Sebuah Peringatan
Sebelum saya mulai berbagi tentang kehidupan Guru kita Muhammad Mustafa saw, saya ingin menyampaikan sebuah peringatan yang sangat penting, yang sangat berharga, terutama di masa kini.
Apabila hadits dan ajaran Muhammad saw tertentu disampaikan kepada orang-orang tertentu yang mengaku muslim, sayangnya mereka bereaksi dengan:
“Ini adalah perkataan dari sang utusan. Adakah ayat mengenai ini yang mengabsahkannya? Jika ada, maka ia bisa diterima. Tapi jika tak ada ayatnya di dalam Al-Qur’an, maka tidak ada keterikatan dengannya karena itu semata pendapat pribadi sang utusan… kita tak perlu mematuhinya…”
Karenanya, pada kesempatan ini saya ingin berbagi ayat-ayat berikut sebagai jawaban terhadap pendekatan ini:
Kalian menuduh berdasarkan kabar-angin dan mengatakan perkara-perkara yang kalian tidak memiliki ilmunya seolah itu perkara yang remeh… Padahal dalam pandangan Allah itu perkara besar (penting)![1]
Ayat ini jelas-jelas menunjukkan bahwa membicarakan suatu hal, terutama mengenai agama, tanpa ilmu yang memadai – seolah itu perkara remeh atau biasa – merupakan sebuah pelanggaran yang serius!
Dengan peringatan di atas, mari kita bahas hal penting ke dua mengenai ajaran Guru kita Muhammad saw dan validitas dari mereka yang mengklaim “Ajaran Muhammad adalah ‘sunnah’ dan bukan ‘kewajiban’ karena tidak dimasukkan dengan terbuka dan secara jelas di dalam Al-Qur’an”…
Allah mengingatkan kita tentang tugas dan wewenang Rasul saw di dalam Al-Qur’an dengan ayat-ayat berikut:
1. Ambillah apapun yang Rasul berikan kepada kalian dan hindarilah apa yang dia larang bagi kalian…[2]
2. Dia tidak berbicara dari kecenderungan pribadinya (imajinasinya)! Ia semata wahyu yang disingkapkan![3]
3. Siapapun yang mematuhi Rasul, senyatanya telah mematuhi Allah![4]
4. Jika kalian berbeda pendapat tentang sesuatu – jika kalian beriman kepada Allah dan kehidupan abadi yang akan datang – kembalikanlah hal itu kepada Allah dan RasulNya…[5]
5. Katakanlah, “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku agar Allah mencintai kalian dan memaafkan kalian. Allah itu Al-Ghafur, Ar-Rahim.”[6]
6. Apakah mereka masih tidak tahu bahwa siapapun yang menentang Allah dan RasulNya, baginya api neraka, dia akan kekal di dalamnya? Itu adalah kehinaan yang besar.[7]
7. Nabi itu lebih utama bagi orang-orang yang beriman dibanding diri mereka sendiri![8]
8. Barangsiapa menentang Rasul setelah realita menjadi nyata; Kami akan meninggalkan dia di jalannya dan menuntunnya ke neraka pada akhirnya! Seburuk-buruk tempat kembali![9]
9. Jika dikatakan kepada mereka, “Kembalilah kepada apa yang telah diwahyukan Allah dan kepada Rasul,” engkau akan melihat orang-orang munafik itu berpaling dan menjaga jarak terhadapmu.[10]
10. Orang-orang yang tidak mengambil keputusan dengan apa yang telah diwahyukan Allah, mereka itu para pengingkar realita![11]
11. Kami telah datangkan setiap rasul bagi mereka untuk ditaati dengan ijin Allah. Seandainya mereka datang kepadamu setelah menganiaya diri mereka sendiri dan meminta ampunan dari Allah, dan jika Rasul telah meminta ampunan bagi mereka, sungguh mereka akan mendapati bahwa Allah itu At-Tawwab dan Ar-Rahim.
Tapi tidak demikian adanya! Demi Rabb-mu, mereka tidak akan beriman hingga mereka menunjukmu sebagai penengah atas perselisihan di antara mereka, dan mengikuti keputusanmu dengan berserah sepenuhnya dan tanpa keberatan di hati mereka.[12]
Sebagai tambahan dari ayat-ayat di atas, berikut beberapa hadits yang dengan jelas menunjukkan kewenangan dan misi Rasul saw serta pentingnya mengikuti ajaran beliau:
1. Apa kalian pikir Allah belum melarang hal-hal lain kepada kalian yang tidak dicantumkan di dalam Al-Qur’an? Bukalah mata kalian, Aku pun telah membuat perintah-perintah, berkhotbah dan melarang. Semua itu sebanyak, jika tidak lebih, dari apa-apa yang ada di dalam Al-Qur’an. (Abu Dawud)
2. “Bukalah mata kalian, disamping Al-Qur’an, Aku telah memberi sebanyak itu lagi.” (Tirmidzi – Abu Dawud)
3. “Jibril AS tidak hanya membawa dan mengajarkan Al-Qur’an kepada Rasul Allah saw, dia juga membawa dan mengajari beliau As-Sunnah” (Sahih Bukhari)
Setelah menyampaikan ayat-ayat dan hadits yang relevan dengan topik ini dan membuatnya sebagai peringatan kepada para pembaca yang saya hormati, saya ingin menyampaikan peringatan berikut kepada mereka yang masih ragu:
Bacalah ayat-ayat dan hadits di atas dengan teliti dan cobalah untuk memahami makna yang sesungguhnya. Muslim manapun yang mengklaim beriman akan melihat dengan jelas bahwa Rasul tidak terpisah dari Allah; semua perkataan beliau adalah perintah dari Allah. Karenanya, menolak Rasul berarti juga menolak Allah…
Rasul itu bukan dan lebih dari sekedar tukang posnya Allah, seperti anggapan sebagian orang.
Oleh karena itu, jangan mencampakkan hadits dengan berpikir bahwa “Ini hanyalah perintah-perintah sang utusan, tidak mengapa tidak mengamalkannya pun.” Ingatlah bahwa ayat di atas, “Barangsiapa menentang Rasul…”ditujukan kepada mereka yang berpikiran demikian.
Istambul, 1971