Sekarang, mari kita melihatnya lebih dalam. Karena kita semua telah muncul kedalam kehidupan dengan Nama-nama Allah, sama seperti Nama-nama Rahman, Rahim, Murid, Malik dan Quddus ada pada kita semua, kita juga mengandung sifat-sifat ilahiah berkaitan dengan esensi Absolut Allah. Sebagai contoh, sifat Hayy (hidup) dari Allah ada di dalam diri kita, karenanya kita hidup. Sifat Allah mengenai ilmu ada di dalam diri kita, karenanya kita adalah mahluk yang sadar. Serupa dengan itu, sifat kehendak yang ditunjuk oleh Nama Murid ada di dalam diri kita, karenanya kita menghendaki apa-apa, dan dengan sifat kekuasaan, Qadir, kita memiliki kekuasaan untuk mewujudkan apa-apa yang kita kehendaki. Pendek kata, kita ada dengan fitur-fitur dan sifat-sifat yang mengandung Nama-nama Allah.
Kita tidak diberitahu mengenai Nama-nama ini di dalam Al-Qur’an sebagai yang dikenakan kepada tuhan-khayalan di luar sana, melainkan agar kita mengenali diri kita yang sejati, realitas esensial kita.
“Orang yang mengenal dirinya, mengenal Rabb-nya.” (Hadits)
Sejauh mana Anda mengenal diri Anda – fitur-fitur dan sifat--sifat yang menyusun keberadaan Anda – adalah sejauh mana Anda akan mengenal Allah, esensi dan realitas keberadaan. Namun sebaik apapun Anda mengenal Allah dari sudut pandang ini, Anda tidak akan pernah benar-benar mengenal atau memahamiNya dari sudut Esensi AbsolutNya (dzat). Karena mustahil bagi pengertian kita yang terbatas untuk mencerna ketakhinggaan Esensi absolutNya.
Jadi, jika kita semua ada untuk bersama KeberadaanNya – fitur-fitur dari Nama-namaNya – kita semua adalah manifestasi dari fitur-fitur dan sifat-sifat pokokNya, dan karenanya, sebagai khalifahNya, kita layak mendapat cinta dan penghormatan! Apapun nama kita, warna kulit dan ras kita, bahasa dan agama kita, kita harus menunjukkan cinta dan penghormatan kepada sesama! Karena mahluk dengan nama, warna kulit, ras, bahasa dan agama itu adalah kepunyaan Allah! Orang yang Anda jauhi, benci, tidak sukai atau rendahkan juga merupakan manifestasi Nama-nama dan fitur-fitur Allah!
Bersujud bukanlah sekedar meletakkan kening Anda di lantai, melainkan untuk memahami bahwa segala sesuatu yang ada adalah keberadaanNya semata; semua bentuk berkenaan dengan wajahNya, Dia tidak terpisah dari keberadaan! Jika kita bisa mencerna hal ini, kita tidak akan lagi membeda-bedakan di antara sesama. Kita hanya akan melihat ‘manusia’ – ‘khalifah’ Allah di bumi. Tanpa melihat, ras, warna kulit, agama atau budaya, apa yang menjadi kewajiban kita adalah menunjukkan cinta dan penghormatan sepenuhnya kepada semua bentuk kehidupan.
Jika kita melewati dunia ini dalam keadaan terkondisikan dan buta kepada Allah serta Kebenaran-kebenaran, kita akan mengalami penderitaan kekal. Kegagalan untuk memahami realitas diri kita secara otomatis akan membuat kita tidak mampu untuk mengenali realitas orang lain, dan karenanya terperangkap di dalam dunia kepompong kita.
Kita mesti menjadi kupu-kupu dan keluar menembus kepompong atau, jika tidak, kita gagal berkembang. Dan seperti halnya ulat sutera, kita dilempar kedalam api dalam keadaan terbungkus serat sutera! Berada di dalam serat sutera (kepompong, pen) dan dimasukkan kedalam air mendidih pasti bukan pengalaman yang menyenangkan!
Jadi, wahai Anda yang tertutupi sutera! Jadilah kupu-kupu, tembuslah kepompong Anda dan terbanglah… Satukan diri Anda dan kenalilah Kebenaran. Dengarlah panggilan Rasulullah saw dan coba mengevaluasi ajarannya. Selamatkan kehidupan kekal Anda! Segala yang diminta kepada Anda untuk mengerjakannya adalah untuk kepentingan Anda sendiri. Allah tidak membutuhkan Anda, demikian pula Rasulullah saw, ataupun Al-Qur’an! Untuk masa depan Anda sendiri lah Anda mesti mengambil pelajaran dari perkataan ini! Karena penyesalan Anda di kemudian hari tidak akan pernah berfaedah bagi Anda!