Mengenal Kekhalifahan Diri
Tujuan dari keberadaan manusia di muka bumi adalah agar dia mengalami (merasakan) kekhalifahan dirinya… Untuk itu, pertama-tama dia mesti mengenal hakikat dan muasal dirinya; menjauhkan dirinya dari pengkondisian-pengkondisian dan penilaian akan dirinya oleh lingkungannya. Dia mesti mengadopsi moral-moral Allah, yang mustahil kecuali dia terlebih dahulu memahami hakikat yang ditunjuk oleh nama Allah.
Jika tidak, maka akan tercipta sosok tuhan imajinatif di kepalanya – dengan pengkondisian-pengkondisian dan penilaian yang bersangkutan – dan menamainya sebagai ‘Allah’. Kemudian dia mengawasi dirinya dalam cerminan imajinasi ini, menghibur diri dengan ide-ide kesempurnaannya, dan meninggalkan tempat ini dengan khayalan.
Ilmu adalah alat yang memungkinkan untuk mengalami apa yang ditunjuknya!
Dan mengalami/merasakan kekhalifahan adalah tujuannya!
Tujuan manusia adalah mengatasi semua rintangan ini dan merasakan realita dirinya sebagai sang khalifah.
Jika Anda tidak proaktif melepaskan dan membebaskan diri Anda dari apa-apa yang mau tidak mau harus dilepaskan di masa datang, Anda tidak akan bisa menemukan Diri sejati Anda.
Di masa ini, jalan Tariqah telah berakhir. Konsep ‘guru dan murid’ tidak lagi berlaku dan efektif. Mustahil menemukan seorang guru yang bisa memonitor dan mengarahkan semua tindakan Anda di setiap saat.
Bersihkan diri Anda dari khayalan!
Tidak seorang pun bisa dijinakkan dan dilatih dengan kendali jarak jauh (remote control)!
Ilmu dapat disebar sampai ujung dunia, dan diterima serta dievaluasi oleh otak-otak yang bisa melihatnya. Tapi tidak seorang pun bisa mengendalikan perilaku Anda dan memonitor kesalahan-kesalahan Anda; ini hanya bisa dicapai melalui pengetahuan yang bersangkutan.
Sistem dan tatanan dimana kita tinggal adalah produk dari moral-moral Allah.
Al-Qur’an adalah kitab yang diberikan kepada kita agar kita menyadari sistem dan tatanan Allah ini.
Jika pemahaman kita terhadap Al-Qur’an tidak berpadu dengan sistem dan tatanan tempat kita tinggal ini, maka kita belum memBACA Al-Qur’an.
Ketika Al-Qur’an diBACA, sistemnya akan tersadari, yang kemudian memungkinkan sang pembaca untuk mengenal moral-moral Allah.
Sejauh mana Anda bisa sepenuhnya menyatu dengan moral-moral Allah dan mengevaluasi orang lain dengannya menunjukkan sejauh mana Anda bisa mengalami kekhalifahan Anda.
Tidak ada tongkat ajaib dari langit yang akan mengubah Anda menjadi khalifah ataupun wali. Anda mesti memandangnya bahwa itu adalah nama-nama yang diberikan kepada ihwal-ihwal kehidupan… Jika Anda tidak memiliki pandangan dan gaya-hidup demikian, itu tidak akan mengubah realita siapa diri Anda sebenarnya, meskipun label-label ini disandangkan kepada Anda dengan ukiran emas.
Jadi, jangan menipu diri Anda sendiri dengan harapan yang tidak realistik. Satu-satunya yang bisa sampai kepada Anda adalah ilmu dan syafaat. Anda bisa mengembangkan diri Anda dengan menerapkan ketentuan-ketentuan dari ilmu ini dalam kehidupan Anda.
Orang yang cerdas adalah orang yang berusaha mengembangkan dirinya. Bukannya membuang-buang waktunya membicarakan orang lain. Sementara berbagi ilmu itu wajib, maka wajib pula untuk tidak memaksakan perkara apapun kepada orang lain terkait dengannya.
Karena itu, tugas kita adalah mengevaluasi ilmu secara realistik, tanpa menimbulkan harapan yang tidak realistik, tidak mempertuhankan seseorang, peduli akan peringatan yang disampaikan, namun tetap mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan kita, dan menerima kebenaran bahwa kita hanya menuai apa yang kita semai.
Semoga Allah memudahkan jalan ilmu bagi kita.
14.6.98
NJ - USA