Belajar Bahasa Asing
Zaid bin Tsabit adalah salah seorang sahabat yang paling cerdas. Ayahnya telah meninggal ketika dia baru berumur enam tahun, dan dia dibesarkan sebagai anak yatim oleh suku Najjar. Ketika Guru kita tiba di Madinah, Zaid telah berusia sebelas tahun. Dia telah menghafal ketujuh belas surat Al-Qur'an yang telah diwahyukan hingga hari itu.
Pada suatu hari, dia dibawa ke hadapan Rasulullah saw. Dia membacakan semua yang telah dihafalnya di depan Guru kita. Mendengar bacaannya ini, Guru kita sangat senang.
Beberapa hari kemudian, Guru kita memanggil Zaid lagi. Ketika dia datang, Rasul bertanya kepadanya:
"Wahai Zaid, bisakah engkau mempelajari naskah Yahudi untukku? Aku bersumpah, aku tidak bisa mempercayai tulisan mereka."
Menanggapi permintaan ini, Zaid ra. belajar membaca dan menulis bahasa Ibrani dalam lima belas hingga dua puluh hari. Dia menjadi yang terbaik dalam bidang ini di Madinah. Sejak saat itu, dia orang satu-satunya yang menjadi juru tulis Rasul saw.
Setelah ini, Guru kita bertanya lagi kepada Zaid:
"Wahai Zaid, bisakah engkau belajar dan menulis bahasa Siria? Aku menerima tulisan berbahasa Siria juga. Bisakah engkau membaca dan menulisnya dalam bahasa ini?'
Zaid sekali lagi mengambil tugas ini dengan tekad besar dan, menurut riwayat, belajar membaca dan menulis bahasa Siria dalam dua puluh hari.
Sejak saat itu, Zaid mengelola koresponden Rasulullah saw, dalam bahasa Ibrani dan Siria. Para ulama Islam menggunakan teladan ini sebagai dasar untuk mendorong kaum muslimin untuk mempelajari bahasa asing sebanyak mungkin.