Allah Bukanlah Tuhan
Mari bertanya kepada kesadaran kita dan berpikir…
Apakah tuhan yang kita yakini atau tidak kita yakini, yang kita bayangkan dengan beragam pengkondisian yang kita alami, sama dengan Allah yang diungkapkan Nabi Muhammad (saw)?
Dapatkah kata dan konsep tuhan diterapkan kepada Allah yang diungkapkan oleh Nabi Muhammad (saw)?
“Dan mereka tidak menghayati Allah sebagaimana mestinya.” (Al-Qur’an 6:91)
Posisi tuhan di hadapan Allah adalah sama dengan posisi seorang hamba! Karena keduanya merupakan bentuk makna-makna di dalam ilmu Allah.
“Segala sesuatu akan lenyap, kecuali wajahnya HU.” (Al-Qur’an 28:88)
Segala sesuatu dari sudut kebendaannya adalah tiada. Hanya aspek yang berkenaan dengan HU yang ada!
“Wa yabqa wajhu Rabbika Dzul Jalali Wal Ikram”
“Dan kekal lah wajah Rabb-mu (realitas Nama-nama yang menyusun esensimu), Ddzul-Jalali Wal-Ikram.” (Al-Qur’an 55:27)
Hanya makna dari Nama-nama yang berkenaan dengan Dzul-Jalali Wal-Ikram[1] yang kekal.
“Fa aynama tuwallu fasamma wajhullah”
“Maka kemanapun kamu menghadap, ada wajah Allah di sana.” (Al-Qur’an 2:115)
Kemanapun Anda memandang, Anda akan berhadapan langsung dengan manifestasi Nama-nama Allah.
Kata wajah (dalam bahasa Arabnya wajh) bisa digunakan untuk menunjuk kepada lebih dari satu arti.
Jika dikatakan ‘Anda akan melihat wajh-nya Nabi Muhammad’ jelas-jelas mengacu kepada paras/wajahnya Nabi Muhammad. Tapi jika digunakan dalam Al-Qur’an, kata wajh menunjuk kepada arti yang lain. Meskipun masalah ini telah saya jelaskan dalam buku-buku saya yang lain, saya juga ingin mengulasnya secara ringkas di sini.
Ayat: “Segala sesuatu akan lenyap, kecuali wajahnya HU” jangan diartikan sebagai suatu hari, dari sudut pandang waktu dunia, akan datang ketika segala sesuatu akan musnah… Pada hari kiamat, ya, ini benar-benar akan terjadi. Namun, sekarang ini, kita lebih memperhatikan tentang maknanya bagi kita di saat sekarang ini.
Kata ‘lenyap’ berlaku untuk semua waktu, termasuk waktu sekarang ini. Menurut orang-orang yang tercerahkan, ini dilihat terus-menerus, nampak jelas dari ayat “Maka kemanapun kamu menghadap, ada wajah Allah di sana”.
Rahasianya adalah bahwa: Karena kurangnya wawasan, banyak yang tidak dapat melihat wajah Allah, yang meliputi esensi dari setiap keberadaan.
Sungguh, kemanapun Anda menghadap dengan wawasan dan kesadaran, Anda dapat melihat yang Maha Agung, karena Dia itu Kekal dan Hadir di mana-mana!
Yakni bahwa Allah selalu hadir, kemarin, hari ini, besok dan selamanya!
Hijab terbesar bagi wajah yang agung adalah label atau nama yang diberikan kepada benda tertentu. Label ini menjadi hijab kepada makna dari wajah. Wujud dibalik hijab ini dan makna-makna yang menyusunnya mendapatkan keberadaannya dari makna-makna Nama-nama Allah.
[1] Yang Esa yang membuat individu-individu mengalami ‘ketiadaan’-nya dengan memungkinkan mereka memahami realitas bahwa mereka diciptakan dari ‘tiada’ dan kemudian menganugerahi mereka dengan ‘Kekekalan’ dengan memperkenankan mereka untuk melihat manifestasi Nama-nama yang menyusun esensi mereka.