Umar Beraksi

Tanpa sepengetahuan Umar, saudara perempuannya Fatimah dan adik iparnya Said bin Zaid telah memeluk Islam. Beberapa kerabatnya seperti Nuaim bin Abdullah juga telah beralih kepada agama Islam namun tidak menyingkapkan identitas mereka.

Umar sedang berjalan menuju tempat Guru kita dengan niat teguh untuk membunuhnya. Kebetulan ketika itu Guru kita sedang berada di rumah Arqam dan ditemani paman beliau Hazrat Hamzah ra., Abu Bakar ra. dan Hazrat Ali ra. dan sekitar 40 muslim lainnya…

Ketika Umar sedang berjalan histeris di dekat sisi bukit, dia berjumpa dengan Nuaim, kerabatnya… Menilai sikap umar dan arah yang sedang ditujunya, Nuaim bertanya sambil mengira-ngira:

“Hendak kemana Engkau Umar?”

“Kepada Muhammad! Sang penemu agama baru… Laki-laki yang memecah dua kaum Quraisy! Dia merendahkan kita dan merendahkan leluhur kita! Aku akan membunuh dia!”

Nuaim merasa ngeri, “Umar, engkau kalah oleh egomu dan mau melakukan sebuah kejahatan… Jika engkau membunuhnya, kau pikir putra-putra Abdi Manaf akan membiarkan engkau hidup?”

“Kini aku yakin bahwa engkau juga termasuk mereka yang telah sesat! Apakah aku benar?”

“Daripada bertanya kepadaku, pergi dan tanyalah keluargamu sendiri terlebih dahulu!”

“Ada apa dengan keluargaku?”

“Saudarimu Fatimah, adik iparmu dan pamanmu telah menjadi muslim! Jadi pergilah dan periksa keluargamu sendiri terlebih dahulu sebelum campur tangan dalam urusan orang lain!”

Umar melepaskan cengkramannya pada baju Nuaim… Dia tidak bisa mempercayai itu! Saudarinya dan adik iparnya sendiri telah masuk Islam? Itu sama sekali tidak benar! Dia mengubah jalannya dan bergerak ke arah rumah saudarinya…

Pada ketika itu, Habbab bin Arat berada di rumah saudarinya, sedang mengajar dia dan Said pamannya membaca Al-Qur’an…

Ketika mereka mendengar suara langkah kaki yang keras di luar, mereka segera berhenti membaca Al-Qur’an dan Fatimah menyembunyikan lembaran kulit bertuliskan Al-Qur’an di dadanya… Akan tetapi, Umar telah mendengar bacaan Al-Quran itu…

Pintu terbuka dengan dorongan yang memaksa dan Umar pun masuk dengan geram… Dia berteriak, “Apa yang sedang kalian baca?”

“Kami hanya sedang bercakap!” jawab Said…

Umar tidak bisa diyakinkan:

“Aku bersumpah bahwa aku telah mengetahui pembelotan kalian kepada agama Muhammad! Sekarang akuilah dengan sebenarnya!”

Said tahu tidak ada gunanya memperpanjang lagi:

“Ya Umar! Apakah engkau masih tidak bisa melihat bahwa agama sejati ini jauh berbeda dari tuhan-tuhan yang engkau sembah?”

Umar adalah laki-laki yang mudah panas. Perkataan ini cukup baginya untuk menjatuhkan saudara iparnya, menduduki dadanya dan memukulnya habis-habisan… Fatimah berlari dan mendorong Umar dari suaminya. Tapi kali ini Umar berbalik dan menampar Fatimah begitu keras sehingga dia terjatuh ke tanah. Hidungnya mulai berdarah…

Mereka sudah muak… Keduanya berteriak, “Dengar kebenarannya jika begitu! Ya, kami telah menjadi muslim! Kami bersaksi bahwa tiada tuhan, hanya ada Allah, dan Muhammad adalah Rasul Allah! Sekarang, lakukanlah sesukamu, hanya orang yang jahil dan orang sesat yang tidak mampu memahami kebenaran Islam!”

Ketika Umar melihat ultimatum mereka dan darah yang mengalir di wajah sadarinya, dia kaget… Dia terduduk dan mulai merasa tidak enak dengan apa yang telah dilakukannya… Dengan nada yang melunak dia bertanya lagi…

“Tolong berikan kepadaku lembaran yang sedang kalian baca, biarkan aku melihat apa sebenarnya yang dibawa oleh Muhammad…”

Fatimah tidak mempercayainya, “Tidak! Engkau akan merusaknya! Aku tidak bisa memberikannya kepadamu!”

Umar berjanji, “Aku bersumpah tidak akan merusaknya; aku sekedar ingin membacanya…”

Fatimah merasa yakin dengan ketulusannya, namun demikian dia mendesak:

“Hanya orang yang suci yang bisa menyentuh Al-Qur’an! Engkau kotor dari kemusyrikan! Pergi dan bersihkan dirimu terlebih dahulu, baru engkau bisa membacanya!”

Umar pulang, pergi mandi dan kembali. Keadaannya telah berubah; sikapnya sama sekali telah melunak… Umar adalah seorang yang terpelajar. Mereka memberikan lembaran itu kepadanya yang berisi Surat Tha-Ha dan Al-Hadid, lalu Umar pun membacanya:

Dengan nama Allah, Yang Rahman, Yang Rahim…

Tha Ha (kesadaran Muhammadan murni, Diri asli yang secara kias digambarkan sebagai totalitas Nama-nama yang diajarkan kepada Adam dan Ruh yang ditiupkan kedalam Adam)!

Kami tidak mewahyukan Al-Qur’an kepadamu agar kalian menjadi susah.

Ia (ilmu yang disingkapkan) hanyalah peringatan (tentang realitanya) kepada kesadaran yang terbuka kepada kekaguman (bisa merasakan keagungan Allah);

Diturunkan per bagian dari pencipta bumi (tubuh) dan langit (bentuk-bentuk dan tingkat-tingkat kesadaran yang mewujud dari dimensi Nama-nama) yang agung.

Rahman tegak di atas Arasy (Rahman menegakkan kekuasaanNya dengan menciptakan alam semesta [dunia wujud yang diciptakan oleh potensi Nama-nama yang melekat pada otak] dengan Nama-namaNya, yakni dalam potensial quantum, Rahman melihat ilmuNya melalui ilmuNya).

Apapun yang di langit (kesadaran) dan yang di bumi (tindakan yang mewujud) dan segala sesuatu di antaranya (dalam imajinasi seseorang) dan di bawah bumi (di kedalaman jasmaninya) adalah untuk Dia (untuk manifestasi Nama-namaNya).

Dan jika engkau menyatakan pikiranmu (atau menyembungikannya) ketahuilah bahwa sungguh Dia mengetahui rahasia (di dalam kesadaranmu) bahkan yang lebih dalam dari itu (Nama-nama aktual yang menyusunnya).

Dia lah Allah! Tidak ada tuhan-berhala, hanya HU! Nama-nama Yang Indah kepunyaan Dia (Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya dengan fitur-fitur itu)!

Apakah kisah Musa telah sampai kepadamu?

Bagaimana dia (Musa) melihat api dan mengatakan kepada kaumnya, “Tinggallah di sini, sungguh aku telah merasakan adanya api… Mungkin aku akan membawa untuk kalian bara darinya atau menemukan petunjuk di dekat api itu.”

Ketika dia telah dekat (dengan api itu) dia merasakan sebuah panggilan, “Wahai Musa.”

“Sungguh Aku Rabb-mu! Lepaskan kedua terumpahmu (lepaskan pengkondisian fisik dan mentalmu dan tetaplah dalam kesadaran murni) karena sungguh engkau berada di lembah suci Thuwa!”

“Aku telah memilih engkau! Maka, dengarlah ilmu yang sedang diwahyukan!”

“Sungguh, aku ini Allah! Tidak ada tuhan-berhala, hanya ada Aku! Maka, mengabdilah kepadaKu (dengan mewujudkan fitur-fitur dari Nama-namaKu)! Dan kerjakanlah (rasakanlah) shalat untuk mengingatKu!”

“Sungguh, waktunya (kematian) akan tiba… Tapi aku akan merahasiakannya agar setiap orang akan melihat dan merasakan akibat dari perbuatannya.”

“Jangan biarkan orang-orang yang tidak beriman (kepada kehidupan abadi setelah kematian) dan yang mengikuti khayalan tidak berdasar memalingkan perhatianmu darinya (kebenaran bahwa semuanya akan kembali kepada Allah) agar engkau tidak binasa!”[1]

Segala sesuatu di langit dan di bumi memuji (tasbih) Allah (dengan memenuhi fungsinya). HU itu Al-AzizAl-Hakim.

Kepunyaan Dia kekuasaan dari Langit dan bumi… Dia menghidupkan dan mematikan! Dia itu Qadir  atas segala sesuatu.

HU itu Yang Awwal (ihwal wujud pertama dan paling awal) dan Yang Akhir (yang berikutnya tanpa hingga, terhadap semua perwujudan), Yang Zahir (wujud nyata yang nampak tegas; Realita Absolut diluar ilusi) dan Yang Bathin (realita yang tidak nampak di dalam perwujudan yang bisa dirasakan, sumber dari yang gaib, Diri Absolut diluar diri ilusi)! Dia ‘Alim atas segala sesuatu (Yang Mengetahui segala sesuatu sebagai pencipta mereka dengan Nama-namaNya)!

Dia menciptakan langit dan bumi dalam enam periode dan meneguhkan DiriNya di atas Arasy! Dia mengetahui apa yang masuk ke bumi dan apa yang keluar darinya; apa yang disingkapkan dari langit dan yang naik kepadanya… Dan Dia bersama kalian (asal dari keberadaan kalian) dimanapun kalian berada (karena kalian ada dengan Nama-namaNya)… (Ini menunjuk kepada kesatuan wujud diluar ilusi dualitas.) Allah itu Bashir atas apa yang kalian lakukan (sebagai pencipta mereka).

KepunyaanNya kekuasaan dari langit dan bumi! Semua urusan kembali kepada Allah.

Dia mengubah malam menjadi siang dan siang menjadi malam! Dia, sebagai esensi absolut mereka, (dengan Nama-namaNya), mengetahui apa yang ada di dalam hati!

Berimanlah kepada Allah dan RasulNya, hakikat inti diri kalian dengan Nama-namaNya… Berikan (demi Dia) apa yang darinya Dia menjadikanmu khalifah-khalifah! Bagi orang-orang di antara kalian, yang beriman dan memberi, ada balasan yang besar.

Apa alasan kalian untuk tidak beriman kepada Allah, hakikat inti kalian dengan Nama-namaNya? Padahal Rasul itu mengajak kalian untuk beriman kepda Rabb kalian, yang menjadikan kalian ada dari tiada dengan Nama-namaNya, bahkan telah mengambil janji kalian! Jika kalian sunguh orang-orang yang beriman![2]

Umar terdiam tanpa sepatah kata pun… Lalu:

“Aku belum pernah mendengar kata-kata megah yang begitu menghujam yang disatukan sedemikian elok dan agung!”

Ketika mendengar pengakuan ini, Habbab keluar dari tempat persembunyiannya dan bertepuk tangan:

“Selamat bagimu ya Umar! Karena sejatinya, dia telah berdoa beberapa hari yang lalu dengan mengatakan, ‘Ya Allah! Kuatkanlah Islam dengan Umar atau Abu Jahal.’

Aku berdoa agar doa Rasulullah menjadi kenyataan bagimu! Kini aku melihat bahwa doa beliau mewujud padamu, ini adalah kekuatan dahsyat, Umar!”

Umar sudah terlalu tidak tahan dan sensitif…

“Dimana Rasulullah sekarang? Aku sangat ingin melihat dia…”

Fatimah masih sedikit khawatir, “Hanya jika engkau berjanji tidak akan melakukan apapun yang tidak pantas terhadapnya, kami akan memberitahu dimana dia…”

Umar telah lama membatalkan rencananya…

“Aku bersumpah, aku tidak akan melakukan apapun yang tidak pantas kepada Rasulullah!



[1]Al-Qur’an 20:1-16

[2]Al-Qur’an 57:1-8

47 / 51

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini