59. Al-Hashr
Demi yang Esa yang ditunjuk dengan nama Allah (yang menciptakan keberadaanku dengan Nama-namaNya sesuai dengan makna huruf ‘B’), yang Rahman lagi Rahim.
Apapun yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah (melaksanakan pengabdian mereka dengan mewujudkan Nama-nama melalui fungsi-fungsi yang mereka layani). [1]
Dia lah yang mengusir dari rumah-rumah mereka di antara orang-orang ahli kitab yang mengingkari ilmu mengenai realitas, dan yang telah mengumpulkan untuk berperang (bahkan sebelum perang itu dimulai)... Kamu tidak pernah mengira bahwa mereka akan meninggalkan (rumah-rumah mereka)... Dan mereka mengira benteng pertahanan mereka akan melindungi mereka terhadap Allah! Tapi Allah mendatangi mereka dari arah yang paling tidak disangka dan melemparkan ketakutan kedalam hati mereka! Mereka membongkar rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman! Ambillah pelajaran dari sini, hai kalian yang memiliki wawasan! [2]
Seandainya Allah belum menentukan pengusiran terhadap mereka, tentu Dia telah menimpakan kepada mereka penderitaan di dunia ini. Tapi ada penderitaan Api itu bagi mereka di kehidupan abadi. [3]
Karena mereka telah melepaskan diri mereka sendiri dari Allah dan RasulNya... Dan barangsiapa memutuskan ikatannya dari Allah (mengingkari Nama-nama yang menyusun esensinya – ruhnya – dan kehidupan kekalnya yang akan datang, dan membatasi keberadaannya semata tubuh fisiknya saja) – maka sungguh Allah itu keras dalam membalas (Syadidul Iqab)! [4]
Apapun yang telah mereka tebang dari pohon-pohon kurma mereka atau dibiarkan berdiri pada akarnya, itu karena ijin Allah (B-iznillah) agar Dia menghinakan dan merendahkan orang-orang yang keyakinannya sesat. [5]
Adapun harta rampasan yang Allah berikan kepada RasulNya dari mereka, kamu tidaklah menggunakan seekor kuda atau seekor unta pun untuk mengangkutnya! Tapi Allah mengarahkan Rasul-rasulnya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah itu Qadir atas segala sesuatu. [6]
Dan harta rampasan yang Allah berikan kepada RasulNya dari kota-kota yang ditaklukan tanpa peperangan adalah untuk Rasul, kerabatnya, anak-anak yatim, orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan... (Demikianlah telah ditetapkan) agar (kekayaan) tidak beredar hanya di kalangan orang-orang kaya di antara kalian! Ambillah apapun yang Rasul berikan kepada kalian dan jauhilah apa yang dia larang bagi kalian... Lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah) (karena sudah pasti Dia akan menimpakan kepada kalian akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan kalian). Sungguh, Allah sangat keras balasannya. [7]
(Harta-harta rampasan itu) adalah untuk muhajirin yang miskin yang telah terusir dari rumah-rumah mereka, yang mencari karunia dan ridha Allah dan mereka mendukung Allah dan RasulNya... Mereka itu orang-orang yang benar! [8]
Dan orang-orang yang telah tinggal di kota itu (Madinah) dan mengaku beriman sebelum mereka (muhajirin) mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Mereka tidak mempunyai keinginan atau kebutuhan di dalam hati mereka terhadap apa yang telah diberikan (kepada muhajrin). Meskipun mereka sendiri miskin, mereka mendahulukan mereka (muhajirin) dibanding diri mereka sendiri. Orang-orang yang melindungi dirinya dari kekikiran dan ambisi, mereka itulah orang-orang yang benar-benar sukses. [9]
Orang-orang yang datang setelah mereka berkata, “Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam iman dan jangan biarkan ada pikiran atau perasaan buruk di hati kami terhadap orang-orang yang beriman... Rabb kami! Sungguh, Engkau itu Ra’uf lagi Rahim.” [10]
Tidakkah kamu melihat orang-orang bermuka-dua (munafikin Yahudi) yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang tidak beriman dari antara ahli kitab (kaum Yahudi dari suku Banu Nadir), “Jika kalian diusir (dari rumah-rumah kalian), kami sungguh akan pergi bersama kalian! Dan kami tidak akan pernah mendengar siapapun yang menentang kalian! Dan jika mereka memerangi kalian, kami sungguh akan menolong kalian”... Allah bersaksi bahwa mereka benar-benar para pendusta! [11]
Jika mereka terusir (dari rumah-rumah mereka), mereka tidak akan pergi bersama mereka! Sungguh, jika ada yang memerangi mereka, mereka tidak akan menolong mereka! Dan meskipun mereka harus menolong, mereka akan memutar badan dan melarikan diri! Kemudian mereka tidak akan ditolong. [12]
Rasa takut mereka kepada kalian lebih besar daripada rasa takut mereka kepada Allah! Ini karena mereka adalah kaum yang tidak memiliki pemahaman. [13]
Mereka hanya akan berperang melawan kalian di dalam wilayah yang dibentengi dan dari balik tembok... Dan mereka memiliki masalah dan isu-isu serius di antara mereka sendiri... Kamu mengira mereka bersatu, padahal mereka memiliki pandangan yang berbeda. Ini karena mereka adalah kaum yang tidak berpikir. [14]
Perumpamaan mereka (orang-orang Yahudi ini) seperti orang-orang yang akhir-akhir ini merasakan akibat dari perbuatan-perbutan mereka (pada Perang Badar) dan bagi mereka ada penderitaan yang berat (di kehidupan kekal yang akan datang). [15]
(Perumpamaan keadaan orang-orang munafik yahudi adalah) seperti perumpamaan keadaan Setan, yang berkata kepada manusia, “Ingkarilah (tutupilah realitas dan bergembiralah dengan keadaan kejasmaniaan terendah)!” Tapi ketika (manusia) mengingkari (realitas esnsialnya dan menjadi terhijab di dalam keadaan itu), dia berkata, “Sungguh, aku tidak mempunyai hubungan dengan kamu! Aku takut kepada Allah, Rabb-nya seluruh alam.” [16]
Demikianlah, pada akhirnya, keduanya akan berada di dalam Api itu, dimana mereka akan tinggal selama-lamanya! Ini adalah balasan bagi orang-orang yang zalim. [17]
Hai orang-orang yang beriman, lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah)! Dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah dilakukannya untuk hari esok (kehidupan setelah kematian)! Lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah)! Sungguh, Allah itu, sebagai pencipta kalian, Khabir terhadap apa yang kalian kerjakan. [18]
Dan janganlah seperti orang-orang yang melupakan Allah, sehingga Dia membuat mereka melupakan dirinya sendiri (realitas esensial mereka)... Mereka adalah orang-orang yang sesat keyakinannya! [19]
Tidaklah sama penghuni Api itu dan penghuni Surga... Penghuni Surga adalah orang-orang yang mencapai keberhasilan! [20]
Seandainya Kami mewahyukan Al-Qur’an ini (kebenaran ini) di atas sebuah gunung (ego) kamu akan melihatnya tunduk dan hancur berkeping-keping karena takut kepada Allah (realisasi dari ketiadaan egonya atau ‘diri’ semu berkenaan dengan yang Esa yang ditunjuk oleh nama Allah). Dan perumpamaan-perumpamaan ini (bahasa simbolik) Kami tunjukkan kepada manusia agar mereka mau merenungkannya. [21]
HU itu Allah, tidak ada tuhan, hanya ada HU (karena HU adalah esensi batin dari realitas segala sesuatu yang nampak)! Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang disaksikan! HU itu Rahman (potensi sumber dari seluruh ciptaan, potensial kuantum) lagi Rahim (yang Esa yang mewujudkan ciri-ciri tak hingga dengan Nama-namanya serta pengalaman dunia tindakan dengan dan melalui pengamatan). [22]
HU itu Allah, tidak ada tuhan, hanya ada HU! (karena HU adalah esensi realitas dari segala sesuatu yang nampak)! HU itu Malik (yang Esa yang Maha Kuasa yang mewujudkan Nama-namaNya sesuai kehendakNya dan mengaturnya di dunia tindakan sesuka Dia; yang Esa yang memiliki perbendaharaan atas segala sesuatu), Quddus (yang Esa yang bebas dan jauh dari terdefinisikan, terkondisikan dan terbatasi oleh fitur-fitur dan konsep-konsep yang diwujudkanNya), Salam (yang Esa yang memungkinkan keadaan emansipasi dari kondisi-kondisi alami dan kehidupan jasmani dan memberikan pengalaman 'yakin'), Mu'min (yang Esa yang memungkinkan diperolehnya iman dan yang menuntun individu-individu melihat realitas mereka), Muhaymin (yang Esa yang melihat dan melindungi manifestasi Nama-namaNya dengan sistemNya sendiri), 'Aziz (yang Esa yang kehendaknya untuk melakukan sesuatu dilaksanakan sesuka Dia, tidak ada satu pun yang dapat menentangNya), Jabbar (yang Esa yang kehendaknya memaksa), Mutakabbir (yang Esa sang pemilik eksklusif kata 'Aku', ke'Aku'an Absolut hanyalah milik Dia)! Allah itu Subhan (yang Maha Tinggi dan suci mutlak) dari konsep-konsep ketuhanan yang mereka sifatkan kepadaNya! [23]
HU itu Allah, yang Khaliq (yang Esa sang Pencipta Absolut - yang Esa yang memunculkan individu menjadi ada dari tiada dengan Nama-namaNya), Bari (yang Esa yang menghiasi semua ciptaan [dari mikro hingga makro] dengan fungsi-fungsi dan rancangan-rancangan unik namun tetap selaras dengan keseluruhan), lagi Musawwir (penghias dari bentuk-bentuk; yang Esa yang menunjukkan 'makna-makna' sebagai 'bentuk-bentuk' dan menyusun mekanisme pada para pengindera untuk bisa menginderanya); kepunyaanNya Nama-nama yang indah. Apapun yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah (dengan mewujudkan fitur-fitur dari Nama-nama yang menyusun esensi mereka, yakni dengan mengaktualisasikan pengabdian mereka). HU itu 'Aziz (yang Esa yang kehendaknya untuk melakukan sesuatu dilaksanakan sesuka Dia, tidak satupun dapat menentangnya) lagi Hakim (yang Esa yang kekuasaan ilmunya muncul dibawah samaran 'sebab-sebab', karenanya menciptakan sebab-akibat dan menuntun kepada persepsi keserbaragaman). [24]