Hari-Hari Di Quba

Setelah kafilah sampai di dusun Quba, Muhammad saw berkenginan untuk melepaskan lelah, menuju sebuah pohon kurma lalu duduk dengan tenang.

Hazrat Abu Bakar Siddiq lah yang melakukan upacara penyambutan kedatangan bagi para tuan rumah dan memberikan tanggapan-tanggapan.

“Selamat datang…” “Semoga Anda merasa nyaman…” “Salam…” “Semoga kedamaian bagi Anda…” “Assalamu ‘alaikum…”

Hazrat Abu Bakar Siddiq menanggapi kepada setiap individu:

“Senang bertemu Anda…” “Saya merasa nyaman…” “Salam…” “Semoga kedamaian bagi Anda…” “Wa alaikum salam…”

Karena perbedaan usia antara Hazrat Abu Bakar dan Rasulullah saw tidak banyak bebeda, orang-orang yang belum pernah bertemu Rasulullah mengira bahwa Abu Bakar adalah Rasulullah karena perannya dalam menerima dan menanggapi para tamu.

Ini berlanjut hingga matahari di atas kepala dan bayang-bayang pohon kurma lenyap. Pada saat itulah, Hazrat Abu Bakar bergegas dan menggunakan jubahnya untuk menaungi Guru kita. Maka dengan itulah kemudian setiap orang menyadari yang mana sebenarnya Rasulullah saw.

Mereka tinggal di dusun Quba sebagai tamu selama empat hari.

Pada hari ke tiga mereka tinggal, Hazrat Ali, sepupu Guru kita, tiba setelah melewati bahaya besar dan berbagai kesukaran. Segera setelah dia sampai di dusun itu, dia bergegas menuju mereka. Kedatangannya membawa kegembiraan besar kepada Muhammad saw dan Abu Bakar ra.

Hazrat Abu Bakar berkata:

“Selamat datang, ya Ali,” katanya.

“Kita menemukan kenyamanan, ya Abu Bakar,” jawab Ali.

“Kapan engkau meninggalkan Mekah?”

“Tiga hari setelah keberangkatan Guru kita dan dirimu.”

“Apakah engkau menjumpai bahaya dalam perjalanan?”

“Sama sekali tidak.”

Mendengar ini, bayang-bayang kesedihan sekilas nampak di mata Guru kita.

“Engkau melewati banyak kesukaran untukku, ya Ali.”

“Selama engkau selamat dan bersama kami, ya Rasul, itu cukup bagi kami.” Kemudian Hazrat Ali melaporkan kondisi Mekah dan semua yang terjadi kepada beliau dengan rinci.

Selama empat hari ini, tugas paling penting yang diselesaikan adalah pembangunan Masjid Quba, yang dimulai pada hari pertama kedatangan mereka di Quba dan diselesaikan sebelum mereka meninggalkan Quba.

Pada hari ke empat mereka tinggal di Quba (12 Rabiul Awwal), Rasulullah saw menaiki unta beliau Qashwa dan berkata: “Baiklah, mari berangkat Abu Bakar! Engkau naiklah.” Kemudian beliau memboncengnya di belakangnya dan berangkat menuju Yatsrib (Madinah). Iring-iringan penduduk Yatsrib dan penduduk Quba yang mengikuti mereka menjadi pemandangan yang luar biasa. Kafilah pun bergerak dengan perlahan.

Ketika Rasulullah saw melanjutkan perjalanannya menuju Madinah, beliau memasuki lembah Rauha, dan di sini lah datangnya perintah Shalat Jum’at. Rasulullah melaksanakan Shalat Jum’at pertama di lembah ini. Menurut riwayat Sunan Ibnu Majah, beliau menyampaikan khutbah berikut ketika shalat itu:

“Wahai manusia, bertaubatlah sebelum kematian menjemput kalian! Berjuanglah untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik selama kalian mempunyai kesempatan. Carilah rida Rabb kalian dengan berinfak, secara terbuka maupun tersembunyi, dan dengan mengingat Allah sebanyak-banyaknya. Jika kalian melakukan itu, kalian akan diberi, ditolong, dan meraih apa yang luput dari kalian.

Ketahuilah bahwa selama bulan ini, di hari ini juga, di tempat ini, Allah telah menjadikan Shalat Jum’at sebagai kewajiban kalian hingga Hari Keputusan. Baik imamnya adil ataupun tidak, selama ada imam yang memimpin shalat, baik selama masa hidupku atau setelahnya. Barangsiapa meninggalkan shalat ini tanpa sebab yang penting atau ingkar, maka semoga Allah tidak menyatukannya, tidak memberkatinya, dan tidak memenuhi kebutuhannya!

Ketahuilah bahwa barangsiapa meninggalkan Shalat Jum’at, tidak akan diterima shalatnya, infaknya, hajinya, puasanya, atau amal kebaikan lainnya hingga dia bertaubat.

Ketika seseorang bertaubat dan meninggalkan dosa, Allah memalingkan dia kepadaNya.

Ketahuilah bahwa seorang wanita tidak boleh menjadi imam bagi laki-laki, orang yang tidak baik tidak boleh menjadi imam bagi orang yang baik, kecuali orang yang tidak baik itu menindas orang baik dan memaksakan kehendaknya melalui intimidasi dan kekuatan.”

Di dalam buku lain, tercatat ada ucapan yang berbeda dari Rasul dalam khutbah ini, tapi cukuplah dengan apa yang telah kami sebutkan di sini.

Hingga titik ini, para pembaca yang terhormat, kami telah merangkum dan menyajikan peristiwa kehidupan Rasulullah saw mulai dari kelahiran beliau hingga hijrah beliau ke Madinah secara ringkas.

Kami telah meriwayatkan kelahiran Rasulullah, masa kanak-kanak, masa muda, pernikahannya, penugasan Risalahnya, dan khutbahnya selama tiga belas tahun di Mekah. Bagian kehidupan ini secara kolektif kami rujuk sebagi Periode Mekah.

Dengan hijrahnya Rasul ke Madinah, fase ke dua dimulai, yang berlangsung selama sepuluh tahun. Selama itu, Islam mulai menyebar dan tumbuh melalui beragam penaklukan, yang puncaknya ditutup dengan selesainya misi kenabian beliau.

Sebelum kami beralih ke bagian ke dua dari tulisan kami ini, yang meliputi periode Madinah, kami akan menyampaikan beberapa hadits otentik dari kumpilan hadits yang paling terpercaya. Setelah itu, kami akan membahas kehidupan Rasulullah selama di Madinah.

Keberhasilan dan bimbingan semata dari Allah Yang Maha Kuasa.

21 / 48

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini