Jika manusia dapat membersihkan dirinya dari peniruan, informasi bawah-sadar dalam bentuk data hafalan dan terkondisikan, dan mulai mempertanyakan hakikat dirinya dan mengkaji ilmu yang diperolehnya dengan cara ini, jalan untuk menjadi 'bermoral dengan moral Allah' akan terbuka baginya. Dia akan mulai memBACA sunnatullah! Dia akan menjadi mata yang dengannya Dia melihat, telinga yang dengannya Dia mendengar dan berbicara yang melaluinya Dia bicara! Tapi manusia tidak akan mengenal Dia! Sebagaimana mereka tidak mengenal Rasulullah (saw) dan dikatakan kepada mereka: “kalian berjalan-jalan di bazar dan di pasar, sama seperti salah satu dari kami”...
Para dualis hanya dapat melihat 'Muhammad yang yatim', mereka buta akan 'Muhammad, Rasulullah (saw)'!
Ini adalah karunia yang hanya ahli realitas yang dapat membenarkan dan menyaksikan nilai sejatinya!
“Maka nikmat yang manakah dari Rabb-mu (Nama- nama yang menyusun esensimu – kesadaran dan tubuhmu) yang akan kamu dustakan?” (Al-Qur'an 55:13)
Karenanya, pada tingkat kesadaran ini, beginilah cara Al- Qur'an mesti diBACA!
Terlahir oleh ateisme, Darwinisme dianggap awal dari sains moderen. Setelah menumbangkan konsep tuhan, secara alami mendorong pertanyaan “Baik jika begitu, apa kecerdasan kreatif dibalik sistem dan tatanan di alam semesta?”
Pendekatan agama/Tuhan klasik tidak mampu memberikan jawaban dan pada akhirnya dicapailah pandangan yang berdasarkan 'rancangan cerdas'. Otak-otak yang berpikir, alih-alih menolak konsep tuhan-berhala, kemudian menyelidiki 'kecerdasan kreatif universal' dengan mengingat perkembangan ilmiah terakhir.
Para ilmuwan Barat yang selalu mengikuti semua kemajuan ilmiah terakhir mengetahui bahwa tidak mungkin ada sosok tuhan yang tinggal di suatu tempat di luar angkasa yang mengirim agama langit. Karena itulah mereka menerima ateisme. Namun demikian, ini tidak cukup untuk menjelaskan realitas universal yang sedang mereka cari. Maka motivasinya kemudian adalah menyelidiki 'Kecerdasan Kreatif Universal'.
Pandangan ini merupakan pintu menuju Allah, seperti yang disingkapkan oleh Rasulullah Muhammad (saw).
Banyak orang kini mencari realitas agama Islam, diluar pandangan Muslim-muslim pada umumnya. Apabila penyelidikan ini memungkinkan sang pencari mengenal al-Fathir, mereka akan menemukan dan menerima yang Esa yang dirujuk sebagai Allah, yang Dzat Absolut Nya Mutlak Gaib! Menurut pemahaman saya, ini merupakan hasil dari jasa bertahun- tahun para Mujaddid (Pembaru) di muka bumi.
Mustahil bagi mereka yang telah mengenal realitas pada tingkatan ini untuk tetap bertahan sebagai ateis!
Semoga saja pintu menuju realitas merupakan berkah bagi setiap orang yang mengenalnya!
Ini adalah ungkapan lain dari 'mendapat petunjuk Allah' atau melihat dan mengkaji realitas!
12 Agustus 2005
Raleigh – NC, USA