Cetak halaman

Tuduhan Dan Fitnahan

Ketika kaum musyrikin Quraisy merasa yakin bahwa mereka tidak akan berhasil untuk menghentikan perkembangan Islam dengan kekuatan fisik, mereka mulai melakukan tuduhan dan fitnahan kepada Guru kita dengan label-label buruk seperti “tukang sihir”, “orang gila’, “seorang penyair” dan “tukang ramal”…

Dengan melakukan itu, mereka ingin melemahkan ajakan Guru kita kepada para pengunjung asing yang datang ke Mekah selama musim ziarah. Terutama sekali oleh Walid bin Mughirah, salah seorang yang paling tua dan bijak di antara kaum musyrikin yang menjadi pentolannya.

Dalam sebuah rapat mereka, dia menyarankan:

“Wahai kaum Quraisy… Musim ziarah akhirnya telah tiba… Aku menduga bahwa kita akan menghadapi situasi-situasi yang menarik. Banyak orang asing yang menunjungi tanah kita di sepanjang tahun… Kalian telah berusaha menghentikan mereka agar tidak mempercayai Muhammad dengan mengatakan kepada mereka bahwa dia orang yang gila, seorang penyair dan tukang sihir… Tapi sejauh yang aku lihat, taktik ini tidak akan lagi berguna…”

“Mengapa tidak?” tanya salah seorang dari kaum musyrikin… “Kita telah berhasil sejauh ini!”

“Hingga hari ini para pengunjung datang sendirian atau dengan kelompok kecil… Mereka mendengar informasi dari salah seorang dari kita lalu pergi. Tapi sekarang akan banyak orang yang datang ke Mekah dan mereka akan berinteraksi dan berbicara dengan banyak orang dari kalian. Sebagian dari kalian akan menyebut dia sebagai ‘tukang sihir’ dan yang lain akan menyebutnya ‘orang gila’, sementara yang lain lagi menyebutnya ‘tukang ramal’. Dari sisi kita, ini akan nampak bertentangan dan membuat para pengunjung berpikir bahwa kita ini iri dan dengki… Karenanya, kita mesti memutuskan untuk mengambil dan mengatakan sebutan yang sama agar tidak kelihatan bertentangan satu dengan lainnya…”

“Dan apa menurut pikiranmu yang mesti kita katakan? Apa saranmu?” tanya mereka…

Sebelum aku berbagi pandangan, aku ingin mendengar pendapat kalian dulu… Bagaimana menurut pikiran kalian semua?

“Mari kita katakan dia seorang peramal!” seseorang menyarankan…

Walid tidak setuju:

“Aku bersumpah dia bukan seorang peramal! Kita telah melihat banyak peramal hingga kini… Apa yang dia baca bukanlah kata-kata atau khayalan seorang peramal. Para peramal terkadang benar dan akurat dan terkadang cacat dan tidak akurat. Sejauh ini, kita belum pernah melihat Muhammad mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya…”

“Jika begitu kita katakan saja dia orang gila!”

“Dia bukan seorang yang sakit jiwa ataupun gila! Kita telah melihat banyak orang yang sakit jiwa, dan kita tahu bagaimana penampilan dan cara bicaranya… Muhammad tidak gemetaran ataupun kejang-kejang. Dia tidak memiliki rasa benci maupun kekhawatiran…”

“Jika demikian katakan saja dia seorang penyair…”

“Dia bukan penyair! Kita sudah melihat semua tipe penyair… Apa yang dia baca tidak terdengar seperti puisi! Kita tidak bisa mengatakannya sebagai seorang penyair…”

“Maka kita harus mengatakan dia seorang tukang sihir!”

“Tidak! Mustahil! Dia bukan tukang sihir… Kita sudah melihat banyak bentuk sihir dan kita telah bertemu dengan banyak tukang sihir… Apa yang dibacanya tidak mirip dengan pekerjaan tukang sihir…”

Tidak ada yang tersisa lagi untuk disarankan… Karena label apapun yang muncul untuk merendahkan Guru kita, Walid mengakui dan menegaskan bahwa beliau tidak membawa sifat-sifat itu.

Dengan putus asa mereka bertanya,

“Aba Abdusyams… apa yang bisa kita katakan? Engkau tidak setuju dengan saran kami yang manapun. Beritahu kami apa yang ada dalam pikiranmu jika begitu?”

Pada masa awal, Walid telah mendengar Guru kita membaca Al-Qur’an. Ayat yang didengarnya dan menarik perhatiannya adalah:

Sungguh, Allah memerintah berbuat adil, bersikap baik dan murah hati kepada kerabat… Dan melarang perilaku tidak bermoral (egois), beperilaku buruk (aktivitas yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan keimanan) dan penindasan (zalim dan tidak adil)… Dia mengingatkanmu agar engkau berpikir dan mengevaluasi.

Karena terpikat oleh ayat ini, Walid menjelaskan:

“Aku bersumpah bahwa tidak ada perkataan yang lebih besar dan lebih mulia dibanding perkataan yang diucapkan Muhammad! Perkataannya bagai cahaya! Sungguh karya sastra yang sempurna! Ia menimbulkan perasaan senang kepada pendengarnya… Perasaan senang yang mustahil untuk dijelaskan…”

Setelah pengakuan ini, Walid bangkit dan meninggalkan pertemuan…

Semua orang terkejut! Mereka mulai bercakap satu dengan lainnya.

“Walid juga telah berpaling dari agamanya!”

“Dia juga telah menjadi pengikut Muhammad…!”

Pada akhirnya, berita itu sampai ke telinga Abu Jahal. “Yakinlah,” katanya, “Aku akan mengembalikan dia ke arah yang benar!”

Abu Jahal pergi menuju rumah Walid. Ketika Walid melihat kekhawatiran pada wajah Abu Jahal, dia bertanya, “Ada apa saudaraku? Mengapa engkau begitu cemas?”

Abu Jahal berbicara dengan rasa ingin tahu:

“Bagaimana aku tidak cemas? Kaum Quraisy sedang mengumpulkan derma atas namamu!”

Walid keheranan, “Apa!? Mengapa begitu?”

Abu Jahal melanjutkan akal bulusnya:

“Kata mereka engkau memuliakan dan memuji kata-kata Muhammad dan engkau merangkulnya agar bisa mengambil keuntungan yang dia berikan hingga bisa lebih kaya!”

Walid tua sangat marah! Dengan semua kekayaan yang dimilikinya bagaimana mereka berani menuduhnya dengan merendahkan dirinya!?

“Omong kosong! Bukankah orang-orang Quraisy tahu sekaya apa aku ini, dalam harta dan anak-anak, dibanding Muhammad? Apakah para pengikutnya menjadi lebih kaya dibanding dia sehingga aku bisa lebih kaya dari sekarang!? Ini sungguh menggelikan!”

Dia segera membuat keputusan untuk mengundang para pemimpin Quraisy ke rumahnya dan membuat penjelasan.

Ketika mereka datang, Walid berbicara dengan nada kesal, karena Walid belum menerima Islam. Dia sekedar mengakui keagungan dan keelokan Al-Qur’an…

“Tidak, aku tidak berpaling dari tuhan-tuhanku! Tapi aku telah merenungkan bagaimana kalian mesti menghinakannya! Jika kalian terus menjalankan pernyataan-pernyataan yang sama, tidak lama lagi kalian akan nampak bodoh, karena orang-orang akan melihat ketidakbenarannya… Tapi jika kalian ingin memberi sebutan, aku anjurkan kalian mengatakan bahwa dia itu tukang sihir dan tukang ramal… Karena, perkataan yang dia ucapkan begitu memikat bagai sihir sehingga bisa memisahkan seorang ayah dari anaknya, seorang suami dari istrinya, seorang saudara dari saudaranya! Bahkan mempunyai kekuatan untuk menciptakan konflik di antara kabilah-kabilah dan suku-suku!”

Kaum Quraisy merasa lega… Sejak saat itu, mereka mulai menanamkan dan menyebarkan kebohongan ini kepada semua pejiarah dan pengunjung Mekah… Sementara itu, berkenaan dengan mereka, ayat-ayat berikut diwahyukan:

Sungguh, ia adalah perkataan dari Rasul yang murah hati.

Bukan perkataan seorang penyair… Betapa sedikitnya keimanan kalian!

Bukan pula perkataan seorang peramal… Betapa sedikitnya kalian mengingat dan berpikir!

Ini adalah penyingkapan (rinci) dari Rabbnya seluruh alam![1]

Maka, biarkan Aku (berurusan) dengan orang yang Aku sendiri ciptakan;

Orang yang Aku beri kekayaan yang berlimpah;

Dan anak-anak di hadapannya;

Dan dibukakan baginya karunia yang seluas-luasnya!

Namun dia (dengan tamak) ingin Aku agar menambahkan baginya!

Tidak akan pernah! Sungguh, dia sangat bersikeras menentang ayat-ayat Kami.

Akan Aku timpakan padanya pendakian yang sulit.

Sungguh, dia telah memikirkan dan menetapkannya!

Semoga dia mati (dan melihat realitanya), bagaimana akibat keputusannya itu!

Dan lagi, semoga dia mati (dan melihat realita), bagaimana akibat keputusannya itu!

Kemudian dia melihat.

Kemudian dia mengerutkan kening dan cemberut!

Kemudian dia berpaling dan menjadi sombong!

Dan dia berkata, “Ini bukan lain hanya kata-kata sihir yang diwariskan!”

“Ini bukan lain dari perkataan manusia!”

Akan Aku timpakan kepadanya Saqar (api siksaan yang pedih).[2]

Jadi, ihwal Walid bin Mughirah yang memfitnah dan menuduh Guru kita sebagai tukang ramal dibukakan dengan ayat-ayat ini…

 



[1]Al-Qur’an 69:40-43

[2]Al-Qur’an 74:11-26

44 / 51

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini