13. Barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan RasulNya, sebagai realitas esensial mereka dengan Nama-namaNya, biar mereka mengetahui bahwa Kami telah menyediakan nyala (api – gelombang-gelombang radiasi) bagi orang-orang yang mengingkari ilmu mengenai realitas.
14. Kekuasaan langit dan bumi adalah untuk (manifestasi Nama-nama) Allah! Dia mengampuni (menutupi keadaan melanggar dari) siapa yang Dia kehendaki dan menimpakan penderitaan (akibat-akibat kejasmanian) kepada siapa yang Dia kehendaki! Allah itu Ghafur lagi Rahim.
15. Orang-orang yang tinggal di belakang akan berkata ketika kalian pergi untuk mengumpulkan harta rampasan perang, “Biarkan kami ikut bersama kalian.” Mereka ingin mengubah perkataan Allah. Katakanlah, “Kalian tidak akan pernah dapat mengikuti kami; karena inilah apa yang dikatakan Allah (ketetapan) sebelumnya”... Maka mereka akan berkata, “Tidak, kalian iri kepada kami”... Malah sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang tidak mengerti!
16. Katakanlah kepada orang-orang Badwi yang tinggal di belakang, “Kalian akan dipanggil untuk berperang melawan orang-orang yang kuat dan perkasa... Kalian memerangi mereka atau mereka menyerah (kepada Islam). Jika kalian taat, Allah akan memberi pahala yang baik... Tapi jika kalian berpaling sebagaimana kalian berpaling sebelumnya, maka Dia akan menimpakan kepada kalian penderitaaan yang amat berat.
17. Tidak ada kewajiban atas orang buta, lumpuh dan orang yang sakit! Jika dia menaati Allah dan rasulNya, Dia akan memasukkannya ke Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai... Tapi barangsiapa berpaling, Dia akan menghukumnya dengan penderitaan yang berat.
18. Sungguh, Allah rida kepada orang-orang yang beriman ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon. Dia mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, maka Dia memberi ketenangan (ketentraman) kepada hati mereka dan membalas mereka dengan kemenangan yang dekat (keyakinan).
19. Dan Dia memberi mereka harta rampasan perang yang banyak... Allah itu ‘Aziz lagi Hakim.
20. Allah telah menjanjikan harta rampasan perang yang banyak kepada kalian... Dan Dia telah mempercepat ini bagi kalian dan menahan tangan orang-orang dari kalian agar ini menjadi isyarat bagi orang-orang yang beriman dan agar Dia menuntun kalian ke jalan yang lurus.
21. Dan Dia menjanjikan hal-hal lainnya kepada mereka, yang kalian tidak mampu untuk itu, yang Allah telah meliputinya (secara internal maupun eksternal). Allah itu Qadir atas segala sesuatu.
22.Seandainya orang-orang yang mengingkari ilmu mengenai realitas mesti berperang dengan kalian, pastilah mereka memutar badan dan melarikan diri... Dan mereka kemudian tidak akan mendapatkan teman (pelindung) ataupun penolong.
23. Ini adalah sunnatullah yang telah tegak! Dan kamu tidak akan menemukan di dalam sunnatullah ini (mekanika sistem Allah) perubahan sedikit pun!
24. HU lah yang menahan tangan-tangan mereka dari kalian dan tangan-tangan kalian dari mereka di pusat Mekah setelah Dia membuat kalian memenangkan mereka. Allah itu Bashir terhadap tindakan-tindakan kalian (sebagai pencipta mereka).
25. Mereka adalah orang-orang yang mengingkari ilmu mengenai realitas, menghalangi kalian dari Masjidil Haram, dan mencegah hewan-hewan kurban sampai ke tempatnya... Seandainya bukan karena para laki-laki dan perempuan-perempuan beriman (di antara mereka), yang kalian tidak mengetahuinya, dan karenanya dapat membunuh mereka tanpa sengaja dan terganggu dengannya (Allah tidak akan mencegah pertempuran)... Demikian itu agar Allah memasukkan siapa yang dikehendakinya kedalam rahmatNya... Jika (orang-orang yang beriman dan tidak beriman) telah dipisahkan satu dari yang lainnya, tentulah Kami telah menghukum orang-orang yang tidak beriman dengan penderitaan yang berat. (Penderitaan tidak akan menimpa suatu tempat yang di dalamnya ada orang-orang yang saleh... 8:33, 29:32)
26. Orang-orang yang mengingkari ilmu mengenai realitas telah meletakkan patriotisme (etnosentrisitas, kebanggaan dari kejahilan) dan pikiran yang sempit kedalam hati mereka... Allah memberikan ketenangan (ketentraman) kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya dan memastikan mereka berada di atas Kebenaran: Tidak ada Tuhan, hanya ada Allah” (La ilaha illaAllah)... Mereka adalah orang-orang yang mengalami realitas ini dan pantas mendapatkannya... Allah itu ‘Alim atas segala sesuatu.
27. Sungguh, Allah menegaskan kepada RasulNya bahwa penglihatannya adalah Kebenaran... In Sya Allah (dengan manifestasi Nama-nama Allah yang menyusun esensimu), kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, dengan aman, dengan (sebagian) rambut tercukur atau dipendekkan, tanpa rasa takut sedikit pun! (Allah) yang mengetahui apa yang kalian tidak mengetahuinya, telah merencanakan sebelum ini kemenangan yang dekat (kedekatan/keyakinan).
28. Dia mendatangkan RasulNya sebagai penyampai (artikulator) realitas dan di atas agama yang Benar (pemahaman terhadap realitas sunnatullah, yakni sistem dan tatanan yang mewujudkan Nama-nama Allah) yang mengungguli semua pemahaman agama! Dan cukuplah Allah (dengan kehadirannya pada keberadaan mereka) sebagai Syahid (Saksi).
29. Muhammad itu Rasul Allah! Orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang yang mengingkari realitas, tapi saling mengasihi di antara mereka sendiri... Kamu akan melihat mereka ruku (khusyu dalam melihat Nama-nama Allah sebagai pengatur absolut atas keberadaan di setiap saat), sujud (dengan kesadaran bahwa keberadaan hanya terdiri dari Nama-nama dan karenanya mengalami ketiadaan dengan realisasi tanpa memiliki keberadaan lepas yang terpisah), mencari karunia (kesadaran akan kekuatan Nama-nama) dan rida Allah (pencerahan kepada realitas dan kemampuan untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya)... Dan di wajah mereka (kesadaran) terdapat bekas sujud (pemahaman akan ketiadaan mereka)! Inilah perumpamaan mereka di dalam Taurat (aturan yang berkenaan dengan diri-identitas)... Dan perumpamaan (kemiripan) mereka di dalam Injil bagaikan sebuah tanaman, yang menghasilkan tunas-tunasnya dan menguatkannya sehingga mereka tumbuh kokoh dan berdiri di atas tangkai-tangkainya, memberikan kegembiraan kepada para penyemainya... Allah melakukan ini untuk membuat marah orang-orang yang mengingkari (menutupi) realitas dengannya (manifestasi Nama-namaNya)! Allah telah menjanjikan ampunan dan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman dan memenuhi ketentuan-ketentuannya.
Dari makna harfiahnya, surat Fath menerangkan Perjanjian Hudaibiyah dan penaklukan Mekah. Tapi lingkup maknanya tentu saja tidak sebatas ini.
Makna yang lebih dalam dari surat ini berkenaan dengan kebenaran-kebenaran yang jauh lebih dalam dan lebih tinggi yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja.
Tidak mungkin mengungkap ini di sini, tapi saya tidak akan melanjutkan tanpa berbagi wawasan berkenaan dengan makna yang lebih dalam tentang ketiga ayat pertama, karena ketiganya menunjuk kepada kebenaran penting dari Sufisme.
Mari kita baca kembali ketiga ayat ini:
1. Sungguh, kami telah memberimu Penaklukan yang Nyata (fath; penglihatan yang jelas akan sistem realitas)!
2. Agar Allah mengampuni (menutupi/menyembunyikan) dosa-dosa masa lalumu (hijab yang dihasilkan dari kejasmanian) dan yang akan datang (meskipun sudah mendapatkan kemenangan – fath) dan menyempurnakan nikmatNya terhadapmu dan menuntun untuk mengalami realitas (esensi) dirimu.
3. Allah akan menuntunmu kepada kemenangan yang tak tertandingi!
Karena makna harfiah yang jelas dari surat ini dapat Anda temukan di setiap terjemahan dan tafsir al-Qur'an, saya tidak perlu mengulangnya di sini. Adapun mengenai makna batin yang tersembunyi bahwa Allah telah membuat saya memahaminya sejalan dengan kejelasan dan irfan yang dikaruniakan kepada saya...
Kata 'fath' bermakna pembukaan atau penaklukan sesuatu yang nampaknya tak mungkin dicapai. Karenanya, pencapaian terbesar dalam kehidupan duniawi adalah memenangkan Alam Barzakh, yakni tahap kehidupan berikutnya – dan satu-satunya jalan untuk ini adalah 'mati ketika masih hidup,' seperti yang biasa diucapkan oleh para Sufi!
Ada dua jenis kemenangan (fath): eksternal dan internal...
Kemenangan internal pun ada dua jenis:
a. Penaklukan-diri
b. Fath-i Mubin
Pada pokoknya, ada tujuh derajat kemenangan. Seseorang dikatakan telah mencapai kemenangan apabila derajat pertama telah mewujud.
Kemenangan bukanlah keadaan yang dapat diraih dengan upaya pribadi.
Ia adalah keadaan kehidupan di dunia ini dengan fitur-fitur ruh bukannya tubuh jasmani. Dengan kata lain, ketika hidup di dalam tubuh dan dimensi ini, orang yang bersangkutan terlepas dari ikatan-ikatan jasmaniah seolah dia telah mati dan beralih ke kehidupan spiritual. Ia merupakan pengalaman yang sempurna yang dalam Sufisme dirujuk sebagai “mati sebelum ajal.” Sejauh yang diajarkan kepada kami, jumlah orang yang mampu mencapai keadaan ini, yang disebut sebagai fath-i nurani tidak melebihi empat puluh orang.
Kemenangan dapat dikelompokkan lebih jauh sebagai:
1. Fath-i dzulmani
2. Fath-i nurani
Fath-i dzulmani dapat terlihat nyata pada semua orang, baik Muslim ataupun bukan. Apa yang nampak sebagai hasil 'pencerahan', terutama terlihat pada para pendeta Hindu dan Budha, pada umumnya adalah keadaan ini. Dalam istilah agama ia disebut sebagai istidraj, yang merujuk kepada keadaan-keadaan supranatural yang digerakkan oleh energi-energi yang berbasis ego dan jin, nampak pada mereka yang tidak memiliki cahaya (nur) iman.
Ada dua tanda penting dari fath-i dzulmani. Yang pertama, orang yang berada dalam keadaan ini tidak menerima Nabi Muhammad (saw) sebagai Rasulullah, dan yang ke dua, dia tidak terbebas dari ilusi memiliki diri individu yang terpisah!
Orang-orang yang mencapai keadaan fath-i dzulmani bisa mengetahui masa lampau anda dan bisa hadir di beberapa tempat dalam waktu yang sama. Mereka bisa melihat keadaan orang yang sudah mati dan dapat berkomunikasi dengan jin, juga perilaku-perilaku lain yang nampak seolah supranatural.
Mereka yang mencapai keadaan fath-i nurani bisa menunjukkan kemampuan-kemampuan yang sama. Bedanya, setelah beradaptasi dengan kehidupan ini secara singkat, mereka terus berkembang dan mencapai maqam fath ke tiga dimana mereka bertemu Rasulullah (saw) dan Nabi-nabi lain serta para wali untuk mempelajari keadaan-keadaan alam barzakh, yang kemudian bergabung dengan Rijali Ghaib (Manusia-manusia yang Tak Dikenal).
Ketika seseorang mencapai keadaan fath-i Mubin, penting bahwa mereka mampu mempertahankan keadaan ini dengan benar. Yakni, apabila seseorang mengalami fath-i mubin dan terbebas dari batasan-batasan jasmani, akan mudah terseret dan sama sekali memutuskan ikatan-ikatan jasmaninya sehingga menyebabkan kematian dalam arti harfiah.
Selama kematian fisik tidak terjadi, orang yang mencapai keadaan fath-i mubin terus maju dengan meningkatkan kekuatan dan kapasitas otak mereka serta mendongkrak tingkatan ilmu mereka...
Informasi lebih lanjut mengenai keadaan ini tidak dapat diungkapkan lagi di sini. Karenanya, mari kita lanjutkan menjelajahi makna dari ayat-ayat di atas:
“Sungguh, telah Kami berikan kepadamu Kemenangan yang Nyata (fath; penglihatan yang jelas akan sistem realitas)!”92
'Kemenangan yang pasti dan nyata' ini tidak bisa diraih melalui upaya pribadi; hanya karena pertolongan Allah semata. Jadi, orang yang hidup di dunia sebagai warga alam barzakh mengetahui semua makna yang tersirat dan hikmah dibalik benda-benda duniawi, dan tidak akan ada dosa yang diperbuatnya.
Dengan menjalani realitas ini, maka Allah akan 'mengampuni (menutupi/menyembunyikan)) dosa-dosa masa lalu dan yang akan datang (hijab yang dihasilkan kejasmanian)' yang menghalangi penglihatan terhadap Keesaan Allah dan menyempurnakan pertolonganNya kepadamu dengan memberimu kemenangan – pengalaman akan realitas (esensi) dirimu.
Fath-i nurani adalah pencapaian terbesar yang bisa dimiliki di kehidupan dunia ini; hampir seperti hidup di Surga ketika masih di muka bumi.
Dan Dia akan 'menuntunmu kepada kemenangan besar tak tertandingi.'