Berkenaan dengan itu, tidak ada kesalahan yang lebih besar dibanding perkataannya, “Karena saya tidak mengenakan kerudung, saya mungkin tidak perlu shalat juga”! Jika dia memilih tidak mengenakan kerudung, itu tidak apa. Dia masih bisa melaksanakan shalat, puasa dan haji. Seperti halnya dia mengenakan kerudung ketika shalat lalu melepaskannya dalam kehidupan sehari-hari, dia bisa melaksanakan haji dengan pakaian yang semestinya kemudian melanjutkan hidupnya dalam pakaian kesehariannya setelah itu. Pilihannya untuk tidak mengenakan kerudung adalah urusan antara Allah dan dirinya, tapi dengan cara apapun tidak semestinya mencegah dia untuk melaksanakan haji.
Beginilah setiap orang harus mengevaluasi diri mereka! Dari sudut zona waktu yang relevan dengan kita, kita hanya menjalani kehidupan di bumi beberapa detik saja. Rasulullah saw mengatakan, “Orang-orang sedang tidur; pada saat kematian mereka akan terbangun.” Mereka akan bangun dengan kematian! Implikasi dari pernyataan ini merujuk baik kepada realitas fisik maupun kesadaran. Dalam kehidupan seperti-mimpi inilah sekarang ini kita hidup dimana kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal yang menanti kita setelah kematian. Namun kebanyakan dari hidup kita lewat begitu saja tanpa kita menyadari akan Kebenaran – dengan kesibukan di masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa dan masa-masa berkarir, dll. Kita bahkan tidak mengetahui berapa lama lagi waktu yang kita miliki, mungkin kita sudah dekat akhir dari hidup kita! Kecelakaan mobil mendadak, mungkin! Titik dimana kita tidak bisa kembali sama sekali!
Jadi, mari kita gunakan waktu singkat ini dengan bijaksana! Layaknya seperti rumah kita kebakaran dan kita hanya memiliki beberapa detik saja untuk menyelamatkan apapun yang kita bisa! Apapun yang telah hangus tak bisa kembali dan kita tidak mempunyai waktu untuk meratapi yang telah lalu; kita hanya mesti berkonsentrasi pada apa yang dapat kita lakukan dari titik ini ke depan. Mengatakan, “Tapi saya tidak memakai kerudung,” dan mengabaikan semua amalan lainnya, adalah kesalahan besar yang bisa dibuat seseorang! Biarlah setiap orang mengurusi apa-apa yang dapat mereka lakukan! Biarlah orang yang dapat menghadiri shalat Jumat menghadiri shalat Jumat, dan orang yang dapat melakukan shalat 23 kali sehari, shalat 23 kali sehari!
Beruntung bagi mereka yang dapat melakukan shalat lima kali sehari. Tapi mengatakan saya tidak dapat shalat lima kali sehari jadi mungkin sebaiknya saya tidak shalat sama sekali jelas ngawur. Jika Anda tidak dapat melakukan shalat lima kali maka shalatlah empat kali, jika tidak empat maka tiga kali. Bahkan jika Anda hanya melakukan shalat pagi saja sebelum berangkat dari rumah, itu lebih baik dibandingkan tidak shalat sama sekali.
Melakukan sesuatu lebih baik dibanding tidak melakukan sama sekali!
Jika Anda berangkat bekerja dan mengatakan, “Hari ini saya akan menghasilkan sepuluh ribu dolar,” tapi Anda hanya menghasilkan dua ribu dolar, apakah Anda akan menolak yang dua ribu karena Anda tidak mencapai target Anda? Tentu tidak! Apapun yang Anda hasilkan adalah suatu keuntungan! Hal yang sama berlaku untuk kehidupan dunia; baik Anda laki-laki ataupun perempuan, muda ataupun tua, masa lalu telah berlalu dan kita tak mempunyai waktu untuk meratapi masa lalu! Jalan panjang yang tidak diketahui terbentang dihadapan kita, kita mesti melihat untuk melakukan yang terbaik bagi perjalanan ini. Apapun yang dapat kita lakukan adalah untuk kebaikan kita sendiri. Untung sedikit lebih baik dibanding rugi. Inilah prinsip dari praktek-praktek agamis, karena kita tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali dan memperbaiki atau melakukan lebih.