Contoh Doa-Doa Dari Al-Qur’an
Dalam bab ini saya ingin berbagi beberapa contoh doa yang berasal dari Al-Qur’an dan membahas sedikit mengenai manfaatnya…
رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbanaa aatinaa fii d-dunya hasanatan wa fii l-aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaaba n-naari107
“Rabb kami, berilah kami karunia (pengalaman akan keindahan Nama-nama) di dunia, dan karunia (keindahan Nama-nama di dalam esensi kami) di kehidupan kekal yang akan datang; lindungilah kami dari api itu (terperosok kepada keterpisahan).”
Anas (ra) meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) memakai ayat ini di dalam doa-doanya. Doa ini mengajari kita untuk berharap akan segala kebaikan yang kita ketahui maupun tidak kita ketahui, dan memohon perlindungan dari hal-hal yang mengarahkan kepada siksa api neraka.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaytanaa wa hablanaa min ladunka rahmatan innaka anta-l-wahhabu108
“Rabb kami, setelah memberi kami tuntunan (memungkinkan kami untuk mengenal dan memahami realitas) jangan kembalikan kesadaran kami (kepada identitas khayal – keberadaan berbasis ego), dan karuniakanlah kepada kami rahmatMu dari DiriMu sendiri (ladun, potensi Nama-nama yang menyusun esensi kami). Sungguh Engkau itu Wahhab.”
Seperti dikatakan oleh hadits, “Hati orang yang beriman berada di antara dua jari yang Rahman”109, hati kita, yakni kesadaran kita, selalu ada dalam kekuasaan ilahi. Sejauh apapun kebenaran yang telah kita capai, kita masih mungkin menyimpang darinya. Doa ini adalah untuk mencari perlindungan dariNya terhadap penyimpangan ini.
Mendawamkan doa ini juga baik untuk persiapan kepada kematian yang dirahmati, karena doa yang dijalankan secara terus menerus selalu terkabul. Doa ini sebaiknya dibaca setelah membaca shalawat (di bawah ini) sebelum membaca salam di akhir shalat.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ اٰمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَاٰمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
رَبَّنَا وَاٰتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa ‘adzaaba n-naari, Rabbanaa innaka man tudkhili n-naara faqad akhzaytahu wa maa lizhzhalimiina min anshaarin, Rabbanaa innanaa sami’naa munaadiyan yunaadii lil-iimaani an aaminuu bi rabbikum fa’aamannaa, Rabbanaa faghfir lanaa dzunuubanaa wa kaffir ‘annaa sayyi’aatinaa wa tawaffanaa ma’a l-abraari, Rabbanaa wa aatinaa maa wa’adtanaa ‘alaa rusulika wa laa tukhzinaa yawma l-qiyaamati innaka laa tukhlifu l-mii’aad110
“Rabb kami, Engkau tidak menciptakan semua ini dengan sia-sia! Engkau itu Subhan (terbebas dari menciptakan apa-apa yang tidak bermakna, Engkau dalam keadaan menciptakan yang baru di setiap saat)! Lindungilah kami dari pembakaran (terjauhkan dari kemampuan untuk mengevaluasi/mengkaji manifestasi-manifestasiMu). Rabb kami, barangsiapa Engkau masukkan kedalam api, Engkau telah menghinakannya. Tidak seorang pun dapat menolong (menyelamatkan) orang-orang yang menzalimi dirinya sendiri! Rabb kami, sungguh kami telah mendengar orang yang mengatakan, ‘Berimanlah kepada Rabb kalian yang telah membentuk esensi kalian dengan Nama-namaNya’ dan kami telah mengimani dia saat itu juga. Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, biarkanlah kami mendatangiMu beserta hamba-hambaMu yang telah bersatu denganMu. Rabb kami, berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Rasul-rasulMu dan janganlah hinakan kami selama periode Kiamat. Sungguh, Engkau tidak pernah menyalahi janjiMu.”
Di sini Allah mengajari kita cara berdoa yang paling utama. Ayat setelahnya merupakan penegasan bahwa doa-doa yang dilakukan dengan cara ini pasti dikabulkan.
Jika kita tidak mampu berdoa dengan doa yang Allah telah janjikan pengabulannya, maka kita sungguh telah merugi.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa in lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna mina l-khasiriina111
“Rabb kami! Kami telah menzalimi diri kami sendiri… Jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi.”
Ketika Adam dan Hawa membuat kesalahan semasa hidup mereka di Surga, karena duka cita mereka, mereka memohon ampunan dengan ayat di atas. Doa mereka dikabulkan dan setelah menjalani kehidupan duniawi beberapa lama, mereka pun dikembalikan lagi ke Surga.
Doa ini mengajari kita apa yang mesti dilakukan apabila kita menzalimi diri kita sendiri. Jika kita menzalimi diri sendiri dengan tidak mengacuhkan kesempurnaan tiada hingga dalam esensi kita, maka pilihan yang lebih baik bagi kita adalah membaca doa ini.
حَسْبِيَ اللهُ لٓا إِلٰـهَ اِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Hasbiya Llaahu laa ilaaha illaa huwa ‘alayhi tawakkaltu wa huwa rabbu l-arsyi l-‘azhiimi112
“Cukuplah bagiku Allah! Tidak ada tuhan, hanya ada HU! Aku bertawakal kepadaNya… HU adalah Rabb-nya Singgasana Agung!”
Jika Anda mengalami ketidakadilan, bacalah doa ini 500 atau 1000 kali sehari; In Sya Allah Anda akan dibebaskan dari keadaan itu dengan segera.
Ibrahim (as) adalah orang pertama yang berdoa demikian. Ketika beliau ditangkap oleh Namrudz dan dilemparkan kedalam api, malaikat Jibril mendatanginya ketika beliau masih di udara dan bertanya kepadanya, “Ya Ibrahim, apa yang dapat aku lakukan untuk mu?” Ibrahim menjawab, “Aku bertawakkal kepada Allah; Cukuplah Dia bagiku. Tidak ada tuhan, hanya ada HU, aku serahkan urusanku kepadaNya, Dia lah Rabb-nya Singgasana yang agung…” Saat itu juga mukjizat terjadi dan beliau jatuh kedalam api dengan lembut, tapi api tidak membakarnya… Karena, sebagaimana Al-Qur’an mengatakan, api itupun menjadi dingin dengan perintah Allah dan menjadi tempat yang dekat kepada realitas esensial Ibrahim (dimana nama Salam mewujud). Inilah efek mukjizat dari ayat ini.
Mengenai doa ini, Rasulullah (saw) mengatakan:
“Barang siapa mengucapkan, ‘Cukuplah Allah bagiku! Tidak ada tuhan, hanya ada Allah! Aku bertawakkal kepadaNya… HU adalah Rabb-nya Singgasana yang agung!’ di pagi dan malam hari, baik dimaksudkan ataupun tidak, dengan mengucapkannya sebanyak tujuh kali, maka Allah menjadi cukup bagi mereka…”113
Perhatikanlah! Hadits ini menunjuk kepada sistem Allah, sistem yang dirujuk oleh ayat, ‘Kamu tidak akan pernah menemukan perubahan dalam sunnatullah (sistem Allah)!’
Apabila Anda mengamalkan doa-doa atau dzikir-dzikir tertentu, baik Anda percaya ataupun tidak, amalan itu akan mengaktifkan mekanisme yang relevan dan pada akhirnya akan memberikan hasil. Hadits ini menegaskan hal ini. Maka, meskipun Anda tidak percaya kepada sistem ini, berusahalah untuk mengamalkannya untuk beberapa lama dan Anda pun pasti akan melihat hasilnya.
Semoga Allah memungkinkan kita memahami makna dari doa ini dan memperkenankan kita untuk mengamalkannya.
رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَاِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُن مِنَ الْخَاسِرِينَ
Rabbi innii a’uudzubika an as’alaka maa laysa lii bihi ‘ilmun wa illaa taghfir lii wa tarhamnii akun mina l-khaasiriina114
“Rabb-ku! Aku berlindung kepadaMu dari meminta apa-apa yang aku tidak memiliki ilmu tentangnya (dalam makna yang sebenarnya)! Jika Engkau tidak mengampuniku dan memberikan rahmatMu padaku, aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”
Nuh (as) telah memperingatkan kaumnya, tapi mereka tidak mau mendengarkannya. Maka, dia pun membangun sebuah bahtera berdasarkan perintah yang diterimanya dan mengajak orang-orang terdekatnya dan setiap pasang jenis binatang untuk menaikinya. Namun anaknya sendiri tidak termasuk orang yang beriman dan menolak untuk bergabung dengan mereka. Ketika badai tiba dan Nuh melihat anaknya tenggelam di tengah-tengah gelombang, dia terus-menerus berdoa kepada Allah agar anaknya itu diselamatkan, tapi sayangnya doanya itu tidak dikabulkan…
“Wahai Nuh! Sesungguhnya, dia itu bukan bagian dari keluargamu! Sungguh, (keinginan kerasmu tentang anakmu bertentangan dengan ketentuanKu) adalah tindakan yang tidak dituntut dalam keimananmu! Maka janganlah meminta kepadaKu apa-apa yang engkau tidak memiliki ilmu tentangnya! Sungguh, Aku menasihatimu agar tidak termasuk orang-orang yang jahil.”115
Setelah peringatan ini, Nuh memohon ampunan dengan doa di atas…