Pengawasan Abu Thalib
Guru kita kehilangan ayahnya sebelum kelahirannya, ditinggal oleh ibunya pada usia enam tahun, kemudian oleh kakeknya di usia delapan tahun… Kini dia sepenuhnya dibawah pengasuhan pamannya, Abu Thalib.
Abu Thalib bukan orang kaya. Dia hanya memiliki beberapa ekor unta. Namun demikian, dia seorang yang terhormat, dan yang paling dihormati dan disegani di antara orang-orang dari suku Quraisy…
Dia menjauhkan diri dari kebiasaan menyembah berhala di jaman jahiliyah. Seperti ayahnya, Abdul Muthalib, dia tidak berjudi ataupun minum minuman keras. Abu Thalib lebih mencintai Muhammad dibanding kepada anak-anaknya, dia tidak pernah pergi kemanapun tanpa Muhammad. Dia selalu menunggu Muhammad untuk melakukan suapan pertama saat makan malam, dan selalu memberikan apapun yang dia minta. Tidak seperti saudara yang lainnya, Abdulah dan Abu Thalib lahir dari ibu yang sama. Itulah sebabnya Muhammad mendapat tempat khusus di hatinya…
Abu Thalib tahu betul kualitas Muhammad, yang berbeda dari semua anak, termasuk anak-anaknya sendiri… Jika Muhammad hadir di meja makan, meskipun jumlah makanan sangat sedikit akan mencukupi semua orang dan terkadang meninggalkan sisa… Jika anggota keluarga makan terpisah, makanannya tidak akan mencukupi mereka. Tapi jika mereka satu meja dengan Muhammad, semua orang merasa kenyang meskipun hanya ada sedikit makanan… Inilah sebabnya mengapa Abu Thalib selalu menginginkan Muhammad hadir di meja-makan sebagai yang pertama menyuapkan makanan. Agar tidak menimbulkan kecemburuan dan kedengkian dari anak-anaknya, dia akan berkata, “Dia anak yatim, itu sebabnya pantas mendapatkan suapan yang pertama…”
Terkadang hanya tersedia secangkir susu di atas meja, yang hanya cukup untuk satu orang. Jika Muhammad yang pertama menyicipnya, seluruh keluarga akan minum dari cangkir yang sama dan susunya tidak pernah habis.
Inilah sebabnya Abu Thalib akan selalu mengatakan, “Engkau sungguh anak keberuntungan dan diberkati…”