Mari kita dengar jawabannya dari Anas (ra):
Rasulullah (saw) berkata:
“Ketika seorang hamba ditempatkan di dalam kubur, dia akan mendengar langkah yang menjauh, dan dua malaikat akan muncul di hadapannya, mereka akan membuatnya duduk dan bertanya kepadanya: “Apa pendapatmu tentang laki-laki yang bernama Muhammad?”
Jika dia seorang yang beriman, dia akan menjawab, “Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah.” Kemudian mereka akan mengatakan, “Lihatlah tempatmu di neraka. Allah telah menggantinya dengan tempat ini di surga.” Setelah itu dia akan melihat kedua tempatnya itu yang di neraka dan di surga.
Jika dia seorang yang tidak beriman dia akan mengatakan, “Aku tidak memiliki pengetahuan yang pasti. Aku hanya mengetahui apa yang aku dengar dari orang lain.” Akan dikatakan kepadanya, “Kamu gagal untuk mengenal dan mengetahuinya”. Dia akan di palu dengan keras sehingga segala sesuatu selain manusia dan jin akan mendengar jeritannya”
Mari akhiri topik ini dengan hadits berikut:
“Orang yang meninggal akan tersiksa oleh ratapan kerabat dan teman-temannya”
Ada banyak lagi peringatan dari Rasulullah berkaitan dengan topik ini. Bagi mereka yang tertarik dapat merujuk kepada kitab-kitab hadits.
Hal yang penting adalah bahwa orang tersebut tidaklah mati, dia hanya merasakan kematian!
Dengan kata lain, kematian adalah hal yang dialami ketika seseorang kehilangan kendali atas tubuh materialnya dan melanjutkan hidupnya dengan semacam tubuh gelombang holografik yang disebut ruh.
Karenanya, setiap orang yang dikuburkan tetap sadar sepenuhnya! Dan mereka akan tetap ada dengan keadaan ini hingga Hari Kiamat. Setelah itu, mereka akan diperlengkapi dengan tubuh yang baru sesuai dengan lingkungan dan kondisi dari waktu dan tempatnya.
Apa yang terjadi ketika kematian dialami?
Seperti telah kami katakan, setelah kematian dialami, orang yang bersangkutan masih melihat dunia sekitarnya, dia mendengar dan melihat segala sesuatu yang dibicarakan dan terjadi di dekatnya; dia mendengar ratapan dari kerabat-kerabatnya seolah dia berada di dekat mereka. Pada tahap ini, dia dalam keadaan vegetative. Dia melihat dan mendengar segalanya namun tidak bisa merespons apapun. Kemudian tiba lah saatnya untuk memandikan mayat.
Mengapa mayat dimandikan?
Kebijakan di balik memandikan mayat menurut pemahaman saya adalah untuk memasok perkuatan bioelektrikal kepada tubuh melalui proses osmosis, karena tubuh masih melanjutkan hidupnya di tingkat sel untuk beberapa lama setelah kematian. Karenanya, orang tersebut bisa terus berhubungan dengan dunia untuk waktu yang sedikit lebih lama.
Dimensi kehidupan yang berkaitan dengan periode antara titik kematian dan hari penghakiman disebut sebagai alam barzakh. Periode ini terbagi dalam tiga tahap:
- Kehidupan di dalam kubur
- Kehidupan alam kubur
- Kehidupan Dimensi Antara (Barzakh)
A. Kehidupan di dalam kubur:
Tahap ini berawal segera setelah titik kematian dengan kebangkitan tubuh gelombang holografik (ruh) dan berlanjut sementara yang bersangkutan melihat benda-benda sebagai materi di dalam kuburnya. Orang tersebut terus mendengar dan melihat segala sesuatu sebelum dan sesudah tubuhnya dikuburkan. Ini serupa dengan berbaring di tempat tidur tapi masih terbangun dan mampu melihat segala sesuatu, masih merasakan kasar atau lembutnya kasur yang ditiduri, dll. Sama seperti ini, orang yang meninggal pada awalnya akan mampu melihat segala sesuatu yang terjadi di kuburannya. Dan sama seperti sebelum kita mulai tertidur, setengah sadar setengah mimpi, kita masih bisa mendengar apa yang terjadi di sekitar kita namun pada saat yang bersamaan mulai melihat benda-benda di alam mimpi. Serupa dengan itu, orang yang meninggal akan terus melihat dunia luar dalam keadaan siap untuk beralih ke alam kubur.
Inilah saat ketika dua malaikat[1] akan muncul untuk meminta pertanggungjawaban, bertanya kepadanya siapa Rabb-mu?, siapa Nabimu? Apa Kitabmu...
Perlu Anda catat bahwa tidak seorang pun akan ditanya apa madzhab atau tarekat mereka! Orang-orang yang menyatakan bahwa mereka akan ditanya mengenai madzhab dan tarekat mereka, dll. jelas tidak memiliki ilmu agama. Tidak disebutkan di bagian manapun dari Al-Qur’an atau Hadits bahwa orang yang bersangkutan akan ditanya mengenai madzhab atau tarekatnya! Pemikiran demikian terbentuk setelah Rasulullah (saw) meninggal; istilah ini bahkan tidak dikenal di alam barzakh!
Setelah melalui pertanyaan ini, orang tersebut akan pindah ke alam kubur atau ke alam barzakh. Jadi apa perbedaan di antara keduanya?
B. Kehidupan alam kubur
Alam ini sangat mirip dengan dunia mimpi; namun orang yang bersangkutan tidak menyadari bahwa dirinya dalam keadaan bermimpi sehingga menilai segalanya berdasarkan pandangan-pandangan dan ukuran-ukuran duniawinya.
Kehidupan di alam kubur akan dilihat sebagai hal yang nyata sebagaimana dunia ini dilihat ketika dia belum meninggal. Kehidupan ini bisa berupa kuburan surga yang penuh dengan mimpi-mimpi kedamaian, indah dan menyenangkan, atau berupa kuburan neraka dengan mimpi-mimpi buruk yang sangat menakutkan dan menyiksa.
Keadaan ini akan berlanjut hingga Hari Kiamat. Ini adalah kehidupan kubur dari orang-orang yang terkurung di kuburan mereka. Dalam sebuah hadits, Rasulullah (saw) mengatakan “kuburan dari orang yang meninggal akan berupa taman surga atau lubang neraka.” Selain ini, ada juga kehidupan barzakh.
C. Alam barzakh
Keadaan wujud di alam ini lepas dari batasan-batasan yang terdapat di alam kubur. Keadaannya berkenaan dengan para wali, Nabi, dan orang-orang yang mati syahid karena Allah. Pendeknya, alam ini adalah bagi mereka yang mampu mati sebelum ajal.
Di alam barzakh, para syuhada, para wali dan Nabi dapat bergerak bebas dan berhubungan satu dengan lainnya bergantung pada maqam yang telah mereka capai.
Selain itu, di alam ini juga ada hirarki yang dengannya para penghuninya diatur. Saya telah menjelaskannya secara rinci di dalam buku Misteri Manusia, dalam bab mengenai ‘Rijali Ghayb’ (Manusia Yang Tidak Kelihatan)
Para wali alam barzakh yang telah mencapai maqam penaklukan-diri (fath) ketika masih di muka bumi bahkan dapat berhubungan dengan manusia di dunia. Sedangkan para wali yang telah memperoleh penyingkapan-diri (kasyf) namun belum mencapai maqam penaklukan-diri, tidak akan bisa berhubungan dengan manusia di dunia meskipun telah terbebas dari segala hal yang lain.[2]
Karenanya, orang tersebut akan melanjutkan kehidupannya setelah merasakan kematian, apakah di kehidupan kubur, atau di alam barzakh, bergantung pada derajatnya.
Demikian lah kehidupan yang menanti kita setelah kematian!