al-Qur’an’, pembaca diberi kesempatan untuk membaca melalui lensa-lensa realitas ini.