Cetak halaman

Penjelasan Dari Rasulullah Saw

Pada suatu hari, ketika Rasulullah saw sedang duduk di antara kaum muslimin, seorang laki-laki menghampiri dan bertanya:

“Ya Rasulullah, apakah itu Iman?”

Muhammad saw menjawab:

“Iman adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, percaya kepada penyatuan dengan Allah, dan percaya kepada kebangkitan kembali setelah kematian.”

Laki-laki itu kemudian bertanya:

“Apa itu Islam?”

Muhammad saw menjawab:

“Islam adalah beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan Dia, mengerjakan shalat wajib, membayar zakat, dan berpuasa di bulan Ramadhan.”

Laki-laki itu bertanya lebih jauh:

“Apa itu Ihsan?”

Muhammad saw menjawab:

“Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah engkau melihat Dia, karena meskipun engkau tidak melihatnya, Dia pasti melihat engkau.”

Selanjutnya, laki-laki itu bertanya:

“Kapankah Hari Keputusan akan terjadi?”

Muhammad saw menjawab:

“Orang yang ditanya tentang itu tidak lebih mengetahui dari orang yang sedang bertanya. Namun, aku akan katakan sebagian dari tanda-tandanya:

Ketika seorang budak perempuan melahirkan majikan wanitanya. (Ini menunjukkan kekacauan sosial dimana hubungan menjadi terbalik)

Ketika orang-orang tanpa alas-kaki dan telanjang berlomba-lomba membangun gedung-gedung tinggi. (Ini menunjuk kepada materialisme dan pengejaran kekuasaan.)

Ketika para penggembala berlomba-lomba membangun gedung-gedung tinggi. (Merujuk kepada pamer kekayaan dan perbedaan sosial.)

Ini adalah sebagian dari tanda-tanda Hari Keputusan. Namun waktu tepatnya hanya Allah yang mengetahui:

Sungguh, ilmu tentang waktu itu (kematian) ada di sisi Allah. Dia mengirim hujan, Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim; tidak seorang pun tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dan tidak seorang pun tahu dimana mereka akan mati! Sungguh, Allah itu Al-'AlimAl-Khabir.[1]

Setelah memberikan penjelasan ini, Rasulullah saw bertanya kepada para sahabatnya untuk memanggil kembali orang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini. Namun ketika mereka mencarinya, dia tidak bisa ditemukan. Guru kita kemudian menyingkapkan identitas sebenarnya dari laki-laki itu.

“Dia adalah Jibril as. Dia datang untuk mengajari orang-orang mengenai agama mereka.”

۞۞۞

“Apa yang dikatakan Guru kita Muhammad saw tentang ‘qadar’ (takdir), yang merupakan salah satu rukun iman dan yang diungkapkan dengan ‘ketahuilah takdirmu’?

Mari kita lihat di dalam Sahih Muslim, yang diriwayatkan Hazrat Ali ra.:

Pada suatu hari, Rasulullah saw sedang duduk dan mengetuk-ngetuk tanah dengan tongkat di tangannya sambil merenung. Pada suatu titik, beliau mengangkat kepala dan berkata:

“Tempat di Surga dan di neraka bagi setiap jiwa di antara kalian telah ditetapkan, dan diketahui.” Para sahabat bertanya:

“Ya Rasulullah, jika demikian adanya, mengapa kami mesti berjuang dan bekerja? Bukankah kita semestinya bersandar kepada apa yang telah ditakdirkan bagi kita?”

Rasul saw menjawab:

“Tidak! Jangan hanya bersandar kepada apa yang telah ditakdirkan. Melainkan berjuanglah, ambil tindakan, dan bekerja. Masing-masing dari kalian akan mendapat kemudahan untuk melakukan amal-amal yang diciptakan bagi kalian.”

Ajaran ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an:

Katakanlah, “Setiap orang berbuat menurut program ciptaannya (fitrahnya). Itulah sebabnya Rabb kalian (Yang Fathir) mengetahui siapa yang berada di jalan yang benar!”[2]

Jadi, sementara ketentuan akhir kita diketahui Allah, kita masih didorong untuk berusaha, mengerjakan amal baik, dan mengikuti jalan orang-orang yang saleh.”

۞۞۞

Rasulullah saw berkata: “Adam as. dan Musa as. pada suatu ketika terlibat perselisihan dihadapan Rabb mereka. Masing-masing mengeluarkan argumennya. Pada akhirnya Adam menang dari Musa dengan kekuatan pembuktiannya.

Musa berkata: “Bekankah engkau Adam, yang Allah ciptakan dengan tanganNya langsung, ditiupkan ruhNya sendiri ke dalamnya, yang menyebabkan para malaikat bersujud kepadanya, tinggal di surgaNya, lalu karena dosanya menyebabkan manusia harus turun ke bumi?”

Adam menjawab: “Bukankah engkau Musa, yang Allah istimewakan dengan kenabian dan sebagai kalimatNya, diberi lauh yang mengandung segala sesuatu secara rinci, dan didekatkan kepadaNya sebagai seorang pembicara? Tahukah engkau bahwa Allah menulis Taurat empat puluh tahun sebelum aku diciptakan sama sekali?”

Musa bertanya: “Empat puluh tahun sebelumnya?”

Adam melanjutkan:

“Ya, sungguh. Apakah engkau telah menemukan di dalam Taurat ada ayat yang berbunyi: ‘Dan Adam tidak mematuhi Tuhannya dan berbuat salah’ (Qur’an 20:121)?”

Musa menjawab: “Ya, aku menemukannya.”

Adam kemudian berkata: “Jadi, apakah engkau mencelaku untuk sesuatu yang Allah telah tetapkan bagiku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakan aku?”

Kemudian Rasulullah saw menambahkan: “Maka, Adam mengalahkan Musa dalam argumen mereka dengan bukti ini.”

۞۞۞

Mengenai mengikuti jalan orang Yahudi dan Kristen, Rasulullah saw berkata:

“Sungguh, kalian akan mengikuti praktek-praktek dari bangsa-bangsa yang telah mendahului kalian dengan ketat, bahkan hingga menapaki langkah mereka inci demi inci, sedemikian rupa sehingga jika mereka masuk lubang kadal pun kalian akan mengikutinya.”

Seorang sahabat bertanya:

“Ya Rasulullah, apakah bangsa-bangsa itu orang Yahudi dan orang Kristem?”

Rasulullah menjawab:

“Siapa lagi kalau bukan mereka?”

۞۞۞

Ketika kematian mendekati Abu Thalib, Rasulullah mendatanginya dan mendapati Abu Jahal dan Abdullah bin abi Umayyah bin Mughirah bersamanya.

Rasulullah saw berkata: “Wahai paman, katakanlah ‘La ilaha illallah’ (Tiada tuhan, hanya ada Allah) agar aku bisa menjadi perantaramu dengan Allah.”

Mendengar ini, Abu Jahal dan Abu Umayyah protes, “Ya Abu Thalib, apakah engkau akan meninggalkan agama abdul Muthalib?”

Meskipun mereka keberatan, Rasulullah saw terus mendesak membujuknya membacakan Kalimat Tauhid.

Sementara yang lain juga tetap mendorongnya untuk menolaknya.

Akhirnya Abu Thalib berkata, “Dia (menunjuk dirinya) di atas agama Abdul Muthalib,” dan karenanya menahan diri dari mengucapkan Kalimat Tauhid.

Setelah itu, Rasulullah saw berkata, “Ketahuilah bahwa aku akan memohon ampunan Allah selama aku tidak dilarang.”

Karena inilah, Allah Yang Maha Kuasa mewahyukan Surat At-Taubah ayat 113:

“Tidaklah Nabi ataupun orang-orang beriman meminta ampunan bagi orang-orang yang menduakan (musyrik), meskipun mereka itu kerabat, setelah jelas bahwa mereka itu temannya (penghuni) api (neraka).”[3]

Kemudian, Allah Yang Maha Tinggi mewahyukan ayat lain kepada RasulNya saw:

Engkau tidak bisa menuntun orang yang engkau cintai kepada realita! Tapi Allah bisa menuntun kepada realita siapa yang Dia kehendaki! HU mengetahui siapa yang akan merasakan realita![4]

“Barang siapa meninggal dalam keyakinan bahwa tiada sosok tuhan, hanya ada Allah, dia akan masuk Surga.”

۞۞۞

“Tidak seorang pun dari kalian benar-benar beriman hingga aku lebih dikasihinya dibanding anaknya, ayahnya, dan semua manusia.”

Dan berikut ayat yang mendukungnya di dalam Al-Qur’an:

Nabi menjadi prioritas bagi orang-orang beriman dibanding dirinya sendiri! Istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka (orang-orang beriman)![5]

۞۞۞

“Ada tiga tanda orang munafik:

Ketika bicara, mereka berbohong

Ketika berjanji, mereka melanggarnya.

Ketika diberi amanat, mereka mengkhianatinya.”

۞۞۞

“Mengutuk seorang muslim adalah perbuatan keji (dosa), dan memeranginya hingga mati adalah perbuatan kufur.”

۞۞۞

Pada suatu ketika, Rasulullah pergi untuk menyapa perkumpulan kaum wanita dan berkata, “Wahai majelis kaum perempuan, berinfaklah dan carilah ampunan sebanyak-banyaknya, karena aku melihat kebanyakan penghuni Neraka adalah kaum wanita.”

Salah seorang wanita yang bijak dan terhormat di antara yang hadir bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa kebanyakan dari kami kaum wanita yang menjadi penghuni Neraka?”

Beliau menjawab, “Karena kalian sering mengutuk dan menunjukkan ketidakbersyukuran kepada suami-suami kalian. Aku tidak pernah melihat siapapun yang kurang cerdas dan kurang iman bisa mempengaruhi orang yang berpikiran sehat dan berkeimanan kuat sebanyak yang kalian bisa.”

Wanita tersebut bertanya lebih jauh, “Ya Rasulullah, apa kekurangan dari kecerdasan dan keimanan kami?”

Beliau menjawab, “Dari sisi kecerdasan, kesaksian dua orang wanita setara dengan satu orang laki-laki. Ini karena kekurangan kecerdasan kalian. Banyak dari kalian tidak mengerjakan shalat malam atau melakukan puasa di bulan Ramadhan pada beberapa hari. Ini menunjukkan kekurangan dalam keimanan kalian.

۞۞۞

Abu Dzarr ra. meriwayatkan:

“Pada suatu ketika, aku mengunjungi Rasulullah. Beliau sedang tidur dengan selembar kain putih menutupinya. Aku berbalik dan kembali beberapa lama kemudian; beliau masih tidur. Sekali lagi, aku berbalik dan kembali, dan kali ini beliau sudah bangun. Aku duduk di sampingnya.

Beliau berkata, “Orang yang mengucapkan ‘La ilaha illallah’ (tiada tuhan berhala, hanya ada Allah) dan mati dengan keimanan akan masuk Surga.’

Aku bertanya, ‘Sekalipun jika dia berzina atau mencuri?’

Rasulullah saw menjawab, ‘Sekalipun jika dia berzina atau mencuri.’

Aku bertanya lagi, ‘Sekalipun jika dia berzina dan mencuri?’

Beliau menjawab, ‘Sekalipun jika dia berzina atau mencuri.’

Pertanyaan dan jawaban ini diulang tiga kali. Akhirnya, pada kali yang keempat, Rasulullah berkata, ‘Bahkan jika hidung Abu Dzarr digosok debu!’’

۞۞۞

“Tiada kaum yang melanggar janjinya yang Allah tidak timpakan hukuman kepada mereka.

Tiada kaum yang menipu dalam perdagangan mereka yang Allah tidak tahan hujan bagi mereka.

Tiada kaum yang meningkat kemunafikannya yang Allah tidak kirimkan wabah atas mereka.

Tiada kaum yang mengatur dengan pemerintahan yang tidak adil yang Allah tidak tunjuk atas mereka penguasa yang menindas.”

۞۞۞

“Sepeninggalku, kalian akan mempunyai pemimpin-pemimpin yang menunda shalat mereka di luar waktu yang ditetapkan. Dosanya atas mereka. Jika mereka shalat menghadap kiblat, shalatlah di belakang mereka.

Kalian akan mendapati beberapa pemimpin yang shalat di luar waktunya bagi mereka. Jika kalian menjumpainya, lakukanlah shalat di rumah masing-masing pada waktunya, dan anggaplah shalat-shalat yang mereka pimpin sebagai shalat nafilah.”

۞۞۞

“Barang siapa mengangkat senjata terhadap kita, dia bukan bagian dari kita. Barangsiapa menipu kita atau berkhianat, dia bukan bagian dari kita.”

۞۞۞

Rasulullah menjumpai setumpuk makanan dan memasukkan tangan beliau ke dalamnya. Ketika jari-jari tangan beliau menjadi basah, beliau bertanya, “Wahai pemilik makanan, apa ini?”

Pemiliknya menjawab, “Ya Rasulullah, dia basah karena kehujanan.” Mendengar itu, Rasulullah saw berkata, “Mengapa engkau tidak meletakkan yang basah di bagian paling atas, sehingga orang-orang bisa melihatnya? Orang-orang yang menipu bukan bagian dari kami.”

۞۞۞

“Tukang-fitnah tidak akan masuk Surga.”

۞۞۞

“Tiga kaum akan menghadapi perhitungan berat dari Allah di Hari Keputusan; Dia tidak akan berbicara dengan mereka, tidak mensucikan mereka, atau tidak akan memandang mereka:

1. Pezinah tua.

2. Penguasa yang berbohong.

3. Orang miskin yang sombong.”

۞۞۞

“Tidak diragukan, hanya jiwa yang muslim yang akan masuk Surga… Dan tidak diragukan, jika Allah berkehendak, Dia bisa menguatkan dan meneguhkan agama Islam ini meskipun melalui seorang yang jahat…”

۞۞۞

“Seseorang datang kepada Rasulullah saw dan berkata, ‘Ya Rasulullah, jika seorang laki-laki mengambil harta milikku, apa keputusanmu dalam perkara ini?”

Rasulullah menjawab, ‘Jangan berikan hartamu itu kepadanya.’ Orang itu bertanya, ‘Bagaimana jika berusaha mengambilnya dengan paksaan?’ Rasulullah berkata, ‘Engkau harus melawannya.’

Orang itu bertanya, ‘Bagaimana jika dia membunuhku?’

Rasulullah menjawab, ‘Maka engkau akan menjadi syuhada.’

Orang itu bertanya, ‘Bagaimana jika aku membunuhnya?’

Rasulullah berkata, ‘Dia akan masuk api neraka.’”

۞۞۞

“Aku bersumpah demi Allah, jika seorang hamba yang diangkat Allah sebagai penjaga atas sekelompok orang, dan dia mati dalam keadaan berkhianat kepada orang-orang di bawah kekuasaannya, Allah pasti akan mengharamkan Surga bagi hamba tersebut.”

۞۞۞

“Aku bersumpah demi Allah bahwa Isa putra Maryam pasti akan turun sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapuskan jizyah (pajak).” Setelah ini, Abu Hurairah ra. membaca Surat An-Nisa ayat 159.

۞۞۞

“Tadi malam, seorang ifrit dari bangsa jin tiba-tiba menyerangku untuk mengganggu shalatku. Namun Allah Yang Maha Kuasa memberiku kemenangan dan peluang untuk melakukan apapun terhadapnya. Ketika pagi tiba, aku berkeinginan untuk mengikatnya ke salah satu tiang masjid agar kalian semua bisa melihatnya. Tapi kemudian aku ingat akan saudaraku Sulaiman, putra Daud, yang telah berdoa, ‘Tuhanku, ampunilah aku dan berilah aku kerajaan yang tidak dimiliki siapapun setelahku’ Maka, aku biarkan ifrit pergi.”

۞۞۞

Abu Sa'id Al-Khudri ra. meriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa pada suatu hari beberapa orang bertanya: ‘Ya Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita di Hari Keputusan?’

Rasulullah saw menjawab: ‘Ya! Apakah kalian mempunyai kesulitan untuk melihat matahari di tengah hari tanpa awan, atau melihat bulan pada malam ke 14 tanpa awan?”

Mereka menjawab, ‘Tidak, ya Rasulullah!”

Beliau berkata, “Seperti itulah, kalian tidak akan sulit untuk melihat Rabb kalian d Hari Keputusan. Apabila hari itu tiba, seorang penyeru akan mengumumkan: ‘Setiap kaum harus mengikuti apa yang biasa mereka ibadati (sembah)!’”

“Kemudian, jika ada tuhan selain Allah, orang-orang yang beribadah selain kepadaNya akan mengikuti apa yang biasa mereka sembah dan karenanya akan dituntun ke Neraka. Pada titik ini, hanya mereka yang beribadah kepada Allah semata, baik mereka saleh ataupun berdosa, serta Ahli Kitab, artinya mereka yang monoteisme, yang tersisa.

Kemudian orang-orang Yahudi akan dipanggil dan ditanya, ‘Siapa yang kalian sembah?’ Mereka akan menjawab, ‘Kami biasa menyembah Uzair (Ezra), anak Allah.’ Akan dikatakan kepada mereka, ‘Kalian bohong. Allah tidak mempunyai anak. Apa yang kalian inginkan sekarang?’ Mereka akan menjawab, ‘Kami haus, wahai Rabb kami! Berilah kami air.’ Mereka akan digiring ke arah tertentu, dan ketika sampai kepadanya, mereka akan dilempar ke Neraka, fatamorgana yang nampak seperti air.

Kemudian orang-orang Kristen akan dipanggil dan ditanya, ‘Siapa yang kalian sembah?’ Mereka menjawab, ‘Kami biasa menyembah Isa, anak Allah.’ Akan dikatakan kepada mereka, ‘Kalian bohong. Allah tidak mempunyai anak. Apa yang kalian inginkan sekarang?’ Mereka akan menjawab, ‘Kami haus, wahai Rabb kami! Berilah kami air.’ Mereka akan digiring ke arah tertentu, dan ketika mereka sampai, mereka akan dilempar ke dalam Neraka, fatamorgana yang nampak seperti air.”

Tanggapan mereka akan dikoreksi.

Akan dikatakan kepada mereka, “Kalian bohong! Allah tidak pernah mempunyai anak atau keturunan.” Kemudian pertanyaan itu akan diulangi: “Jadi apa yang kalian inginkan sekarang?” Mereka akan mengeluh, “Rabb kami, kami sangat haus, tolong beri kami air!” Kemudian akan diserukan kepada mereka, “Bersegeralah menuju air yang sudah kalian rindukan!”

Kemudian Neraka akan nampak bagi mereka seperti fatamorgana, dan mereka akan lari menujunya, saling menginjak. Dengan cara inilah mereka akan dilempar ke Neraka.

Kini tinggal orang-orang monoteis yang tulus, baik orang saleh maupun berdosa, serta Ahli Kitab yang beriman dalam monoteisme yang tersisa.

Kali ini, Rabbnya seluruh alam akan bertanya kepada mereka, dengan wujud yang mendekati yang pernah mereka lihat namun tak-terfahami: “Apa yang kalian tunggu? Tiap-tiap kaum mengikuti apa yang biasa mereka ibadati.”

Mereka akan menjawab, “Ya Rabb kami, meskipun kami sangat membutuhkan seperti mereka, kami hidup terpisah dari orang-orang itu dan tidak bersekutu dengan mereka. Bagaimana mungkin kami bisa seperti mereka sekarang ini?”

Menanggapi permohonan ini, wujud yang mereka saksikan akan berkata, “Aku Rabb kalian!” Mereka akan berseru, “Kami berlindung kepada Allah darimu! Kami berlindung kepada Allah darimu! Kami tidak menyekutukan apapun dengan Allah!”

Mereka akan berusaha melarikan diri dari arah itu.

Kemudian mereka akan ditanya, Adakah pertanda yang membedakan kalian dariNya yang memungkinkan kalian mengenaliNya?” Mereka akan menjawab, “Ya!” Tiba-tiba, sebuah campur-tangan ilahi akan mengangkat intensitas yang menyelimiti saat itu, dan sebuah “ledakan” yang sekonyong-konyong akan terjadi.

Bagi orang-orang di antara mereka yang tulus, akan diberi ijin untuk bersujud, dan mereka akan bersujud. Namun orang-orang yang berniat untuk berpura-pura dan riya, punggung-punggung mereka akan berubah menjadi sebilah papan, dan memaksa mereka terjatuh dengan pundak-pundaknya.

Ketika mereka mengangkat kepala mereka, Allah, dalam bentuk yang dikehendakinya, akan menampakkan diri. Dia akan berseru, “Aku Rabb kalian!” Kali ini, mereka akan menerimanya dan berkata, “Ya, Engkau Rabb kami!”

Kemudian, sebuah jembatan (Shirath) akan berdiri dimana mereka akan bergerak menuju Surga, dengan melewati Neraka. Syafaat akan dibolehkan.

Mereka akan mulai menyebrangi jembatan, sambil memohon, “Ya Allah, beri kami keselamatan! Ya Allah, beri kami keselamatan!”

Para sahabat Rasulullah bertanya, “Ya Rasulullah, jembatan apa itu?”

Rasulullah menjawab, “Sebuah tempat yang tajam dan licin dengan kait-kait, duri-duri, dan paku-paku besi. Sebagian orang mukmin akan menyebranginya secepat kedipan mata, sebagian secepat petir, sebagian seperti angin, sebagian seperti kuda atau unta terbaik yang bergerak cepat. Sebagian akan melewatinya dengan selamat, sebagian akan diselamatkan setelah tergores duri-duri, dan sebagian lagi akan terlempar ke api neraka karena dosa-dosa mereka.

Ketika orang-orang beriman telah menyebrangi jembatan itu dan terlepas dari api, aku bersumpah demi Allah yang jiwaku ditanganNya, mereka akan berdoa lebih khusyuk bagi orang-orang beriman yang terjebak dalam api dibanding doa-doa mereka sebelumnya.”

Mereka akan berkata, “Ya Rabb kami, orang-orang yang tertinggal ini biasa berpuasa dan mengejakan Haji bersama kami.” Lalu akan dijawab kepada mereka, “Keluarkanlah siapapun yang kalian kenal; wajah-wajah mereka telah diharamkan bagi Neraka.” Setelah itu, para pemberi syafaat itu akan menolong mengeluarkan banyak orang dari Neraka, yang sebagian telah terkubur Api hingga mata kaki, dan sebagian lagi hingga lutut mereka.

Kemudian mereka akan berkata, “Ya Rabb kami, tak ada yang tersisa di dalam Api sesuai perintahMu.” Pada ketika itu, Allah Yang Maha Kuasa akan berkata, “Kembalilah, dan dan jika kalian menemukan siapapun yang di dalam hatinya ada keimanan sebesar jarah, keluarkanlah mereka.”

Para pemberi syafaat itu akan kembali, dan siapapun yang mereka temukan di dalam hatinya keimanan dan pengakuan seberat atom, mereka akan mengeluarkannya. Lalu mereka akan berkata kepada Rabb mereka, “Ya Rabb kami, tidak ada yang tersisa di dalam Api sesuai perintahMu.”

Lagi-lagi, Allah berkata, “Kembalilah dan keluarkan siapapun yang di hatinya ada keimanan dan pengakuan seberat setengah atom.” Para pemberi syafaat akan kembali dan mengeluarkan siapapun yang mereka temui mempunyai keyakinan hanya seberat setengah atom.

Mereka kemudian berkata, “Ya Rabb kami, tidak ada yang tersisa di dalam Api sesuai dengan perintahMu.” Allah akan menjawab, “Kembalilah, dan jika kalian menemukan siapapun yang di hatinya sedikitpun bekas keimanan, keluarkanlah mereka.”

Para pemberi syafaat sekali lagi akan kembali dan menyelamatkan siapapun yang mereka temui ada bekas keimanan sedikit pun di hatinya. Akhirnya mereka akan berkata, “Ya Rabb kami, tidak ada yang tersisa di dalam api sesuai perintahMu.”

Pada titik ini, Sa'id Al-Khudri membacakan Surat An-Nisa ayat ke-40 menegaskan situai saat itu.

Kemudian dia melanjutkan:

Setelah ini, Allah Yang Maha Kuasa akan mengatakan, “Para malaikat memberikan syafaat, para Rasul dan para Nabi memberikan syafaat, orang-orang beriman memberikan syafaat, dan tidak ada yang tersisa untuk memberikan syafaat kecuali Yang Maha Pengasih dari Yang Pengasih.”

Setelah ini, Allah akan mengeluarkan sekelompok orang dari Api, banyak dari mereka telah menjadi arang karena ketiadaan amal kebaikan. Dia akan menggiring mereka ke sebuah sungai yang disebut “Sungai Kehidupan,” dan mereka akan memasukinya bagai alang-alang yang terseret banjir. Mereka akan muncul dari sungai itu dengan kalung-kalung yang indah bagai mutiara. Para penghuni Surga akan mengenali mereka dengan tanda itu dan berkata, “Ini adalah orang-orang yang dibebaskan, yang Allah masukkan ke Surga meskipun kurang amal kebaikan.”

Kemudian Allah akan berkata kepada mereka, Masuklah ke dalam Surga. Apapun yang kalian lihat itu milik kalian.” Mereka akan menanggapi, “Wahai Rabb kami, Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak Engkau berikan kepada siapapun di dunia.” Allah akan berkata lagi untuk yang kedua kalinya, “Haruskah Aku memberi kalian yang bahkan lebik baik lagi?” Mereka akan terkejut dan bertanya, “Ya Rabb kami, apa yang lebih baik dari ini?” Allah akan memberi mereka berita gembira dengan mengatakan, “RidaKu, dan Aku tidak akan pernah tidak-rida lagi kepada kalian selama-lamanya.”

۞۞۞

Orang terakhir yang memasuki Surga adalah orang yang berjalan, yang kadang merangkak dan jatuh tersungkur pada mukanya, dan kadang api menjilat wajahnya, hingga dia melewati tepi Neraka. Lalu dia berpaling ke belakang dan berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku darimu. Allah telah memberiku sesuatu yang tidak diberikan kepada generasi terdahulu dan yang kemudian.’ Kemudian diperlihatkan sebuah pohon kepadanya, dan dia meminta kepada Allah untuk membawanya dekat kepadanya agar dia bisa menikmati keteduhannya dan meminum airnya. Allah Yang Maha Agung berkata, ‘Wahai anak Adam, mungkin jika Aku memberi ini, engkau akan memintaku lebih?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak akan meminta lebih.’ Rabb-nya Yang Maha Agung berkata, ‘Wahai anak Adam, janjimu diterima; maka beristirahatlah di bawah naungan pohon itu.’ Ketika dia duduk di bawah pohon itu, dia melihat sebuah pohon lain yang lebih indah dan mempesona dibanding pohon yang dia duduk di bawahnya.

Kali ini, matanya menatap pohon itu dan mulai memohon kepada Rabb-nya: “Ya Rabbi, dekatkanlah aku dengan yang itu agar aku mendapat manfaat dari keteduhannya dan minum dari airnya. Demi Allah, aku tidak akan meminta yang lain dariMu!”

Allah Yang Maha Agung mengingatkannya mengenai janji dia sebelum ini:

“Wahai anak Adam, bukankah engkau telah berjanji tidak akan meminta yang lain selain apa yang telah diberikan kepadamu? Jika aku ijinkan engkau pergi ke sana, engkau mungkin akan memita yang lainnya lagi.”

Dia menjawab, “Ya Rabbi, ijinkan aku pergi ke sana, dan aku tidak akan pernah meminta yang lain lagi.”

Rabb-nya, mengetahui bahwa dia tidak akan tahan dengan daya tarik dari keindahannya, memaafkan dia dan mengijinkannya pergi ke sana. Dia pergi ke tempat yang baru itu, menikmati keteduhannya dan merasakan berkahnya.

Kali ini, untuk yang ke tiga kali, dia melihat tempat seperti surga yang lebih indah dan lebih agung di sebelah gerbang surga. Dia pun memohon lagi kepada Rabb-nya:

“Ya Rabbi, dekatkanlah aku kepada keindahan itu agar aku bisa mengambil manfaat dari keteduhannya dan minum dari airnya. Tolonglah, biarkan aku menikmati juga keberkahannya.”

Allah Yang Maha Agung mengingatkannya mengenai janji dia sebelumnya:

“Wahai anak Adam, bukankah engkau telah berjanji tidak akan meminta yang lain selain apa yang telah diberikan kepadamu? Engkau telah meminta dua kali, dan jika aku mengijinkanmu lagi, engkau mungkin meminta yang lain lagi.”

Dia menanggapi, “Ya Rabbi, ijinkan aku pergi menuju yang itu, dan aku tidak akan pernah meminta yang lain lagi.”

Rabb-nya, mengetahui bahwa dia tidak tahan dengan daya-tarik keindahan itu, memaafkan dia lagi dan mengijinkannya untuk pergi ke sana. Tapi ketika dia mendekati tempat ke tiga yang seperti surga ini, dia mulai mendengar suara orang-orang di Surga.

Dia memohon lagi, “Ya Rabbi, tolong biarkan aku masuk ke sana!” Mendengar ini, Allah Yang Maha Agung bertanya kepadanya, “Apa yang akan menghentikanmu dari meminta lagi? Jika Aku memberimu seluruh dunia dengan segala isinya, apakah engkau akan merasa puas?”

Sang hamba itu lalu mengungkapkan keterkejutannya dan berkata, “Wahai Rabbi, apakah Engkau, Rabb-nya seluruh alam sedang memperolokkanku?” Mendengar itu, Rasulullah saw tertawa karena kemudian sang hamba itu berkata, ‘Apakah Engkau Rabb-nya seluruh alam sedang memperolokkanku?” Rabb-nya seluruh alam Sendiri tertawa.”

Kemudian Rasulullah saw melanjutkan narasinya dengan menyatakan bahwa Allah Yang Maha Agung menanggapi dengan mengatakan, “Aku tidak sedang memperolokkanmu, tapi aku sanggup melakukan apapun yang Aku kehendaki.”

 



[1]Al-Qur’an 31:34

[2]Al-Qur’an 17:84

[3]Al-Qur’an 9:113

[4]Al-Qur’an 28:56

[5]Al-Qur’an 33:6

22 / 48

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini