Cetak halaman

Panggilan Dari Gunung Shafa

Setelah Guru kita menerima perintah “Oleh karena itu, umumkan secara terbuka apa yang diperintahkan kepadamu!" Beliau mendaki puncak batu tertinggi dari Gunung Shafa dan mulai mengajak orang-orang Mekah dengan suara yang lantang dan bergema:

“Wahai para sahabat! Wahai para sahabat! (Wahai masyarakat Quraisy, kemarilah dan berkumpullah, aku punya berita penting buat kalian)”

Orang-orang Mekah kebingungan, karena hanya berita yang sangat penting yang akan diumumkan dengan cara ini…

Setiap orang mulai saling bertanya satu sama lain dengan penasaran sambil bergegas menuju Shafa, “Siapa yang sedang berteriak?”, “Mengapa kita dipanggil?”

“Ini Muhammad Al-Amin!”, “Tiada yang tahu kenapa dia memanggil kita”, “Pasti itu penting!”, dll.

Dalam waktu singkat, orang-orang Mekah telah berkumpul di Gunung Shafa. Dengan rasa ingin tahu mereka bertanya, “Ya Muhammad, mengapa engkau mengumpulkan kami di sini? Apa yang sedang terjadi? Apakah kita sedang diserang musuh? Apa yang akan engkau umumkan?”

Guru kita tidak menunda-nunda untuk menjawab:

“Wahai kaum Quraisy! Kemiripan kita adalah seperti seorang laki-laki yang melihat musuh dan berteriak kepada keluarganya untuk mengingatkan mereka dari bahaya…

Wahai kaum Quraisy! Seandainya aku mengatakan kepada kalian ada pasukan kuda di balik gunung ini dan mereka akan segera menyerang kalian di pagi hari atau menjelang malam, akankah kalian mempercayaiku?”

Mereka belum pernah mendengar Muhammad Al-Amin berbicara dusta atau mengatakan sesuatu yang melampaui kebenaran sebelumnya. Dengan serempak mereka menjawab, “Ya, kami membenarkan kejujuranmu, engkau adalah Muhammad Al-Amin, kami belum melihat apapun selain kebenaran dan kepatutan darimu. Engkau bukanlah orang yang suka membuat pernyataan palsu.”

Guru kita melanjutkan:

“Oleh karena itu, aku memberitahu kalian mengenai hukuman besar di depan kita. Allah Yang Maha Tinggi telah memerintahkan aku untuk mengingatkan kerabat terdekatku mengenai hukuman di akhirat. Aku mengajak kalian untuk mengucapkan, 'Allah itu Esa, tidak ada tuhan atau berhala, hanya ada Allah.' Dan aku adalah hamba dan Rasul Allah. Jika kalian menerima apa yang telah aku katakan, maka aku jamin bahwa kalian akan masuk surga. Tapi jika tidak, aku takut aku tidak bisa melayani kalian baik di dunia ini ataupun di akhirat…”

Abu Lahab kelimpungan dan marah menghadapi perkataan ini… Karena keponakannya menyapa kepada semua orang Quraisy dan tidak satu suku pun dalam kaum Quraisy yang tidak bertalian dengan Guru kita… Ini adalah keluarga yang lebih besar! Dia segera memungut sebuah batu dan langsung melempar ke arah Guru kita sambil berteriak, “Semoga engkau binasa! Untuk inikah engkau mengumpulkan kami di sini?”

Sedikit yang dia tahu bahwa kutukan yang dibuatnya hari itu kepada Guru kita akan menimpa dirinya sendiri di kemudian hari… Seperti dikatakan Guru kita, “Ada dua malaikat hadir ketika seseorang berdoa yang mengatakan ‘Amin, semoga sebanyak yang sama juga didapat olehmu!’ Jika yang bersangkutan membuat kutukan dan sang penerima layak mendapatkannya, kutukan itu akan mengenainya. Tapi jika yang dituju tidak layak dengan kutukan itu, maka ia akan kembali kepada pasal kutukan dan mengenai yang membuatnya!”

Karenanya, Abu Lahab sebenarnya sedang mengutuk dirinya sendiri!

Batu yang dilemparnya jatuh di tumit kaki Muhammad saw tempat beliau berdiri… tidak ada yang lain mengatakan apapun… Mereka hanya berbisik di antara mereka sendiri dan dengan diam-diam membubarkan diri…

Abu Lahab akan membayar mahal atas permusuhan kerasnya dan kebenciannya kepada Rasulullah saw. Allah menggembar-gemborkan akhir yang menakutkan baginya di dalam Al-Qur’an:

“Binasalah kedua tangan abu Lahab… Dan dia benar-benar binasa!

Baik hartanya ataupun usahanya tiada berguna baginya!

Dia akan ditimpa Api yang menyala-nyala!

Istrinya juga… Sebagai pembawa kayu bakar!

Dengan tali sabut di lehernya![1]

Tidak peduli siapapun yang menyatakan pendapat yang berbeda, Allah akan terus menyempurnakan cahaya Guru kita. Oleh karena itu, seberat apapun kesedihan yang beliau alami dan saksikan ini, Guru kita tidak takut ataupun gentar oleh pernyataan buruk yang ditujukan kepadanya. Pada waktu-waktu kemudian ketika sebagian pengikutnya mengalami penyiksaan berat dan orang-orang yang tidak beriman terus menghasut dan mengganggu Guru kita, Allah mewahyukan ayat-ayat berikut, yang membuat Guru kita melanjutkan jalannya dengan kekuatan dan bermartabat:

“Karenanya, umumkanlah (sampaikanlah)  apa yang diperintahkan kepadamu (ilmu tentang realita dan Sunnatullah) lalu berpalinglah dari orang-orang musyrik!

Sungguh, cukuplah Kami bagimu terhadap para pencemooh!

Mereka yang mengambil tuhan-tuhan selain Allah (yang menciptakan seluruh alam dan esensi mereka dengan Nama-namaNya) … Mereka akan segera mengetahui!

Sungguh, Kami mengetahui betapa dadamu sesak oleh apa yang mereka katakan.

Maka, bertasbihlah kepada Rabb-mu (lanjutkan keberadaanmu melalui pengabdian kepada realita/ hakikat dirimu) karena Hamd-Nya (evaluasi dunia jasmani) dan jadilah golongan orang-orang yang bersujud (menghapuskan identitas/ego yang dibangun)!

Dan beribadahlah kepada Rabb-mu (mengamalkan shalat dan mengabdi kepada Allah) hingga datang kepadamu keyakinan…”



[1]Al-Qur’an 111:1-5

37 / 51

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini