58. Al-Mujadilah
Demi yang Esa yang ditunjuk dengan nama Allah (yang menciptakan keberadaanku dengan Nama-namaNya sesuai dengan makna huruf ‘B’), yang Rahman lagi Rahim.
Sungguh Allah telah mendengarkan perkataan orang yang berselisih denganmu mengenai suaminya dan mengadukan keluhannya kepada Allah. Allah mendengar pembicaraan kalian; Sungguh, Allah itu Sami’ lagi Bashir. [1]
Orang-orang di antara kalian yang memisahkan diri dari istri-istri mereka dengan mengatakan, “Bagiku kamu seperti ibuku” (praktek pagan) harus menyadari bahwa mereka (istri-istri mereka) bukanlah ibu-ibu mereka! Ibu-ibu mereka hanyalah yang melahirkan mereka! Sungguh, mereka mengucapkan perkataan yang munkar dan tidak berdasar! Sungguh, Allah itu ‘Afuw (yang luas ampunannya) lagi Ghafur. [2]
Dan orang-orang yang membuat pernyataan demikian (dan memisahkan dirinya dari istri-istrinya) kemudian kembali kepada apa yang telah mereka akui (ingin bersatu lagi dengan istri-istri mereka) harus membebaskan seorang budak sebelum mereka dapat memiliki hubungan dengan istri-istri mereka! Inilah yang dinasihatkan kepada kalian... Allah itu Khabir terhadap apa yang kalian kerjakan (sebagai pencipta mereka). [3]
Dia yang tidak menemukan seorang budak untuk dibebaskan, mesti berpuasa selama dua bulan berturut-turut sebelum dia dapat memiliki hubungan dengan istrinya. Dan dia yang tidak mampu (untuk berpuasa selama dua bulan sebagai penebusan kesalahan) harus memberi makan enampuluh orang miskin... (Aturan) ini agar kalian merasakan keyakinan kalian kepada realitas esensial kalian, kepada Allah dan RasulNya; ini adalah batas-batas yang ditetapkan Allah. Dan bagi orang-orang yang mengingkari ilmu mengenai realitas ada penderitaan yang berat. [4]
Sungguh, orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya dihinakan sebagaimana orang-orang sebelum mereka dihinakan. Padahal Kami sungguh telah mendatangkan isyarat-isyarat yang nyata... Ada penderitaan yang menghinakan bagi orang-orang yang mengingkari ilmu mengenai realitas. [5]
Saatnya akan tiba bagi Allah untuk membangkitkan mereka semua (menghidupkan mereka kembali dalam dimensi baru dengan keadaan tubuh yang baru) dan memberitahukan kepada mereka mengenai apa yang telah mereka kerjakan... Allah telah mencatat (apa yang mewujud melalui mereka), tapi mereka telah melupakannya... Allah itu Syahid atas segala sesuatu. [6]
Tidakkah kamu memahami bahwa Allah mengetahui segala sesuatu di langit dan di bumi! Tidak ada bisikan di antara tiga (orang) dimana Dia bukan yang ke empatnya dari mereka... Seandainya ada lima di antara mereka (berbicara dengan rahasia), Dia adalah yang ke enamnya dari mereka... Dan jika kurang atau lebih dari ini, dan dimanapun mereka berada, Dia bersama mereka (karena Dia menyusun keberadaan sejati mereka dengan Nama-namaNya – kesatuan keberadaan – non-dualitas)! Kemudian selama Hari Kiamat, Allah akan memberitahu mereka mengenai apa yang telah mereka kerjakan! Sungguh, Allah mengetahui segala sesuatu (karena Dia menyusun esensi mereka dengan Nama-namaNya). [7]
Tidakkah kamu melihat orang-orang yang dilarang berbisik-bisik (bersikap munafik, bermuka-dua) tapi kembali kepada apa yang mereka telah dilarang? Mereka berbisik (bercakap secara rahasia) di antara mereka sendiri tentang kejahatan, kebencian dan pembangkangan kepada Rasul... Apabila mereka (orang-orang Yahudi) mendatangimu, mereka menyambutmu dengan apa yang Allah tidak menyambutmu, tapi di antara mereka sendiri mereka mengatakan, “Jika apa yang kami katakan salah, tentu Allah telah menghukum kami”... Cukuplah Neraka bagi mereka, yang akan ditimpakan kepada mereka... Seburuk-buruknya tempat kembali! [8]
Catatan: Karena kedekatan fonetik dalam ucapan mereka, Kaum Yahudi akan sengaja memelesetkan perkataan dan ekspresi tertentu, seperti misalnya, “as salamu ‘alayka” (salam untukmu) sebagai “as samu ‘alayka” yang berarti “kematian untukmu”... Untuk sambutan semacam itu, Rasul (saw) hanya akan mengatakan “’Alaykum” (untukmu) bukannya “wa ‘alaykum” (untukmu juga), untuk menunjukkan bahwa beliau tidak memperuntukkan bagi dirinya sendiri. Suatu ketika Hazrat Aisyah (r.a.) menjawab kepada sambutan semacam itu dengan mengatakan, “Kematian untuk kamu, semoga laknat dan murka Allah menimpamu”, Rasul (saw) mengingatkan dia, “Hai Aisyah... Allah tidak menyukai orang-orang yang mengucapkan lebih dari apa yang diperlukan”, dan karenanya membatasi reaksi yang diijinkan terhadap suatu tindakan sejauh yang sepadan dengan tindakan itu (mencegah perilaku reaktif).
Hai orang-orang yang beriman... Apabila kalian berbisik (berbicara secara rahasia) di antara satu dengan lainnya, janganlah membisikkan kejahatan, kebencian dan pembangkangan terhadap Rasul... Berbisiklah dalam hal tindakan-tindakan yang akan mendekatkan kalian (kepada Allah) dan memberikan perlindungan. Lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah) yang kepadaNya lah kalian akan dikumpulkan (dan yang akan mengenakan kepada kalian akibat dariperbuatan-perbuatan kalian)! [9]
Membisikkan (gosip) itu dari Setan (pikiran setaniah/khayal) untuk mengakibatkan duka-cita terhadap orang-orang yang beriman! Tapi dia (pikiran setaniah/khayal) tidak dapat menyebabkan bahaya apapun terhadap mereka (orang-orang yang beriman), kecuali dengan ijin Allah. Hendaklah orang-orang yang beriman bertawakal kepada Allah. [10]
Hai orang-orang yang beriman... Apabila dikatakan kepada kalian, “Berilah kelapangan” di dalam majlis-majlis, maka berilah kelapangan agar Allah melapangkan tempat kalian! Dan jika dikatakan kepada kalian, “Berdirilah”, maka berdirilah agar Allah mengangkat derajat orang-orang yang telah beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu. Allah itu Khabir terhadap apa yang kalian kerjakan. (Khabir: Yang Maha Mengetahui segalanya – yang Esa yang mengetahui manifestasi Nama-namaNya di luar konsep ruang dan waktu, karena Dia lah yang memunculkan mereka menjadi ada dari ketiadaan dengan fitur-fitur yang ditunjuk oleh Nama-namaNya.) [11]
Hai orang-orang yang beriman! Berilah sedekah sebelum kalian terlibat dalam konsultasi pribadi dengan Rasul. Ini lebih baik dan lebih suci bagi kalian... Tapi jika kalian tidak memiliki harta untuk itu, sungguh Allah itu Ghafur lagi Rahim. [12]
Kalian takut untuk bersedekah sebelum berkonsultasi (dengan Rasul)... Meskipun kalian tidak melakukan ini (karena kekikiran kalian), Allah telah menerima taubat kalian – maka dirikanlah shalat dan tunaikan zakat dan taatilah Allah dan RasulNya! Allah itu Khabir terhadap apa yang kalian kerjakan. [13]
Apakah kamu melihat orang-orang yang berteman dengan kaum yang menimbulkan murka Allah? Mereka itu bukan termasuk kalian ataupun termasuk mereka; akan tetapi, meski mengetahui hal ini, mereka bersumpah di atas kebohongan. [14]
Allah telah menyediakan penderitaan yang berat bagi mereka... Betapa buruknya apa yang mereka kerjakan! [15]
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai kedok dan menghalangi dari jalan Allah... Ada penderitaan yang menghinakan bagi mereka. [16]
Baik harta maupun anak-anak mereka tidak akan membuat mereka menang melawan apa yang akan mendatangi mereka dari Allah! Mereka adalah para penghuni Neraka. Dan mereka akan tinggal di dalamnya selama-lamanya. [17]
Suatu saat akan tiba dan Allah akan membangkitkan mereka semua, dan mereka akan bersumpah kepada Allah sebagaimana sumpah mereka kepadamu, dengan berpikiran bahwa mereka mempunyai dasar pijakan. Perhatikanlah, mereka itu benar-benar pendusta! [18]
Setan (kejasmanian; ide bahwa diri hanyalah tubuh fisik belaka) telah menguasai mereka dan membuat mereka lupa akan Allah (realitas diri mereka yang telah diperingatkan kepada mereka, dan bahwa mereka akan meninggalkan tubuh mereka serta hidup kekal sebagai ‘kesadaran’ yang terdiri dari Nama-nama Allah!). Orang-orang (yang selalu menerima dorongan-dorongan setan dan mengira dirinya hanya tubuh fisik belaka) adalah sekutu Setan. Perhatikanlah, sangat pasti, sekutu-sekutu Setan adalah orang-orang yang sangat merugi! [19]
Sungguh, orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya termasuk orang-orang yang paling hina! [20]
Allah telah menuliskan, “Sungguh, Aku dan Rasul-rasulKu yang menang!” Sungguh, Allah itu Qawwi lagi ‘Aziz. [21]
Kamu tidak akan menemukan orang-orang yang beriman kepada Allah, sebagai realitas esensial mereka, dan kepada kehidupan kekal yang akan datang, berteman dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya. Sekalipun mereka itu bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, atau kawan sesuku. Mereka adalah orang-orang yang dihatinya (kesadaran) telah Allah tuliskan (memungkinkan untuk mengalami) iman dan menguatkannya dengan Ruh dari DiriNya sendiri. Dia akan memasukkan mereka kedalam Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dimana mereka akan tinggal selamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah. Mereka adalah sekutu-sekutu Allah... Perhatikanlah, sungguh, sekutu-sekutu Allah itu adalah orang-orang yang berhasil. [22]