Rencana Pembunuhan Terhadap Guru Kita Saw
Hampir semua muslim di Mekah telah berhijrah ke Madinah dan Abisinia. Hanya Guru kita saw, Hazrat Abu Bakar ra., dan Hazrat Ali ra. yang tersisa sebagai muslim yang belum berhijrah. Ketika Hazrat Abu Bakar menyatakan keinginannya untuk berhijrah, Guru kita saw mencegahnya dengan berkata, “Bersabarlah, Abu Bakar, dan tunggu beberapa lama lagi.”
Pada suatu kesempatan, Hazrat Abu Bakar bertanya kepada Guru kita saw, “Ya Rasulullah, bagaimana menurutmu tentang hijrahku?”
Guru kita saw menjawab, “Bersabarlah, ya Abu Bakar! Pasti Allah akan memberimu seorang teman yang pantas.”
Mendengar ini, Hazrat Abu Bakar bertanya lagi, “Apakah engkau berharap bahwa pada suatu hari kita akan diijinkan untuk berhijrah, ya Rasulullah?”
Guru kita saw menanggapi, “Sungguh, aku berharap begitu, ya Abu Bakar.”
Perkataan ini menjadi kabar gembira bagi Hazrat Abu Bakar. Setelah percakapan ini, dia berkeliling di pasar dan membeli dua buah unta muda terbaik di Mekah. Kemudian Dia membawanya pulang dan merawatnya di kebun, sambil menanti waktu yang ditentukan.
Di sisi lain, kaum musyrikin Mekah menjadi sangat peduli mengenai hijrahnya hampir semua muslim ke Madinah. Mereka takut kalau-kalau Muhammad akan pergi ke Madinah suatu hari nanti dan bergabung dengan kekuatan penduduknya untuk menyerang mereka. Oleh karenanya, mereka memikirkan beragam langkah dan tindakan pencegahan.
Akhirnya, pada suatu hari, para pemimpin Mekah melakukan rapat di Istana Qusay, yang berfungsi sebagai dewan kota, untuk mengumpulkan solusi. Peserta rapat ini termasuk anggota-anggota Quraisy terkemuka, seperti Abu Sufyan (ayah dari Muawiyah), Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahal, Abu Lahab, Munabbih bin Hajjaj, Nadhr bin Haris, Th'uaimah bin Adi, bersama banyak bangsawan lain dari suku Quraisy. Semua orang terlibat dalam diskusi, memikirkan beragam cara untuk melenyapkan Islam.
Sebagian menyarankan memenjarakan Guru kita saw, sementara yang lain mengusulkan untuk mengusirnya.
Namun, ide-ide ini tidak mendapat banyak dukungan dari peserta rapat. Pada saat itulah Abu Jahal mengajukan sebuah usulan:
“Kita akan memilih para pemuda yang kuat dan terhormat dari masing-masing suku, memberi mereka masing-masing sebuah pedang, dan secara bersamaan mereka akan menyerang untuk membunuhnya.
Jika ini terjadi, kabilah Hasyim tidak akan pernah berani untuk mengadakan perang melawan semua suku, dan mereka akan terpaksa meninggalkan masalah ini. Dengan cara ini, kita akhirnya akan terbebas dari dia!”
Proposal ini diterima suara bulat, dan mereka melanjutkan untuk melaksanakannya.