Ingin Tahu Dan Tak Mau Tahu
Nampaknya sebagian orang sulit untuk memahami bahwa Islam adalah nama dari sistem universal yang meliputi semua bentuk dan ihwal kehidupan di setiap dimensi, yang berfungsi sebagai bagian dari mekanisme agung.
Mereka yang menyadari realita ini adalah para shadiqin. Mereka adalah orang-orang yang bisa mengkaji sistem ini. Mereka adalah orang-orang yang dulunya dipertuhankan, atau dilabeli sebagai wali atau teman Allah sekarang ini. Orang-orang yang terkemuka ini telah mengetahui, menemukan dan menjadi realita di dalam esensi dirinya. Kemudian mereka melanjutkan hidupnya sebagai manusia hingga akhir waktu yang telah ditentukan.
Sang pencipta adalah Allah!
Semua ciptaan mengabdi kepada Allah.
Orang-orang yang tidak beriman menyia-nyiakan hidupnya berselisih dengan hamba-hamba Allah!
Peringatan Rasul SAW, “Apabila dua orang muslim mengangkat pedang terhadap satu sama lainnya, yang membunuh dan yang terbunuh akan masuk neraka,” tidak merujuk kepada pedang harfiah! Kata-kata dan perbuatan terkadang bisa lebih tajam daripada sebuah pedang, yang mendorong seseorang mengalami derita yang tak-terbayangkan!
Ketika kucing atau anjing ada pemiliknya, mungkinkah seorang hamba Allah tidak ada pemiliknya atau penciptanya? Akan tetapi, orang-orang yang belum meluruskan keimanannya tidak akan bisa melihat ini. Karena mereka seperti komputer-komputer yang diunggah kepadanya kisah-kisah tentang Sufisme dan spiritualitas, dan orang yang jahil terpikat oleh informasi ini dan mempercayai mereka sebagai para wali…
Sebagian berakhir di neraka karena ingin termasyur atau karena dendam kesumat… Dan sebagian lagi tetap bersih dari kecenderungan rendah semacam itu dan berakhir di surga…
Lisan seseorang bisa menuntunnya ke neraka atau ke surga…
Para ahli taqwa melihat wajah Allah kemanapun mereka memandang dan berbicara hanya dengan mengingat ini, dan karenanya masuk surga ketika mereka beralih dimensi…
Namun mereka yang terlalu lemah untuk berjuang karena egonya cenderung berselisih dengan ego-ego lainnya dalam upaya memuaskan dirinya!
Sementara yang lain, yang membersihkan dirinya dengan menundukkan egonya, berserahdiri kepada Allah sebatas kesuciannya dan menghabiskan hidupnya dalam perselisihan berdasarkan tingkatan hijab mereka.
Manusia, di sisi lain, membaca sistem ini dan berbagi ilmu tentangnya.
Bukannya menghabiskan waktu dalam perselisihan dan persaingan, manusia berusaha menguasai dan mengalahkan kecenderungan-kecenderungan egoistiknya.
Manusia mengetahui bahwa semua mahluk diciptakan untuk memenuhi suatu tujuan, dan dunia adalah tempat dimana amal semua manusia akan mewujud – baik itu sang peniru maupun ahli kebenaran; orang beriman maupun tidak beriman; orang cerdas maupun orang bodoh.
Yang tidak beruntung adalah orang-orang yang tidak menyadari realita dari Rasulullah SAW dan gagal meraih wawasan dari ajaran beliau, serta memilih untuk bertengkar dan berselisih dengan orang lain, bukannya berjuang menundukkan egonya. Mereka mungkin mati sebagai orang-orang yang tidak beriman.
Pikirkanlah tentang para sahabat Rasulullah SAW setelah beliau meninggal. Bagaimana mereka kemudian bertentangan satu sama lain…
Kita harus memahami benar hadits berikut ini:
“Sebagian dari kalian ingin berada di sisiku ketika aku berdisi di sisi Telaga Kautsar, akan tetapi para malaikat akan merintangi kalian. Ketika aku bertanya, ‘Mereka para sahabatku, kalian akan membawa mereka kemana?’ Para malaikat akan menjawab, ‘Mereka tidak mengikuti jalanmu; tempat mereka di neraka.’”
Setelah bertahun-tahun melayani Rasulullah SAW, orang yang gagal menundukkan egonya dan jatuh ke lubang perselisihan, tempat mereka bukan hanya di neraka di akhirat, melainkan juga di dunia ini! Ini tak bisa dihindari. Mereka begitu terperosok dalam ambisi untuk saling mengalahkan. Mereka membuat jurang tak bertepi di antara mereka dan Allah!
Manusia datang ke dunia ini sendirian, dan sebagian besar hidupnya dijalani sendirian, dan akan sendirian sama sekali di alam kubur.
Pikirkan berapa lama waktu yang dihabiskan untuk tidur, bersendirian! Dan berapa lama dihabiskan di sekitar orang-orang, juga bersendirian! Mungkin di sekitar Anda ada teman-teman dan keluarga, tapi tetap saja Anda bersendirian. Meskipun realitanya demikian, Anda masih belum bersiap diri untuk perjalanan abadi… Sendirian!?
Anda sungguh akan disambut horor dan mimpi buruk karena tidak menyiapkan diri untuk suatu tempat berikutnya dimana Anda sama sekali bersendirian…
Kawan-kawan…
Sebuah hard-disk yang penuh dengan data tidak akan masuk ke surga! Ingatlah, di dalam Al-Qur’an disebutkan, ‘para ulama’ yang dipenuhi informasi tapi tidak menerapkan ketentuan-ketentuan dari ilmunya diibaratkan keledai yang memikul kitab-kitab…
Jika kita tidak menerapkan dan mengalami ilmu kita, maka ia tidak lebih dari sekedar beban di punggung kita.
Selama kita hidup, pintu taubat selalu terbuka. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, sepanjang kita bukan termasuk orang yang tidak mau bersyukur…
Jika kesenangan jasmani dan duniawi menjadi pusat perhatian dalam hidup seseorang, maka dia sudah terkutuk. Mengapa mengisi hati Anda dengan kegelapan dan menghijab diri dari Allah dengan berurusan dan berjuang dengan medan energi semacam itu? Semakin Anda berinteraksi dengan orang-orang semacam itu, maka Anda akan semakin terhijab dari Allah dan pada akhirnya kehilangan keimanan.
Sementara berbagi pesan merupakan tugas dari Rasulullah SAW, beliau tidak memaksakannya kepada siapapun. Maka siapa kita sehingga mengambil peran demikian? Kita tidak datang ke sini untuk bertengkar!
Abu Jahal makan dan minum seperti Rasul, berjanggut seperti Rasul, berpakaian seperti Rasul dan berjalan seperti Rasul, tapi dia tidak berbagi keimanan! Tidak juga semua yang lain yang terusir dari Rasul SAW ketika beliau berdiri di sisi Telaga Kautsar.
Jika Anda tidak mau hasil kerja Anda menjadi hampa, perhatikanlah peringatan-peringatan dari Rasulullah, bertaubat dan selaraskan diri Anda menurut prinsip-prinsip keimanan. Atau jangan ragu bahwa apa yang menimpa para pengingkar sebelum Anda juga akan menimpa diri Anda.
Sistemnya Allah, sunnatullah, tidak pernah akan berubah!
Setiap umat yang ditimpa bencana telah diperingatkan sebelumnya. Semua yang lalai dengan berpikiran bisa memberontak terhadap sistemnya Allah terbukti menghadapi akibat yang sangat berat.
Tiada gunanya mengetahui prinsip-prinsip keimanan, akan tetapi tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bermasyarakat.
Berbohong, menipu dan bergosip atas nama koalisi merupakan kontradiksi langsung terhadap keimanan dan akan menuntun seseorang untuk mati sebagai orang yang tidak beriman, meskipun dia telah menghabiskan seluruh hidupnya dengan shalat dan puasa. Karena perbuatan semacam itu merupakan pengingkaran langsung kepada Allah!
Silakan pertimbangkan dengan sungguh-sungguh… Bisakah orang yang benar-benar beriman kepada Allah menyia-nyiakan waktunya untuk bergosip dan semacamnya? Keimanan seperti itu mesti dipertanyakan!
Hanya orang bodoh yang bisa terlibat dalam aktivitas rendahan semacam itu.
Manusia diciptakan untuk ilmu, dan yang dikatakan ilmu adalah yang menyimak, dan yang dikatakan ilmu adalah yang bicara! Jika ilmu tiada, yang ada adalah rumor. Hanya orang yang tidak memiliki keimanan yang mempunyai banyak waktu untuk bergosip. Dan hanya air keimanan yang bisa memadamkan api gosip.
Bergosip adalah tindakan provokatif yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mencari murka Allah, yang berupaya menguping perkataan orang dan menyimpulkannya.
Semoga Allah memudahkan jalan Rasul SAW bagi kita melalui akal dan keimanan yang nyata.
19.2.99
New Jersey