Berhala-Berhala Kue
Hazrat Umar meriwayatkan:
“Selama era jahiliyah, sebelum kami memahami esensi Islam, kami biasa membuat berhala dari kue-kue yang kami sembah dan ketika kami lapar kami memakannya! Mengingat hal itu membuatku tertawa.”
Bagaimana saya bisa menjelaskan bahwa tidak akan mustahil mengubah dunia seseorang tanpa mendobrak keluar dari kepompongnya serta melihat keuniversalan yang sebenarnya?
Dibesarkan di lingkungan berhala-berhala kue dan kisah sebelum tidur mengenai tuhan, orang-orang hanya mencemaskan bagaimana mereka bisa makan dan kawin sambil menjalankan ‘tugas agama’ mereka karena takut dan tertekan – sambil berharap akan diselamatkan oleh kue-kue!
Berhala-berhala dan tuhan-tuhan adalah produk dari orang-orang yang terkurung (kepompong), dan para peniru mengadopsi tuhan-tuhan ini lalu mengabdi kepada (termakan oleh) mereka. Mulai dari tuhan yang paling polos dan tak berbahaya, seperti para bintang film dan biduan, hingga yang paling berbahaya, seperti para diktator dan lembaga otokratik, semua mahluk dan entitas ‘suci’ yang seolah tidak bisa disentuh ini semata hanyalah kue-kue, yang mau tidak mau menanti gilirannya untuk dimakan!
Orang-orang yang telah memBACA esensi dari Islam tidak membutuhkan penghormatan atau persetujuan dari para peniru dan humanoid. Mereka terlalu sibuk melihat Allah dan manifestasi-manifestasiNya. Mereka tidak tertarik dengan perkara-perkara lain. Namun jumlah mereka sangat sedikit untuk memecah kepompong seseorang. Untuk membersihkannya dari peniruan dan berpaling dari surga palsu dan temporer (-nya Dajjal) bukanlah sesuatu yang mudah! Orang-orang istimewa ini tidak lagi memiliki tuhan-tuhan dan berhala, karena mereka adalah hamba-hamba Allah. Tuhannya orang-orang tidak berarti baginya. Mereka tidak mengharapkan penghormatan atau penghargaan dari orang lain. Mereka tidak menyukai hal semacam itu! Mereka tidak peduli apakah para imitator itu menerima atau menolak mereka. Langkah mereka di dunia seolah persinggahan istirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Mereka tidak menyukai titel dan jabatan, tidak juga terpengaruh oleh ‘keagungan’ dan ‘kesucian’ yang diciptakan para imitator.
Masyarakat menciptakan konsep keagungan dan kesucian, tuhan-tuhan, hukum-hukum dan aturan-aturan! Kemudian mereka berbicara tentang kepatutan dalam mematuhi konsep ini! Tapi ketika para pencipta konsep ini dalam kesendirian, mereka hanya mencemoohkan dan menertawai mereka. Konsep-konsep ini, atau jika Anda mau tuhan-tuhan kue ini, adalah alat-alat kendali. Mereka menggunakannya untuk mengendalikan dan memanipulasi masyarakat, untuk kepentingan mereka sendiri! “Elit-elit’ semacam ini memanfaatkan ajaran para Rasul dan menggunakannya untuk menyokong norma-norma keagungan dan kesucian mereka sendiri!
Uang, misalnya, adalah tuhan teragung! Sosok yang paling banyak hambanya! Kemudian seksualitas! Pada posisi ke dua! Kemestian bagi setiap kepompong! Semua hamba berkepompong menuhankan dan menyembah tuhan-tuhan ini. Bahkan, seluruh hidup mereka berdasarkan keduanya.
Nampaknya sangat sulit bagi mereka untuk memikirkan kemungkinan adanya universalitas diluar kepompong mereka yang amat sangat kecil…
Sungguh, saya dengar mustahil untuk menjelaskan:
Bahwa Matahari tidak pernah terbit atau terbenam. Konsep-konsep ini hanya ada karena rotasi Bumi…
Bahwa air mata singa yang memakan mangsanya atau air mata buaya bukanlah karena rasa kasihan. Bahwa tida ada ruang untuk rasa kasihan dalam dunia binatang…
Bahwa sebuah apel tidaklah jatuh dari pohon karena cintanya kepada tanah…
Seksualitas tidak lain dari rangsangan hormonal…
Bahwa mencintai dengan menyukai tidaklah sama, dan keinginan untuk melenyapkan diri di dalam yang dicintai jauh berbeda dengan keinginan untuk memiliki karena menyukai…
Bahwa tuhan-tuhan serta nilai-nilai sakral tidak memiliki arti atau validitas dalam dunia nyata, di luar kepompong…
Bahwa pengkondisian lingkungan dibangun oleh orang-orang yang ingin menggerakkan dan mengendalikan masyarakat untuk kepentingan pribadi mereka…
Bahwa dunia nyata di luar kepompong diri adalah dunia kesadaran universal…
Bahwa kebijaksanaan tidak akan diraih dengan perbudakan…
Bahwa orang-orang bijaksana memberi nilai bukan kepada para peniru yang bersikap kagum di hadapan mereka, melainkan kepada orang-orang yang menyadari kebenaran dan berusaha untuk menjadi manusia yang sebenarnya…
Bahwa para humanoid dan imitator yang hidup hanya untuk mengejar hasrat pribadi dan jasmani tidak akan pernah mampu untuk meninggalkan kepompong mereka ketika mereka berubah dimensi…
Bahwa tidak ada orang bijak ataupun wali bisa campur-tangan dan mengeluarkan Anda dari neraka dan menempatkan Anda di tempat yang lain. Kecuali jika Anda benar-benar mengkaji dan menerapkan ilmu dan hikmah yang mereka ungkapkan…
Bahwa mengkaji ilmu demikian tidaklah sama dengan menghafalnya…
Bahwa hidup yang dihabiskan untuk menyembah kue-kue sakral di dalam kepompong merupakan kerugian terbesar yang tak tergantikan…
Bahwa manusia yang sebenarnya adalah orang yang diciptakan untuk Allah, yang bisa benar-benar berpaling dari tuhan-tuhan kue dan menemukan hakikat dari Allah…
Bahwa orang-orang yang bukan manusia, yakni mereka yang menjadi budak uang dan nafsu seks di dalam dunia kepompong mereka, tidak akan pernah meraih apapun pada akhirnya, meskipun mereka menghabiskan seluruh hidupnya dengan cerita-cerita dan dongeng-dongeng tentang hikmah dan ilmu…
Bahwa otoritas politik, agama atau budaya bukan lain dari kue-buatan masyarakat.
Bahwa orang-orang yang tidak mati sebelum ajal dan kembali ke kehidupan ilmu dan hikmah tidak akan mencapai universalitas di luar kepompong mereka…
Bahwa jalan ilmu adalah jalan kehidupan, dan tidak boleh dipertukarkan dengan ilmu dari sebuah komputer…
Bahwa ungkapan dari para ahlullah telah dipelintir dan dieksploitasi serta diubah menjadi tuhan-tuhan kue untuk memanipulasi dan mengendalikan massa…
Dan seterusnya…
Ya… Saya telah mendengar mengenai sulitnya menjelaskan semua ini kepada para humanoid dan peniru, yakni mereka yang bukan manusia.
5.2.1999
NJ - USA