Cetak halaman

Di Dekat Sumur Badar

Ketika tentara muslim di bawah pimpinan Muhammad Rasulullah saw tiba di dekat sumur Badar pada Jumat malam di waktu shalat Isya, mereka lebih memilih tinggal agak jauh dari lokasi sumur. Ini memungkinkan mereka untuk bisa membaca situasi dengan lebih baik.

Guru kita saw memerintahkan kepada sebagian sahabat yang terkuat, seperti Hazrat Ali, Hazrat Zubair, Hazrat Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Bais Bais (semoga Allah rida dengan mereka) untuk melakukan pengintaian di dekat sumur. Beliau mengatakan kepada mereka, "Lakukan penyelidikan di dekat sumur di sekitar bukit kecil itu. Aku yakin kalian akan mengumpulkan beberapa informasi berharga di sana."

Pada saat itu, para pengambil air dari tentara Quraisy yang telah tiba dari Mekah sedang mengangkat air dari sumur. Ketika para sahabat, bersama Hazrat Ali sampai kepada mereka, mereka segera menguasai dan berhasil mencegat sebagian besarnya. Namun, salah seorang di antaranya yang bernama Ujai melihat kesempatan lolos dan berhasil kabur ketika suasana sedang ricuh.

Tidak lama kemudian, Ujai sampai di perkemahan orang Mekah yang sedikit agak jauh. Dia masuk dan dengan keras berteriak:

"Wahai para prajurit Mekah... putra Abu Kabsyah dan para sahabatnya menangkap kami ketika kami sedang mengangkat air dari sumur. Mereka semua pasti telah datang ke sini bersama-sama!"

Kabar ini tersebar dengan cepat di seluruh perkemahan. Di antara prajurit penyembah berhala yang baru saja hendak makan, Hakim bin Hizam, tanpa melanjutkan suapannya, langsung berdiri dan mulai berdiskusi dengan para pemimpin Mekah lainnya yang turut serta dalam ekspedisi itu. Mereka perlu memutuskan cara menanggapi situasi saat itu.

Sementara itu, Hazrat Ali dan orang-orang besertanya telah kembali ke perkemahan kaum muslimin beserta tawanan mereka.

Di antara yang tertangkap adalah Aslam, budak dari keluarga Hajjaj, dan Ariz Abu Yasar, budak dari keluarga As bin Said. Mereka ditarik ke samping dan mulai diinterogasi mengenai keterlibatan mereka.

Kedua tawanan itu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan:

"Kami adalah para pengangkut air untuk orang-orang Mekah."

"Mereka membawa turut serta kami untuk mengangkut air."

"Kami datang ke sumur Badar untuk mengambil air bagi mereka."

"Kami tidak tahu apa tujuan dan rencana mereka..."

Para sahabat meragukan kebenaran ucapan dari kedua tawanan itu. Mungkin saja bahwa orang-orang ini benar-benar bagian dari kafilah Abu Sufyan, dan karenanya perlu digali kebenarannya untuk mendapatkan informasi yang relevan. Dengan pemikiran ini, mereka terus menekan, bahkan dengan kekuatan fisik agar para tawanan itu mau mengaku. Menghadapi tekanan ini, tawanan itu akhirnya membuka mulut:

"Kami dari kafilah dagang Abu Sufyan. Ketika orang-orang dari kafilah kehabisan air, kami datang kemari dengan unta-unta untuk mengambil air bagi mereka. Kafilah itu berada tepat di belakang bukit itu!"

Mendengar ucapan mereka, para sahabat menempatkan para penjaga untuk mengawasi mereka. Sementara itu, Guru kita saw sedang mengerjakan shalat malam di area sekitar. Setelah menyelesaikan shalatnya dan mengucapkan salam, beliau memanggil orang-orang yang menginterogasi tawanan dan berkata kepada mereka:

"Tawanan yang kalian bawa telah bicara jujur; kemudian kalian mulai memukuli mereka dan membuat mereka berbohong kepada kalian karena pukulan kalian itu. Lepaskanlah mereka. Pada awalnya mereka bicara benar. Orang-orang ini memang para pengangkut air bagi kaum musyrikin yang datang dari Mekah..."

"Berapa banyak orang yang datang dari Mekah?"

Kedua tawanan itu menjawab:

"Banyak sekali!"

Guru kita saw lalu bertanya secara tidak langsung:

"Berapa ekor unta yang mereka sembelih untuk dimakan?"

Keduanya dengan cepat menjawab pertanyaan ini tanpa berpikir kemana arah tujuannya:

"Mereka menyembelih sembilan ekor unta sehari dan sepuluh ekor di hari berikutnya!"

Jawaban ini sudah cukup bagi Guru kita untuk menaksir jumlah orang Quraisy itu. Beliau kemudian menjelaskan:

"Kaum Quraisy itu terdiri dari 950 hingga 1000 orang."

Setelah ini, Guru kita menanyai para tawanan sekali lagi:

Di antara mereka dari kaum Quraisy, siapa sajakah tokoh bangsawan dari Mekah?"

Kedua tawanan itu merinci tokoh-tokoh bangsawan Mekah yang ikut datang:

"Abu Jahal bin Hisyam, Utbah bin Rabi'a, Syaibah bin Rabi'a, Umayyah bin Khalaf, Munabbih bin Hajjaj, Hakim bin Hizam, Suhail bin Amr, Abu al-Bakhtari bin Hisyam, Nufail bin Khuwailid, Harits bin Khuwailid, Harits bin Amr, Nubaih bin Hajjaj, Nadhr bin Harits, Zam'ah bin Aswad..."

Mendengar nama-nama ini, Guru kita saw berpaling ke arah para sahabatnya dan berkata:

"Wahai para sahabatku, inilah orang-orang paling terkemuka Mekah, dan Mekah telah mengorbankan semua orang-orang terhormatnya."

Kemudian beliau berbalik kepada kedua tawanan itu dan berkata:

"Dalam perjalanan kalian kemari, apakah ada di antara kalian yang berbalik arah?'

Kedua tawanan itu memberitahu beliau:

"Ya, Akhnas bin Syuraiq dari Bani Zuhrah dan para sahabatnya berbalik arah."

Mendengar ini, Guru kita membuat pernyataan berikut mengenai Akhnas:

"Walaupun dia tidak berada di jalan yang benar, tidak mengenal Allah, Akhirat, ataupun Al-Kitab, Allah menunjuki Bani Zuhrah menuju jalan yang benar."

Kemudian beliau bertanya lagi:

"Adakah orang lain yang berbalik arah?"

"Putra-putra Adi bin Ka'ab juga berbalik arah!"

 

Pada saat itu, Abu Sufyan berhasil menuntun kafilah dagangnya melalui pinggiran Badar dan masuk ke jalan menuju Mekah tanpa kejadian apapun. Mereka telah mengamankan posisinya, dan bahaya telah mereka lalui. Setelah yakin dengan keamanannya, Abu Sufyan mengirim seorang kurir untuk memperingatkan kaum musyrikin Quraisy:

"Kalian berangkat dalam ekspedisi ini untuk mempertahankan kafilah dagang kalian, orang-orang kalian, dan barang-barang kalian. Kami telah menyelamatkan kafilah dagang kalian dari kaum muslimin. Jangan buang-buang waktu dan kembalilah segera!"

Namun, ketika peringatan ini sampai di telinga Abu Jahal, dia menolak keras akan anjuran itu. Abu Jahal sangat tidak setuju dengan sahabat-sahabatnya yang memilih kembali ke Mekah dan berargumen dengan alasan sebagai berikut:

"Kita tidak akan kembali hingga kita pergi ke Badar dan tinggal di sana untuk beberapa hari! Kita akan merayakan, berpesta, dan unjuk kekuatan di sana, baru kemudian kembali. Dengan cara ini, kita menyampaikan pesan yang jelas kepada kaum muslimin, dan mereka tidak akan bisa memanggil kita sebagai Quraisy pengecut!"

Ketika kurir itu mendengarkan perkataan Abu Jahal, dia segera kembali menuju kafilah dagang dan melaporkan apa yang didengarnya dari tentara Quraisy kepada Abu Sufyan. Mendengar bahwa orang-orang Mekah bersikeras melanjutkan menuju Badar, Abu Sufyan merasa cemas. Dia berbagi pemikirannya dengan orang-orang di sekitarnya:

"Orang-orang kita telah melakukan kesalahan! Abu Jahal membawa kita kepada kebinasaan! Dia ingin pergi ke Badar, memerangi orang Islam dan meraih kemenangan untuk meneguhkan kepemimpinannya di Mekah. Akan tetapi, melampaui batas kemampuan diri selalu membawa kesialan. Jika mereka berhadapan dengan Muhammad dan para sahabatnya, tidak diragukan akan berakhir tidak baik bagi mereka."

Ya, ketika Abu Jahal dan para pemimpin Quraisy lainnya melanjutkan perjalanan mereka menuju Badar, diketahui bahwa sebagian dari mereka berbalik arah di perjalanan, kembali menuju Mekah. Mari selidiki alasan-alasan mengapa mereka berbalik arah...

Akhnas bin Syuraiq adalah sekutu dari suku Bani Zuhrah. Dia terus memikirkan dalam-dalam mengenai perjalanan itu, ada yang dipertimbangkan di dalam pikirannya. Pada akhirnya diam-diam dia menyampaikan pemikirannya kepada teman sesukunya:

"Wahai kaum Bani Zuhrah, kalian telah mendengar bahwa harta kalian telah diselamatkan dari tangan Muhammad dan para sahabatnya... Kalian memulai ekspedisi ini untuk menyelamatkan harta kalian, dan nampaknya kalian telah mencapai tujuan itu. Kalian bisa melabeli aku sebagai pengecut, dan kita bersama kembali ke Mekah. Perkataan Abu Jahal hanyalah mimpi-mimpi kosong.

Lagi pula, Muhammad adalah keponakan kalian, putra dari saudari kalian. Jika dia benar-benar seorang Rasul, kita semua akan gembira ketika kita mengenalnya. Tapi jika dia seorang pendusta, biarlah orang lain yang berurusan dengannya, dan tangan kita bersih dari tetesan darah."

Mendengar ini, mereka berdiskusi untuk menemukan alasan mengapa mereka berbalik arah. Akhnas mengusulkan:

"Kita akan berangkat dengan orang Quraisy itu. Apabila malam tiba, aku akan berpura-pura jatuh dari unta. Mereka akan datang kepadamu dan mengatakan, 'Ayo berangkat!' Lalu, kalian menjadikan aku sebagai alasan. Katakan saja, 'Akhnas digigit ular! Kita tak tahu apakah dia bisa bertahan, tapi kami tidak bisa berangkat tanpa melihat dia pulih kembali. Jika dia hidup, kami akan berangkat. Jika dia mati, kami akan menguburnya, baru setelah itu kami berangkat.' Setelah itu, mereka akan melanjutkan perjalanan, sementara kita kembali ke Mekah."

Putra-putra Zuhrah menerima usulan Akhnas. Walau bagaimanapun, Akhnas selalu memimpin mereka dengan konsisten dengan keputusan yang bijak, selalu memastikan keselamatan mereka. Mengikuti keputusan ini, Akhnas dan seratus orang dari tentara musyrikin Quraisy kembali ke Mekah.


32 / 48

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini