Banyak perumpamaan yang digunakan dalam Al-qur’an, atau yang diucapkan Nabi Muhammad saw, Musa as. dan Isa as. kini telah terpecahkan (terungkap) dan mekanisme yang ditunjuknya telah teruraikan. Sebagai contoh, kata ‘langit’ (sama) menunjuk kepada ruang angkasa juga menunjuk kepada kedalaman keberadaan seseorang. Kata ‘nuzul/inzal’ maknanya penyingkapan atau penampakan dari Diri asal (Rububiyyah) seseorang kepada medan kesadarannya.
Namun demikian, ilmu kita hanyalah sebatas apa yang Allah perkenankan bagi kita untuk mengetahuinya; yakni sebanyak ilmuNya yang disingkapkan Yang Esa melalui kita – sama seperti tangan yang hanya dapat bergerak dengan perintah dan kehendak otak.
Al-Qur’an menekankan dua kebenaran utama:
a. Hanya ada Yang Esa yang ditunjuk dengan nama Allah; selain Dia tidak sesuatupun ada!
b. Manusia telah diciptakan untuk mewujudkan fitur-fitur yang menyusun otaknya (Rabb). Mengulang hal ini, Rabb seseorang adalah komposisi dari Nama-nama Allah yang menyusun keberadaannya, bukannya tuhan di atas sana. Jika Rabb Anda menghendakinya, Anda bisa menemukan dan mengenalNya di dalam diri anda sendiri!
Dengan kata lain, ilmu Fisika teoritis dan ilmu Kedokteran juga telah menguatkan kebenaran yang sama:
Alam semesta, seperti yang kita ketahui, keseluruhannya adalah medan gelombang-gelombang data. Semua formasi di alam semesta dan segala sesuatu yang kita persepsi dari lingkungan kita mewujud melalui penerjemahan gelombang-gelombang data oleh apa yang kita sebut ‘otak’. Tidak ada batasan persepsi atau konseptual, termasuk waktu dan ruang yang dapat diterapkan kepada keESAan tak hingga ini. Otak/kesadaran individu hidup di dalam dunianya sendiri yang terbentuk menurut ilmu/kapasitas yang diberikan, berdasarkan seberapa banyak yang dapat dicerap organ persepsi. Beberapa alam semesta ada hanya menurut perseptor-perseptornya. Realitasnya hanya ada Yang ESA!
Realitas absolut (esensi absolut dari Yang Esa yang dirujuk sebagai Allah) tidak akan pernah diketahui!
Gelombang-gelombang data yang merupakan esensi dari beberapa alam semesta sebenarnya adalah potensi non-dual yang menunjukkan totalitas Nama-nama Allah, seperti disebutkan di dalam Al-Qur’an. Semua hal berlangsung (atau telah berlangsung) di dalam dimensi ini – ilmunya Allah.
‘Manusia’ pada dasarnya adalah kesadaran tak-bertubuh/tak-berbentuk yang terdiri dari fitur-fitur ilahiah untuk melihat dan/atau mengarahkan data yang masuk kepada persepsinya menurut susunan datanya. Sekali lagi, di bawah penyamaran yang dinamai ‘manusia’ terdapat komposisi Nama-nama Allah yang dirujuk sebagai ‘Rabb’.
Jika kita dapat menangkap dan memahami keESAan dan non-dualitas ini, kita akan melihat bahwa…
Ketika Yang Esa yang dirujuk sebagai ‘Allah’ di dalam Al-Qur’an menciptakan beberapa alam semesta di dalam ilmuNya dengan ilmuNya dan hidup/menjalani (al-Hayy) penglihatan ini dalam kejadian tunggal (sekarang), pada saat yang sama Dia juga mlampaui segala sesuatu yang nampak di dalam penglihatanNya dari sudut Esensi AbsolutNya (dzat)!
Ketika Dia adalah segala sesuatu – semua fitur-fitur ilahiah yang telah mewujud sebagai beberapa alam semesta (Dzahir) – Dia memperbarui dan mewujud ulang DiriNya lagi di setiap saat. Namun, Dia jauh dari terbatasi oleh manifestasi-manifestasiNya (Bathin).
Sejauh mana ‘manusia’ dapat menyingkap perumpamaan-perumpamaan dan simbol-simbol yang digunakan di dalam Al-Qur’an adalah sejauh mana dia mengenali dan mengakui realitas dan karenanya sebanyak apa dia memanfaatkan ‘Jaman Keemasan’ ini. Hanya setelah ini dia bisa benar-benar menilai keajaiban ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Dan hanya setelah ini dia benar-benar bisa memahami bahwa Islam bukanlah mengenai berserahdiri kepada Allah, melainkan tentang mengalami (merasakan) kebahagiaan karena mengenalNya dalam keadaan berserahdiri kepada Yang Esa yang bernama Allah.