Pernikahan Hazrat Ali Dengan Hazrat Fatimah
Sekarang, saya ingin membicarkan tentang Fatumah ra., putri bungsu Guru kita yang paling beliau saw cintai. Dengan demikian, kita pun bisa melihat bagaimana cara pernikahan yang Islami...
Menurut riwayat, Hazrat Fatimah lahir di tahun ketika dilaksanakan rekonstruksi Kabah. Pada saat itu, Guru kita berusia sekitar 35 tahun (menurut sebuah riwayat) atau 41 tahun (menurut riwayat lain).
Namun menurut riwayat dari Abbas ra., Ali berusia sekitar tiga tahun lebih tua dari Fatimah...
Ketika Fatimah menginjak usia untuk menikah, orang pertama di antara para sahabat yang tertarik untuk menikahinya adalah Abu Bakar Siddiq ra....
Namun Guru kita memberi tanggapan, "Wahai Abu Bakar, aku sedang menunggu ketetapan ilahi mengenai pernikahan dia."
Ketika kemudian Abu Bakar menyampaikan ini kepada Umar, dia berkata, "Wahai Abu Bakar, Rasul telah menolakmu!"
Menanggapi itu, Abu Bakar berkata kepada Umar, "Mengapa engkau tidak mencoba meminang Fatimah dari Rasulullah?"
Ketika Umar mendatangi Rasulullah saw untuk meminang Fatimah, dia menerima jawaban yang sama, "Aku sedang menunggu ketetapan ilahi untuk menikahkan Fatimah, ya Umar."
Ketika Umar mengatakan kepada Abu Bakar mengenai kegagalan untuk meminang Fatimah, dia menerima tanggapan yang sama, "Rasul telah menolakmu, ya Umar..."
Setelah Abu Bakar dan Umar, mereka menyarankan kepada Ali untuk meminang Fatimah. Namun Ali ragu dan menyatakan kekhawatirannya dengan mengatakan, "Setelah penolakan terhadap sahabat seperti Abu Bakar dan Umar, bagaimana bisa aku mengumpulkan keberanian untuk melakukan itu? Aku tidak mempunyai jaminan bahwa aku tidak akan ditolak..."
Pada titik ini, mereka berargumen dengan ikatan keluarga. Di antara suku Arab, menikahi sepupu dari pihak ayah merupakan tradisi yang dihormati secara luas.
"Fatimah adalah cucu sepupumu... Kami berharap bahwa Rasul akan memberikan Fatimah untukmu!"
Setelah diskusi ini, Ali pulang dan membicarakan hal itu dengan budaknya. Budak itu berkata kepadanya:
"Apa yang menahan Anda untuk meminta Fatimah kepada Rasul?"
Ali menjawab:
"Aku tidak memiliki apapun untuk diberikan kepadanya dalam pernikahan..."
Budak itu mendesaknya:
"Jika Anda pergi dan meminta dia kepada Rasul, beliau tidak akan menolakmu..."
Tersemangati oleh percakapan ini, Ali mengumpulkan keberaniannya dan pergi menghadap Rasul... Namun, ketika dia masuk dan melihat penampilan Rasul yang berwibawa, dia terdiam tanpa sepatah kata pun dan berdiri dengan khidmat...
Kali ini, Rasul yang berbicara:
"Kenapa engkau kemari, Ali? Apakah engkau punya permintaan?"
Ali hanya bisa mengucapkan sepatah kata:
"Ya..."
Rasul pun melanjutkan:
"Aku kira engkau datang untuk melamar Fatimah?"
Sekali lagi, Ali hanya bisa mengulang kata yang sama:
"Ya..."
Mendengar ini, Rasul bertanya kembali:
"Jadi, apa yang engkau miliki untuk mahar bagi Fatimah?"
"Aku tidak memiliki apapun sebagai mahar, ya Rasulullah..."
Rasul kemudian bertanya:
"Bagaimana dengan baju jirah yang dibuat Hutami bagiku? Apa yang terjadi dengannya?"
"Ada di rumah, ya Rasulullah..."
Rasul pun berkata:
"Maka berikan itu sebagai mahar untuk Fatimah..."
Setelah itu, Ali keluar. Dan ketika Rasul bertanya kepada Fatimah mengenai pendapatnya, dia terdiam membisu. Beberapa lama kemudian, ketika dia menyadari bahwa Ali akan menikahinya, dia mulai menangis. menanggapi tangisannya, Guru kita berkata:
"Wahai Fatimah, mengapa engkau menangis? Aku menikahkan engkau dengan orang yang paling berilmu di antara para pencari ilmu, paling lembut dan paling bijak di antara mereka, dan yang pertama memeluk Islam dengan mengikutiku..."
Ali keluar dan langsung pulang. Dia mengambil baju jirah yang tebal dan berat yang dibuat Hutami, lalu pergi menuju Utsman. Utsman pun telah mendengar tentang lamaran itu ketika itu...
Ketika Utsman melihat Ali dengan baju jirahnya, dia bertanya, "Apa yang akan engkau lakukan dengan baju itu?" Ali menjelaskan, "Rasulullah saw mengijinkan aku menikahi Fatimah, dan aku ingin menjual baju ini untuk diberikan sebagai mahar untuknya."
Utsman, yang telah mengetahui situasinya, segera menawar, "Maukah engkau menjualnya kepadaku, Ali? Maksud Ali sudah sesuai dengan tawaran ini, maka dia pun menyetujuinya, "Tentu saja."
Dengan murah hati, Utsman membeli baju jirah itu dengan harga 480 dirham, yang sedikit di atas harga yang selayaknya...
"Aku bisa membayarnya dengan 480 dirham untuk baju jirah ini. Apakah engkau menerima?"
Sungguh itu tawaran yang murah hati...
"Diterima!"
Utsman ra. segera menghitung uangnya, menyerahkannya ke tangan Ali ra., dan mengambil baju jirahnya. Sesaat sebelum Ali pergi, Utsman berkata:
"Ali, pernikahanmu kini dianggap resmi... Karenanya, aku akan memberimu hadiah.
"...?"
"Tolong terima baju jirah ini sebagai hadiah pernikahan!"
Dan sambil berkata, dia mengulurkan baju jirah yang dijual Ali itu. Ali ra. sangat terkejut. Dia tidak bisa berkata apapun untuk sesaat. Dia sungguh sangat tersentuh...
Dia pun akhirnya mengatakan, "Terima kasih, Utsman!"
Beberapa waktu kemudian, dengan memegang uang dirham dan baju jirah di tangannya, Ali kembali ke hadapan Guru kita dan menceritakan apa yang telah terjadi... Rasulullah saw sangat senang... Dia berdoa untuk Utsman berulang kali sebagai apresiasi atas perbuatan baiknya...
Ketika kabar pernikahan di antara Hazrat Ali ra. dan Hazrat Fatimah ra. tersebar, tidak semua orang gembira dengannya. Guru kita membungkam mereka yang tidak mendukung dengan perkataan berikut: "Aku tidak menikahkan dia kepada Ali, tapi Allah lah yang menikahkan dia kepadanya."
Setelah itu, persiapan pernikahan pun segera dimulai. Guru kita saw memerintahkan bahwa dua per tiga dari 480 dirham itu harus dibelanjakan makanan, dekorasi dan parfum, sementara yang sepertiganya harus digunakan untuk pakaian. Beliau juga menginstruksikan kepada Asma Hatun untuk menyiapkan rumah Hazrat Fatimah.
Mahar Hazrat Fatimah serta barang-barang rumah-tangga yang meliputi tiga buah bantal, sebuah bantal berisi serat palem, karpet berumbai, dua penggilingan tangan, sebuah kantung air, sebuah kendi air, sebuah cangkir air dari daun palem, sebuah handuk, sebuah ayakan, selembar kulit domba mentahan, tikar Yaman bergaris, tikar daun palem, sebuah dipan kayu, selembar selimut beludru, gaun Yaman bergaris merah dan putih...