Nama-Nama
Kata ‘Allah’ adalah sebuah nama!
Sebuah nama adalah kata yang menunjuk dan Allah bukanlah nama yang menunjuk kepada sosok tuhan/dewa.
Sungguh, nama ini tidak digunakan untuk merujuk kepada konsep tuhan sama sekali!
Nama ini digunakan untuk mengarahkan perhatian kita; kita diminta untuk merenungkan kepada apa nama Allah menunjuk, agar kita bisa menguak kebenarannya…
Sekarang, jika Anda telah membaca beberapa buku saya, atau pernah melihat foto saya di suatu tempat, kemudian seseorang bertanya kepada Anda ‘Apakah Anda kenal Hulusi?’, seberapa realistikkah jawaban Anda jika anda mengatakan ‘Ya, saya kenal beliau’? Sejauh apakah sebuah foto atau beberapa buku, yang menggambarkan pikiran-pikiran saya selama selang waktu kehidupan saya, dapat menyingkapkan kepribadian saya? Orang-orang menghabiskan masa hidupnya bersama-sama, namun tetap saja tidak saling mengenal satu dengan lainnya! Yang benar-benar dapat Anda ketahui tentang Hulusi, berdasarkan hal ini, adalah tampilan fisiknya dan bahwa dia adalah seorang Sufi.
Seberapa banyak sebuah karya seni dapat menggambarkan senimannya? Yang bisa Anda tangkap dari sebuah karya seni adalah pikiran-pikiran dan imajinasi dari senimannya pada saat karya seni itu dibuat. Tidak lebih dari itu.
Lalu bagaimana mengenai kepribadian senimannya? Tidak dikenal!
Maka, jika nama Hulusi hanyalah sebuah kata yang merujuk kepada pengarang buku-buku ini, dan jika mustahil untuk mengetahui Hulusi berdasarkan namanya, serupa dengan itu, mustahil pula untuk mengenal keberadaan/wujud yang ditunjuk oleh nama Allah hanya berdasarkan namaNya semata.
Maka, jika kata Allah hanyalah sebuah nama yang digunakan untuk menyalurkan pemahaman kita terhadap realitas tertentu, realitas apakah ini?
Jika kita ingat bahwa kalimat tauhid, La ilaha illallah, menolak semua konsep tuhan dan menegaskan bahwa hanya Allah yang ada, maka itu berarti bahwa:
Semua benda yang terindera dan tidak terindera oleh manusia, yakni semua bidang/latar keberadaan relatif dan absolut, adalah proyeksi peristiwa sesaat tunggal di hadapan Allah! Ia hanyalah satu peristiwa sesaat (instance), menurut HU, di antara peristiwa-peristiwa sesaat lainnya yang tak-hingga jumlahnya!
Segala sesuatu yang kita indera, yang tak terindera, yang kita kenal atau tidak kita kenal, yang kita rancang atau bayangkan, semuanya terkandung dalam peristiwa sesaat tunggal sebagai proyeksi dari yang Esa yang diberi nama Allah.
Dihadapan HU, peristiwa sesaat ini merupakan sebuah titik.
Titik ini, menurut kita, merupakan titik sumber perwujudan.
Manusia, jin, para malaikat, dan semua jagat di dalam jagat persepsi, semuanya terwujud dari titik tunggal ini.
Renungkan sebuah titik tunggal di tengah-tengah ketakhinggaan!
Diciptakan sebagai titik, dari sudut ilmunya wujud universal merupakan Akal Pertama (Aql-I Awwal); dari sisi hidupnya merupakan Ruh Agung (Ruhul ‘Azam), dari esensinya merupakan Realitas Muhammad (Haqiqat-I Muhammadiyyah), dan dalam istilah personifikasinya disebut Manusia Sempurna (Al-Insan Al-Kamil). Ini adalah wujud yang ditunjuk oleh nama HU!
Namun demikian…
Keberadaan personifikasi ini hanyalah sebentuk ilmu di dalam ilmunya Allah, yang memperoleh wujudnya dari nama-nama HU. Oleh karena itu, wujudnya tidak bisa independen dari titik itu.
Semua sifat dan nama-nama yang terindera, dan tindakan-tindakan yang dapat diamati di dalam jagat absolut yang telah diciptakan dari titik itu, semuanya karena HU yang mewujudkan DiriNya di setiap saat lagi-lagi dengan cara yang menakjubkan!
Kesadaran akan titik yang berkenaan dengan Manusia Sempurna, yang hanya terdiri dari titik tunggal atau instans (peristiwa sesaat) di antara instans-instans lainnya di hadapan Allah, berada di luar jangkauan ilmu dari seseorang yang telah mencapai tingkat kesadaran Diri Yang Rida (Nafs-I Mardhiya) dan tidak serupa dengan wujud yang ditimbulkan.
Istilah tak-hingga dan tak-berbatas hanya berlaku dari sudut pandang mewujudkan nama-nama dan sifat-sifat HU melalui Manusia Sempurna; di luar titik itu tidak berlaku.
Manusia yang mendapatkan wujudnya di dalam titik itu, tidak memiliki wujud di titik itu (dahr)!
Sekarang, mengingat semua ini, marilah kita melihat tempat dari kata Allah, kata rujukan yang menunjuk keluar batas titik untuk menandai titik-titik tak-hingga dari sisi yang DILUAR JANGKAUAN, dalam bahasa umum sehari-hari!...