Haruskah Dzikir Dilakukan Dengan Mengasingkan Diri?
Pada sebagian orang yang belum benar-benar memahami esensi dzikir, ada yang mengklaim bahwa jika ingin melakukan dzikir seseorang mesti dalam suasana sunyi dan menyendiri. Ini sama sekali keliru.
Tak dapat disangkal bahwa dzikir yang dilakukan dengan mengasingkan diri dalam suasana kontemplatif sangatlah bermanfaat. Namun demikian tidak berarti bahwa orang yang tidak memiliki sarana untuk memperoleh suasana ini tidak mesti berdzikir sama sekali. Dzikir dapat dilakukan secara diam-diam dimanapun di setiap saat. Baik dengan merujuk kepada ayat yang mengatakan bahwa dzikir mesti dilakukan ketika sedang 'berdiri, duduk ataupun berbaring' ataupun dengan hadits yang mengatakan bahwa mengucapkan dzikir. “la ilaha illaLlah wahdahu la syarikalah, lahu l-mulku wa lahu l-hamdu yuhyi wa yumitu, wa Huwa 'ala kulli syai'in Qadir” akan memberikan manfaat yang berharga meskipun dilakukan di tempat-tempat umum. Nyata sekali bahwa dzikir dapat dan mesti dilakukan di setiap keadaan.
Ini sungguh topik yang penting.
Mestikah kita merenungkan kandungan dzikir ketika kita melakukannya?
Akankah shalat, bentuk lain dari doa dan dzikir, menjadi rusak jika pikiran pelakunya melayang-layang ke arah lain ketika membaca doanya, sehingga mengakibatkan doa-doa dan dzikir-dzikir yang dibaca menjadi tidak efektif?
Mesti saya katakan bahwa lintasan-lintasan yang muncul dalam pikiran ketika sedang berdoa atau sedang berdzikir tidak menyebabkan bahaya.
Otak secara terus-menerus menjalankan tugas-tugasnya yang tak terhitung secara serentak.
Sangat mungkin sekali bagi kita untuk memegang biji tasbih dan melakukan dzikir ketika sedang berjalan-jalan dan memikirkan sesuatu hal sambil melihat-lihat pemandangan pada saat yang bersamaan. Masing-masing aktivitas ini terlaksana oleh bagian-bagian otak yang berbeda. Anda bisa membaca buku, sambil berdzikir dan mendengar orang-orang berbicara di sekitar Anda ketika Anda sedang menonton TV dalam waktu yang bersamaan. Ini terkait dengan kemampuan otak untuk melakukan banyak tugas dalam waktu yang bersamaan. Orang-orang dengan spiritualitas yang tinggi bahkan bisa melakukan koneksi spiritual sebagai tambahan terhadap semua ini.
Yang lebih pokok adalah aktivitas yang terjadi di dalam otak serta pengunggahan otomatis dari hasil-hasilnya ke ruh. Baik Anda menyadarinya ataupun tidak, hal ini tidak berubah! Seperti telah saya ceritakan di depan, seseorang yang baru melaksanakan dzikir pertama kali, dan dia lebih sering melakukannya ketika berada di sebuah bar, akhirnya berangkat haji hanya delapan bulan kemudian! Oleh karena itu, pengasingan diri bukanlah syarat untuk melakukan dzikir.