Cetak halaman

Pembunuhan Penyair Yahudi

Di Madinah, Ka'ab bin Asyraf adalah salah seorang penyair Yahudi yang paling memusuhi Islam. Dia biasa membuat syair yang memperolokkan kaum muslimin dan Rasulullah saw dengan tuduhan tidak berdasar dan menggunakan ayat-ayat semaunya. Setelah Perang Badar, dia bahkan semakin menentang, membuat elegi-elegi panjang serta ratapan kesedihan yang mendalam atas kekalahan kaum musyrikin.

Karena sikap permusuhan Ka'ab semakin menjadi, pada suatu hari Guru kita bertanya kepada para sahabatnya, "Siapa di antara kalian yang bisa menjauhkan aku dari Ka'ab bin Asyraf? Dia telah melukai Allah dan Rasulnya." Muhammad bin Maslamah mengajukan diri sebagai sukarelawan dan berkata, "Ya Rasulullah, apakah engkau menghendaki aku untuk membunuhnya?" Rasul setuju dengan mengatakan, "Ya, aku menginginkan itu."

Setelah ini, Muhammad bin Maslamah berlalu dan menghabiskan beberapa hari untuk menyiapkan misi ini beserta kakak asuhnya Abu Na'ilah dan Ubbad bin bisyr. Mereka perlu alasan untuk bisa mendekatinya; sebuah alasan yang bisa mendapatkan akses kepadanya tanpa menimbulkan kecurigaan. Maka, mereka pun menghadap Guru kita dan meminta ijin serta menjelaskan rencana mereka:

"Ya Rasulullah, Ka'ab akan merasa senang jika kita mengatakan sesuatu yang menguntungkan baginya, tapi itu melibatkan perkataan yang bertentangan denganmu. Bolehkah kami melakukan itu?"

Guru kita kemudian memberi ijin, "Katakanlah apapun yang menurutmu perlu."

Muhammad bin Maslamah lalu menuju kepada Ka'ab dan memulai percakapan: "Laki-laki ini (merujuk kepada Rasulullah) membebani kami dengan pajak yang besar dan mencari sumbangan dalam jumlah yang banyak. Aku datang untuk meminjam sesuatu darimu karena hal ini!"

Ka'ab memanfaatkan kesempatan ini dengan menanggapi, "Yakinlah kepadaku, pasti kesukaran dan masalahmu akan bertambah terus..."Muhammad bin Maslamah melanjutkan, "Apa yang bisa kami lakukan? Kami telah berkomitmen untuk mengikutinya. Kami sedang menanti-nanti bagaimana akhir dari semua ini. Sekarang, kami perlu meminjam darimu kurma sekitar dua muatan unta. Bisakah engkau meminjamkan sebanyak itu?" Ka'ab tidak ingin kehilangan kesempatan ini dan bertanya, "Tentu, tapi apa yang akan kalian tinggalkan sebagai jaminan untukku?" Muhammad bin Maslamah dan temannya bertanya, "Jaminan apa yang engkau inginkan dari kami?" Ka'ab menuntut jaminan yang berat, "Perempuan kalian."

Bagaimana bisa?

"Perempuan kami? Bagaimana bisa kami meninggalkan perempuan kami sebagai jaminan untukmu? Saat ini, wajahmu adalah yang paling tampan di seluruh arabia. Jika perempuan kami jatuh hati kepadamu, kami bisa bermasalah."

Ka'ab membuat tuntutan berat lainnya, "Jika begitu, tinggalkan putra-putra kalian sebagai jaminan."

Ini juga usulan yang buruk.

"Bagaimana bisa kami meninggalkan putra-putra kami sebagai jaminan untukmu? Nanti, jika mereka dicemoohkan karena dijadikan jaminan untuk dua muatan kurma, itu akan menodai reputasi kami selama-lamanya. Akan tetapi bagaimana dengan ini, jika engkau suka. Kami bisa meninggalkan senjata dan baju jirah kami sebagai jaminan. Bagaimana?"

Ka'ab setuju dengan usulan ini.

"Baik, aku terima," ucap Sa'ad, "Ibnu Maslamah bisa datang malam nanti untuk mengambil kurma dan meninggalkan jaminannya."

Pada waktu yang dijanjikan, ibnu Maslamah ditemani saudara sepersusuan Ka'ab, Abu Nailah, tiba di rumah atau tepatnya dinding benteng rumah dimana Ka'ab bin Asyraf tinggal. Ketika mereka tiba di benteng itu, mereka memanggil dari luar. Mendengar suara itu, Ka'ab memberi ijin masuk.

Lalu Ka'ab keluar dari kamarnya dan turun untuk menyambut tamunya. Istrinya memanggil dari belakang, "Kemana engkau akan pergi di malam seperti ini?"

Ka'ab menjawab, "Aku akan menolong tamu-tamu ini, ibnu Maslamah dan saudara sepersusuanku, Nailah."

Istri Ka'ab mempunyai firasat yang kuat dan berkata, "Aku yakin telah mendengar suara jahat dari Ibnu Maslamah, dan kedengarannya seperti bertetesan darah."

Ka'ab menepis, "Tidak, itu Ibnu Maslamah dan Abu Na'ilah. Selain itu, engkau harus tahu bahwa seseorang yang murah hati, meskipun dia dipanggil menuju tebasan pedang di malam hari, tidak diragukan akan memenuhi panggilan dan tidak akan berlari."

Lalu Ka'ab turun dari rumah untuk menyambut para tamunya. Ibnu Maslamah telah membawa Abu Abbas bin Jabr, Haris bin Aus, dan Ubbad bin Bisyr ke dalam benteng. Dia telah menginstruksikan sebagai berikut: Apabila Ka'ab muncul, aku akan mengatakan betapa bagus wangi rambutnya, dan aku akan mencium rambutnya. Lalu aku ingin kalian pun mencium rambutnya juga. Ketika aku memegang kepalanya, kalian harus menarik pedang kalian dan menyerang Ka'ab. Hantamkan pedang kalian pada kepalanya dan punggungnya."

Memang benar, ketika Ka'ab mendekati mereka, dia menebarkan wangi yang menyenangkan. Ketika dia semakin dekat, Ibnu Maslamah berjalan ke arahnya dan berkata, "Aku belum pernah mencium parfum yang begitu wangi di sepanjang hidupku. Sungguh aroma yang sangat wangi!"

Ka'ab, yang sangat tertarik dengan wanita, sangat memperhatikan perkara itu. Dia menjelaskan kepada ibnu Maslamah, "Bagaimana menurut pikiranmu? Wanita yang paling cantik dan terhormat dari Arabia berada di dalam pangkuanku!"

Ibnu Maslamah mendekatinya dan bertanya, "Bolehkah aku mencium wangi rambutmu dari dekat?" Dengan bangga, Ka'ab menjulurkan kepalanya sambil berkata, "Tentu saja! Ciumlah dan buktikan sendiri." Ibnu Maslamah mencium rambutnya, lalu membiarkan teman-temannya menciumnya juga. Dan pada ketika itu dia berteriak, "Sekarang, tarik pedang kalian!"

Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, teman-temannya sudah mulai menyabetkan pedang mereka. Pada ketika itu, Ka'ab mengeluarkan jeritan yang mengerikan ketika pedang-pedang menghantamnya. Kemudian dia jatuh ke tanah dengan sebuah erangan.

Ketika para wanita dan beberapa pembantu memburu ke luar, orang-orang muslim itu telah menyelesaikan tugasnya, menghabisi manusia terburuk dari kaum Yahudi. Dengan sangat cepat, mereka memenggal kepala Ka'ab dan membawanya ke hadapan Rasulullah saw.

Beberapa waktu kemudian, orang-orang Yahudi mendatangi Rasul dan mengeluhkan tentang para pembunuh Ka'ab, dan menuntut agar para pelakunya dihukum. Namun Rasulullah saw menjelaskan kepada mereka satu per satu apa yang telah dilakukan Ka'ab, dan dia telah diperingati berkali-kali untuk tidak bersikap demikian...

Maka, Ka'ab sang penyair Yahudi, salah satu musuh besar Islam, telah dilenyapkan...


47 / 48

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini