Kita harus memahami realitas kematian dan apa yang harus kita lakukan untuk secukupnya mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang menanti kita setelah ini. Berdasarkan ini, Nabi Muhammad saw telah merekomendasikan amalan-amalan tertentu dengan mengingat Kebenaran yang diwahyukan kepada beliau. Dasar dari amalan-amalan ini merupakan sistem dan tatanan yang hebat dimana kita merupakan bagian darinya. Amalan-amalan ini benar-benar serasi dengan mekanisme kehidupan – bukan untuk menyenangkan tuhan di atas sana! Rasulullah saw memberitahu kita tentang sistem yang di dalamnya kita hidup serta syarat-syaratnya sehingga kita bisa memahami dan mempersiapkan masa depan kita, jika tidak kita akan berhadapan dengan akibat-akibat yang berat. Amalan-amalan yang dinasihatkan Rasulullah saw yang kita sebut ‘sembahyang’ atau ‘shalat’ tidak ditujukan kepada tuhan-buatan eksternal, ia murni untuk melengkapi dan mempersiapkan kita untuk kehidupan masa depan yang menyenangkan, berdasarkan mekanisme dari ‘sistem’-nya.
Kita dapat mengambil rekomendasi-rekomendasi beliau dengan serius dan dengan bijaksana menyiapkan masa depan kita, atau kita mengabaikan atau membuang Kebenaran yang telah beliau tunjukkan kepada kita dengan segala akibatnya.
Karena semua amalan yang dinasihatkan Rasulullah saw adalah hal-hal yang bena-benar penting untuk apa-apa yang akan kita hadapi. Agama adalah sistemnya, dan nama dari sistem ini adalah Islam. Tidak seorang pun dapat mengubahnya, menambah atau menguranginya dengan cara apapun. Rasulullah saw telah memberitahu kita mengenai sistem ini berdasarkan wahyu ilahi. Beliau memiliki kewenangan berbicara atas nama Allah, namun kewenangan ini telah dicabut dari umat manusia sejak keberangkatan beliau ke dimensi berikutnya.
Pendapat agamis seseorang (fatwa) tidak mengikat siapapun! Setiap orang, dari Hazrat Abu Bakar ra. Dan Hazrat Ali ra. sampai individu di masa sekarang, mempunyai hak untuk menyatakan pandangan dan pemahaman mereka mengenai agama. Tidak seorang pun memiliki hak untuk berbicara atas nama agama, Allah atau Al-Qur’an. Maka, satu-satunya yang berwenang mengikat kita semua adalah Nabi Muhammad saw.
Seribu empatratus tahun yang lampau, Nabi Muhammad saw memberitahu semua orang, termasuk semua generasi yang akan datang, mengenai apa-apa yang perlu kita lakukan. Tanggungjawab masing-masing individu terletak di pundaknya sendiri. Mengikuti perkataan atau teladan orang lain tidak akan melepaskan seseorang dari tanggungjawabnya.
AHMED HULUSI
Antalya, 1990