Cetak halaman

Hamzah Masuk Islam

Pada suatu hari, Guru kita sedang duduk di Gunung Shafa menghadap ke Kabah, mengerjakan shalat… Abu Jahal kebetulan ada di dekat beliau dengan dua orang budaknya… Ketika dia melihat Guru kita, dia memerintahkan kepada budak-budaknya untuk pergi dan melemparkan tanah kepadanya untuk menghinanya… Apapun yang mereka lakukan dan katakan, Guru kita tidak menanggapi terhadap hinaan itu sama sekali. Beliau hanya diam kemudian pulang.

Sementara itu, budak perempuan Shafiyah yang telah dimerdekakan mengawasi semua yang dilakukan Abu Jahal dan budak-budaknya dari kejauhan…

Beberapa waktu kemudian pada hari yang sama, Hazrat Hamzah baru kembali dari berburunya dengan busur di lehernya dan pedang di pinggangnya… Sudah menjadi ritual Hamzah setelah berburu dan sebelum pulang, dia bertawaf di Kabah, menyalami berhala-berhala dan berbincang dengan masyarakat…

Ketika dalam perjalanan menuju Kabah, bekas budak Shafiyah menghentikan dia dan berkata, “Wahai ayah Umarah… Engkau semestinya melihat apa yang dilakukan saudaramu kepada keponakanmu hari ini!”

“Apa yang dilakukannya?” tanya Hamzah…

“Dia sedang duduk di bukit sana, kemudian Abu Jahal dan budak-budaknya datang dan melemparkan tanah di kepalanya. Mereka menghinanya dan memperolokkannya dengan kata-kata kasar… Tapi dia tidak memberi tanggapan, dia pergi diam-diam dan pulang… Seandainya engkau melihat itu, tentu engkau tidak bisa menerimanya…”

“Dan engkau melihat itu?”

“Aku sungguh melihatnya…”

Hamzah sangat marah… Dia langsung pergi ke Haram Asy-Syarif, dimana dia menemukan Abu Jahal sedang duduk-duduk dengan orang-orang musyrik. Dia bergegas berjalan menuju mereka, mengambil busur dari lehernya dan memukulkannya kepada kepala Abu Jahal dengan sangat keras…

“Engkaukah yang berani menghina dan memperolokkkan agama Muhammad? Maka ketahuilah bahwa aku pun bagian dari agamanya! Aku akan mengatakan apa yang dia katakan! Apakah engkau punya keberanian untuk menentangku dan melakukan hal yang sama kepadaku juga? Aku tantang engkau melakukan kepadaku apa yang engkau lakukan padanya!”

Dengan khawatir Abu Jahal berusaha membela dirinya:

“Tapi dia menolak tuhan-tuhan kita dan mengatakan bahwa mereka bukan apa-apa, hanya batu semata, dia membuat anak-anak kita kebingungan…”

“Engkau mempertuhankan dan menyembah sesuatu selain Allah! Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan(-tuhan), hanya ada Allah! Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah!”

Hamzah belum menerima Islam sebelum peristiwa ini, atau belum menjadi muslim… Dengan panasnya peristiwa ini, mendorong dia mengucapkan Kalimat Tauhid… Mendengar ini, beberapa laki-laki dari Bani Mahzum berdiri dan bertanya, “Apa yang terjadi Hamzah? Apakah engkau berpaling dari agamamu? Kami pikir engkau bagian dari kami?”

Hamzah menjawab dengan tegas:

“Jadi, bagaimana jika aku telah berubah agama? Aku setuju dengan semua yang dikatakan Muhammad, dan aku akan berdiri di sisinya mulai hari ini. Jika kalian tetap dengan pendirian kalian, ayo hentikan aku!”

Abu Jahal menyela untuk mencegah kekacauan:

“Aku mengakui bahwa aku sangat menghina dan memperolokkan keponakanku; Aku pantas menerima pukulan ini… Jangan ganggu Hamzah, biarkan dia…”

Ketika Hamzah pulang, dia mendapati pikirannya bergejolak… Dia mulai merasa agak tidak tenang, egonya – merasa tergores – sedang menggoyahkannya:

“Engkau adalah salah seorang dari orang Quraisy yang paling terhormat. Mengapa mengikuti seorang yang tersingkirkan yang telah menyimpang dari jalan kaumnya? Engkau memiliki reputasi yang baik, sangat dicintai dan dihormati setiap orang. Orang-orang tidak akan menghormatimu lagi dan merendahkanmu mulai sekarang…”

Hamzah sedang mengalami kesulitan, apa yang mesti dia lakukan?

Tiba-tiba muncul sebuah pikiran… Dia meninggalkan rumahnya dan pergi menuju Kabah… Dia berdiri di depan pintu Kabah dan mulai berdoa…

“Ya Allah… Jika jalan yang aku pilih adalah jalan yang benar, maka tolong teguhkan hatiku, angkat semua keraguanku dan teguhkan keyakinanku… Tapi jika ini bukan jalan yang benar, tolong tunjukkan jalan keluar bagiku, sungguh engkau pemberi petunjuk dan keselamatan…”

Dia pulang dan pergi tidur dengan rasa lega… Esok paginya, dia langsung pergi ke rumah Guru kita dan menceritakan kepada beliau apa yang telah terjadi… Jelaslah bahwa waktunya telah tiba bagi Hamzah untuk beriman, dia hanya butuh sedikit dorongan… Guru kita menjelaskan segalanya dengan rinci. Mereka bercakap lama sampai puas sehingga Hamzah benar-benar merasa lega dan yakin:

“Kepenakanku sayang… Aku sudah sangat yakin bahwa engkau adalah pembawa kebenaran… Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan, hanya ada Allah, dan engkau ini sungguh adalah RasulNya!”

Setelah itu, ayat berikut diwahyukan:

Apakah orang yang Kami hidupkan (dengan ilmu realita) ketika dia mati dan Kami beri dia Nur penglihatan yang dengannya dia hidup di antara orang-orang bisa disamakan dengan orang yang berada dalam kegelapan yang dia tidak bisa keluar darinya? Maka, perbuatan orang-orang yang mengingkari ilmu mengenai realita telah dibuat terasa menyenangkan bagi mereka.[1]

Bagian pertama dari ayat ini merujuk kepada Hazrat Hamzah, sedangkan setengah yang ke dua merujuk kepada Abu Jahal…

 



[1]Al-Qur’an 6:122

40 / 51

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini