Cetak halaman

Kekuatan & Kekayaan

Para pemimpin Quraisy yang diketuai Abu Jahal telah berkumpul kembali di Haram Asy-Syarif untuk menemukan solusi bagi masalah yang tak kunjung selesai itu.

Pada akhirnya, salah seorang di antara mereka menyarankan bahwa Muhammad mesti dibunuh. Beberapa orang pemuda yang hadir pada pertemuan itu mengaku siap untuk melaksanakan misi itu…

Setelah rencana itu dibuat, Zaid bin Harits diam-diam meninggalkan pertemuan dan langsung menuju ke rumah Abu Thalib… Dia mengatakan kepada Abu Thalib mengenai keputusan mereka dan rencana mereka untuk mengeksekusi Muhammad…

Abu Thalib bertanya, “Wahai Zaid, apakah engkau tahu tentang kabar keponakanku? Apakah engkau tahu dimana dia sekarang?”

“Ya Abu Thalib, aku tahu, aku bersamanya pagi tadi…”

“Tolong panggil dia, minta kepadanya untuk segera kemari!”

Zaid pergi ke rumah di belakang Gunung Shafa dimana Guru kita sedang bercakap dengan para pengikutnya dan menceritakan kepada beliau tentang situasinya. Guru kita langsung menuju rumah pamannya.

“Keponakanku sayang, apakah engkau sedang sibuk dengan urusan penting?”

“Kami sedang rapat penting dengan beberapa teman…”

“Engkau tahu bagaimana situasinya... Aku ingin engkau pulang sekarang dan jangan kemana-mana hingga engkau mendengar sesuatu dariku…”

Guru kita melakukan apa yang dikatakan pamannya, beliau pulang dan pergi tidur. Sementara itu, Abu Thalib menyampaikan berita kepada semua orang yang berani di kalangan putra-putra Hashim dan Muthalib untuk melengkapi diri mereka dengan pedang dan senjata-senjata dan berkumpul di rumahnya.

Pada dini hari, semua leki-laki pemberani dari suku mereka telah berkumpul di rumah Abu Thalib.

Abu Thalib memerintahkan:

“Sekarang aku akan pergi ke Haram Asy-Syarif dan kalian ikut aku!”

Abu Thalib berhenti dulu di rumah Guru kita, meminta beliau bergabung dan pergi ke Haram. Dengan Guru kita di sisinya, dan sekelompok besar dari pria pemberani dari bani Hasyim dan Muthalib, Abu Thalib memasuki Haram Asy-Syarif dimana Abu Jahal dan para pemimpin Quraisy sedang duduk-duduk. Dia berseru:

“Wahai para pemimpin Quraisy! Tahukah kalian kenapa aku datang kemari?”

“Tidak…?” jawab mereka, terkejut dan tertegun melihat kelompok yang bersenjata…

Abu Thalib mengatakan kepada mereka bahwa dia tahu mengenai rencana mereka dan memerintahkan kepada orang-orangnya, “Angkat pedang kalian!”

Semua laki-laki pemberani di belakang Abu Thalib menarik pedang mereka pada waktu yang bersamaan menunggu perintah untuk menyerang.

Abu Thalib melanjutkan:

“Aku bersumpah kepada kalian, jika kalian membunuh Muhammad, tidak seorang pun dari kalian akan hidup! Kami akan memerangi kalian hingga semua dari kalian tidak bernyawa, dan kami tidak akan menyerah hingga kami semua gugur dalam urusan ini!”

Abu Jahal dan teman-temannya kebingungan. Mereka tidak menyangka akan hal ini. Tidak seorang pun dari mereka memiliki keberanian untuk berbicara apapun…

Abu Thalib kemudian membacakan syair pujiannya yang meninggikan Guru kita dan merendahkan para pemimpin kaum musyrikin… Singkatnya, kata-kata terakhir dia adalah:

“Wahai kaum Quraisy… Aku bersumpah demi rumah Allah bahwa kalian berada dalam kegelapan kemungkaran, pembangkangan kalian kepada Muhammad hanya membuktikan kebodohan kalian… Apakah kalian benar-benar berpikir kalian bisa membunuh Muhammad tanpa melewati nyawa kami? Tahukah kalian bahwa kami tidak akan meninggalkannya hingga kami mengorbankan diri kami untuk melindungi dia. Dan setelah kami mati, kematian kami akan dibalas oleh anak-anak kami yang akan melanjutkan perjuangan kami!?”

Setelah membacakan syair pujiannya, Abu Thalib dan Guru kita serta kelompok bersenjatanya berlalu… Sekali lagi para pemimpin Quraisy melihat sejauh mana tantangan yang mereka hadapi ke depan… Itu sungguh tidak akan mudah… Tapi itu tidak merubah segalanya… Dengan jalan apapun, mereka tahu harus menemukan sebuah cara…

Pada suatu hari, Guru kita sedang berada di Kabah melakukan thawaf. Beberapa orang musyrikin menghalangi jalannya. Di antara mereka ada Walid bin Mugirah, Umayyah bin Halaf, Aswad bin Muthalib, dan Ash bin Wa'il… Mereka memohon:

“Dengar Muhammad, kami punya tawaran untukmu… Kami akan memberimu uang yang cukup, ternak dan harta untuk menjadikanmu yang terkaya di Mekah. Tambahan pula, engkau bisa memiliki semua wanita yang engkau inginkan… Apa yang kami mau sebagai imbalannya adalah engkau berhenti merendahkan tuhan-tuhan kami. Bagaimana menurutmu?”

Guru kita sekedar tersenyum dan melanjutkan thawafnya…

Mereka berpikir bahwa beliau menilai tawaran mereka terlalu kecil, lalu menambahkan:

“Jika hal itu tidak cukup, kami bisa menawarkan lebih! Engkau sembah tuhan-tuhan kami untuk sehari dan kami akan menyembah tuhanmu untuk sepuluh hari. Engkau menyembah tuhan kami selama satu bulan dan kami akan menyembah tuhanmu selama satu tahun… Dengan cara ini, jika tuhanmu lebih baik dibanding tuhan-tuhan kami, kami mendapat manfaat darinya. Tapi sebaliknya jika tuhan-tuhan kami lebih baik dibanding tuhanmu, engkau tidak tercerabut darinya…”

Guru kita menanggapi:

“Tidak satupun dari tawaran kalian menarikku sedikit pun… Aku bukan datang untuk mengambil kekayaan kalian, bukan untuk menjadi kaya ataupun terkenal, bukan juga bertujuan untuk menjadi pemimpun kalian… Allah mengirimkan aku kepada kalian sebagai Rasul… Dia mewahyukan kitabNya kepadaku… dan memberiku misi untuk memperingatkan kalian akan derita yang akan menimpa kalian atas perbuatan-perbuatan buruk kalian serta balasan yang akan kalian terima atas perbuatan-perbuatan baik kalian… Ini perintah Allah. Telah kusampaikan pesan ini kepada kalian. Sekarang, aku mesti bersabar hingga Allah memberikan putusanNya di antara kita.”

Atas hal ini, ayat-ayat berikut diwahyukan:

Katakanlah, “Apakah kalian memerintahkan aku menyembah apa-apa disamping Allah, wahai orang-orang yang jahil?”

Aku bersumpah ini diwahyukan kepada kalian dan orang-orang sebelum kalian, “Sungguh, jika kalian menyekutukan apapun dengan Allah (jika kalian bersikap menduakan – berbuat syirik) semua perbuatan kalaian akan menjadi sia-sia dan kalian pasti akan termasuk orang-orang yang merugi!”

Tidak, beribadahlah hanya kepada Allah dan jadilah golongan orang-orang yang bersyukur (mengevaluasi rahmat akan apa yang dimaksud menjadi seorang hamba)![1]

Katakanlah, “Hai orang-orang yang mengingkari ilmu mengenai realita (hakikat)!”

“Aku tidak mempertuhankan apa yang kalian pertuhankan (Diri Pencela [ego] kalian – otak kedua di perut kalian).”

“Dan engkau bukan pula penyembah dari (beribadah kepada) apa yang aku sembah.”

“Dan aku tidak akan menyembah (beribadah kepada) apa yang kalian pertuhankan.”

“Dan engkau tidak akan menyembah (beribadah) kepada yang aku ibadati.”

“Bagimu (pemahamanmu akan) agamamu dan bagiku (pemahamanku akan) agamaku!”[2]

Oleh karenanya, tanggapan Guru kita kepada tawaran mereka mencakup 3 ayat pertama dari Surat Az-Zumar dan 6 ayat dari Surat Al-Kafirun…

Sekali lagi, rencana kaum musyrikin mengalami kegagalan…

Sekali lagi, mereka mulai memikirkan cara-cara baru dan rencana-rencana baru untuk mengalahkan Muhammad…

 



[1]Al-Qur’an 39:64-66

[2]Al-Qur’an 109:1-6

42 / 51

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini