Bulan Terbelah Dua
Mukjizat bulan terbelah menjadi dua merupakan salah satu mukjizat dari Guru kita…
Sebagaimana diketahui, sebuah mukjizat adalah kejadian supranatural yang seorang Nabi atau Rasul manifestasikan untuk mebuktikan kepada orang-orang mengenai tugas ilahinya… Diciptakan oleh Allah sebagai rahmatNya. Kata ini hanya merujuk kepada para Nabi atau para Rasul.
“Karomah” (ramalan, keanehan) itu khusus bagi wali-wali Allah yang menonjol dalam mengikuti petunjuk Allah. Kejadian supranatural ini diciptakan Allah diluar kehendak sadar sang wali. Karomah merupakan turunan dari mukjizat yang berkenaan dengan Nabi atau Rasul yang diikuti wali yang bersangkutan.
Kejadian supranatural lain selain dari mukjizat dan karomah disebut “istidraj” Jenis ini tidak mewujud dari Nabi, Rasul ataupun wali, melainkan dari seseorang yang karena berbagai alasan Allah hendak mengujinya.
Dengan kata lain, jika kejadian supranatural bukan mewujud dari Nabi, Rasul atau wali, maka itu di luar agama Islam, dan orang mesti menjauhkan diri darinya.
Bahkan Masihud-Dajjal yang diperkirakan muncul di akhir jaman akan memunculkan banyak kejadian supranatural…
Setelah Guru kita memulai tugas risalahnya, kaum musyrikin Quraisy menuntut mukjizat sebagai bukti. Salah satunya adalah pembelahan bulan menjadi dua bagian…
Beberapa musyrikin yang paling kejam seperti Walid bin Mughirah, Abu Jahal, Aswad bin Muthalib, Ab bin Hisyam, Nadr bin Harits berkumpul di sekitar Guru kita pada suatu hari dan berkata:
“Jika engkau benar-benar Rasul Allah seperti yang engkau akui, belahlah bulan menjadi dua! Biar yang setengah dilihat dari Jabal Qubaisy dan yang setengah lagi dari Jabal Quaik…”
Guru kita bertanya, “Jika Allah memungkinkannya, apakah kalian akan beriman?”
“Ya, Jika engkau bisa melakukan ini, pasti kami akan menjadi orang-orang yang beriman!” mereka menegaskan…
Ketika itu malam ke-14 bulan komariah… Saat bulan penuh! Guru kita berdoa kepada Allah dan memohon kepadaNya untuk membelah bulan menjadi dua sebagaimana yang diminta kaum musyrikin. Wah, dan lihatlah, bulan benar-benar terbelah, setengahnya terlihat dari Jabal Qubaisy dan setengah yang lain dari Jabal Quaik…
Kemudian Guru kita berteriak memanggil:
“Saksikanlah ya Aba Salam bin Abdulasad, ya Arqam! Saksikanlah!”
Kaum musyrikin Quraisy sangat tercengang dengan pemandangan ini, namun mereka masih belum mau menjadi orang-orang yang beriman!
“Ini jelas-jelas sihir dari putra Abu Kabsyi…” mereka menipu diri mereka sendiri.
Abu Jahal menyarankan, “Tunggu hingga para musafir datang… Dia kira dia bisa menipu kita dengan sihirnya, tapi dia tidak bisa menipu para musafir di luar Mekah. Jika mereka tidak melihat apa yang kita lihat, maka jelas itu hanyalah sihir! Mari kita tunggu dan lihat…”
Setelah beberapa waktu, beberapa musafir Mekah kembali pulang dan mengaku mereka melihat bulan terbelah dua selama perjalanan mereka. Tapi orang-orang musyrik itu masih tidak beriman! Dengan keras kepala mereka bersikeras bahwa itu bukan lain dari perbuatan sihir.
Beberapa waktu kemudian, ayat-ayat diwahyukan untuk mensahkan lebih jauh kebenarannya:
Harinya telah dekat dan Bulan (Qamar) benar-benar terbelah!
Tapi ketika mereka melihat sebuah mukjizat, mereka berpaling dan mengatakan, “Sihir Biasa”!
Mereka mengingkari dan mengikuti hasrat mereka yang tidak berdasar (semua yang menyenangkan ego mereka)! Tapi segala perkara akan ditetapkan![1]