Keputusan Mengenai Para Tawanan Perang
Setelah Perang Badar, Guru kita saw meminta nasihat para sahabat mengenai cara memperlakukan para tawanan perang. Hazrat Abu Bakar Siddiq ra. menyampaikan pendapatnya:
"Ya Rasulullah, para tawanan ini adalah sepupu-sepupu kita. Mereka dari suku kita dan saudara-saudara kita. Aku mengusulkan mengambil tebusan dari mereka. Dengan tebusan yang kita terima, kita bisa menjadi lebih kuat dalam berurusan dengan oang-orang yang tidak beriman. Lebih dari itu, kita berharap bahwa Allah memberi petunjuk kepada mereka ke jalan yang benar dan mereka mungkin menjadi para pendukung kaum muslimin..."
Menanggapi ini, Guru kita bertanya kepada Hazrat Umar al-Faruq ra. atas pendapat ini: "Bagaimana menurut engkau, wahau putra Khatab?"
Umar ra. menyatakan pandangannya:
"Demi Allah, aku pikir pendapat Abu Bakar tidak begitu tepat! Dalam pandanganku, pertama-tama, engkau mesti mengijinkan aku untuk memenggal kepala si anu dan si anu (merujuk kepada kerabatnya sendiri)... Engkau mesti menijinkan Ali untuk membunuh Akil, dan engkau mesti mengijinkan Hamzah untuk membunuh saudaranya, Abbas. Dengan cara ini, akan diketahui bahwa kita tidak lemah dan tidak memberi keringanan ketika berurusan dengan kaum musyrikin. Jangan dilupakan pula bahwa mereka adalah para petinggi dan pemimpin di antara kaum musyrikin!"
Menanggapi ini, Abdullah bin Rawahah menyampaikan pandangannya: "Ya Rasulullah, mari kita cari sebuah lembah yang banyak pohonnya, masukkan mereka ke dalamnya dan nyalakan pohon-pohon itu untuk membakarnya."
Mendengar saran-saran ini, Guru kita saw tetap terdiam untuk beberapa lama... Kemudian beliau berdiri dan memasuki tendanya dan tinggal di sana untuk beberapa waktu. Selama waktu itu, kaum muslimin berdiskusi dan memperdebatkan usulan-usulan tadi; sebagian mendukung
Abu Bakar Siddiq ra. dan yang lain mendukung pandangan Umar ra....
Akhirnya, Guru kita saw muncul dari tendanya dan berkata kepada para sahabatnya:
"Allah Yang Maha Kuasa dan Maha agung telah mengaruniakan kepada orang-orang tertentu hati yang sangat lembut, lebih lembut dan halus dibanding susu. Allah Yang Maha Mulia juga mengaruniakan hati yang keras kepada sebagian orang, lebih keras dibanding batu...
Wahai Abu Bakar, fitrahmu seperti Ibrahim as. Dia berkata kepada Allah, "Ya Rabbi... siapapun yang mengikuti aku; maka dia bagian dari aku... Dan siapapun yang tidak mematuhiku, maka Engkau itu Yang Al-Ghafur, Ar-Rahim"[1]
Wahai Abu Bakar, fitrahmu seperti Isa as. Dia berdoa kepada Allah, "Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka itu hamba-hambaMu! Jika Engkau mengampuni mereka, sungguh Engkau itu Al-Aziz, Al-Hakim."[2]
"Wahai Umar, karaktermu mengingatkanku akan Nuh as. Dia berdoa kepada Rabb-nya, "Ya Rabbi... Jangan sisakan di muka bumi siapapun di antara orang-orang yang mengingkari ilmu mengenai realita (hakikat)!"[3]
Wahai Umar, fitrahmu juga mirip Musa as. Dia memohon kepada Rabb-nya, "Ya Rabbi! Lenyapkan kekayaan mereka dan susahkanlah hati mereka! Karena mereka tidak akan beriman sehingga mereka melihat azab yang pedih."[4]
"Sekarang, akan aku jelaskan rencananya: Jangan lepaskan siapapun dari para tawanan itu hingga mereka membayar tebusan. Jika mereka menolak membayar tebusan, eksekusi mereka."
Di antara ketujuh-puluh tawanan, hanya mereka yang seperti Uqbah bin Muaith dan Nadhr bin Harits, di antara ateis Quraisy, yang dipenggal kepalanya meskipun mereka ingin membayar tebusan...