Rencana Akhir
Enam bulan telah berlalu sejak peristiwa hijrah pertama, dan enam tahun jika dihitung dari kedatangan Islam…
Saat itu bulan Zulhijjah…
Merasa yakin bahwa umat Islam telah jauh diluar kendali, Umar memutuskan untuk memojokkan mereka! Pada suatu pagi dia memutuskan untuk menemukan Guru kita dan melakukan apapun untuk menghentikannya!
Dengan niat ini, dia bergegas menuju Haram Asy-Syarif. Guru kita sedang duduk di depan Kabah dan sedang membaca Surat Al-Haqqah… Dengan diam-diam, Umar mendekat ke belakang Guru kita dan duduk untuk mendengarkan apa yang beliau baca… Keelokan Al-Qur’an dan pilihan kata-katanya yang sangat indah membuatnya tertegun. Umar kelimpungan…
“Tidak diragukan, para pemimpin Quraisy itu benar...Ini sungguh puisi yang paling indah dan tanpa cacat yang pernah aku dengar…” pikirnya.
Pada detik itu, Guru kita sedang membaca ayat-ayat berikut:
Sungguh, ini adalah perkataan seorang Rasul yang murah hati.
Ini bukan perkataan seorang penyair… Betapa sedikitnya keimanan kalian![1]
Umar tertegun.
“Dia pastinya seotang peramal! Bagaimana bisa dia mendengar pikiranku?”
Guru kita melanjutkan bacaannya:
Bukan pula perkataan seorang peramal… Betapa sedikitnya engkau mengingat dan berpikir!
Ini adalah penyingkapan (rinci) dari Rabbnya seluruh alam!
Sekiranya dia yang membuatnya dan menyebutnya dari Kami;
Sungguh, kami akan ambil tangan kanannya (kekuasaannya).
Kemudian akan kami potong urat lehernya!
Dan tidak seorang pun dari kalian bisa menghalanginya.
Sugguh, ini (Al-Qur’an) adalah peringatan bagi orang-orang yang ingin melindungi dirinya sendiri!
Sungguh, Kami mengetahui siapa di antara kalian yang mendustakan.
Sungguh, ia (Kiamat) akan menjadi waktu penyesalan yang lebih pahit bagi orang-orang yang menyangkal ilmu realita (hakikat)![2]
Umar kini terpesona… Ayat-ayat ini telah menembus ke dalam hatinya dan segera mengempiskan permusuhannya. Dengan diam-diam dia bangkit dan berlalu…
Namun demikian, lambat laun, propaganda dari para pemimpin Quraisy dalam melawan Islam dan Guru kita telah membuat hati Umar membeku kembali…
Beberapa lama kemudian, para pemimpin itu berkumpul kembali di Haram untuk menyelesaikan masalah ini seyakin-yakinnya.
Abu Jahal mengajukan usulannya:
“Saudara-saudaraku… Seperti kita semua ketahui, Muhammad menghina tuhan-tuhan kita dan merendahkan kita. Dia menyatakan bahwa kita adalah orang-orang jahil dan para leluhur kita ada di neraka…
Begini usulanku: Barangsiapa membunuh dia, aku akan memberi kepada pahlawan itu 100 unta merah dan hitam, 50 koin emas, 50 koin perak, 10 setel pakaian dan apapun yang dia inginkan! Ada yang mau menjadi sukarelawan?”
Dengan rasa heran mereka bertanya:
“Tapi siapa yang bisa melakukan itu?”
Seseorang dari yang hadir angkat bicara:
“Aku bisa!”
Dalam keadaan bingung, setiap orang berpaling ke arahnya untuk melihat siapa pemberani itu…
Tidak diragukan, dia lah Umar…
Ini membuat semua orang gembira. Karena mereka semua tanpa keraguan mengetahui bahwa Umar adalah orang yang paling tepat untuk tugas ini.
“Engkau sungguh bisa melakukannya, Umar!” kata mereka menambah keyakinannya.
Dan mereka semua menyusun rencana akhir mereka.