Sesulit Apa?

Sesulit apa bagi kita untuk memahami kebenaran tertentu?

Seberapa sulit bagi kita untuk memahami dan mengevaluasi kebenaran yang kita baca, yang kita ingat, kita bicarakan dan kita lihat?

Sesulit apa berpaling dari dunia dan pemerintah-pemerintahnya dan berbalik menuju Allah serta kehidupan setelah kematian, kearah mana kita akan berjalan sendirian?

Mari ingat bahwa:

Sebuah pemerintahan adalah organisasi yang dibangun oleh masyarakat dengan tujuan untuk melindungi hak asasi manusia dan memberikan pelayanan kepada mereka. Itu bukan hal yang sakral; terbuka untuk perubahan oleh masyarakatnya.

Sebuah pemerintahan tidak bisa memiliki agama. Sebuah agama tidak bisa memiliki pemerintahan!

Sebuah pemerintahan adalah organisasi yang didirikan masyarakat untuk tujuan mengatur dan memberikan layanan kepada mereka, tanpa melihat agama, bahasa, ras dan warna kulit. Mereka yang menjadi bagian aktif dari organisasi ini tidak memiliki keagungan, kekebalan atau hak istimewa dibanding yang lainnya. Menggunakan posisi untuk demi keuntungan pribadi merupakan pengkhianatan terhadap masyarakat dan kepercayaan.

 Pemerintah tidak memiliki hak dan kewenangan untuk memaksakan agama kepada masyarakatnya. Bahkan, pemerintah mesti berada di tengah-tengah terhadap semua keyakinan sambil memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengamalkan ajaran agama masing-masing tanpa menimbulkan tekanan dan beban terhadap satu sama lain.

Pemerintah mesti menghormati semua perilaku yang tidak melanggar hak asasi manusia.

Tujuan utama dari sebuah pemerintahan adalah untuk melayani rakyatnya; tidak bisa bias atau memaksakan perkara-perkara kepada masyarakat manapun. Sebuah pemerintahan yang tidak melayani masyarakatnya telah kehilangan tujuan dari keberadaannya. Sebuah pemerintahan tidak bisa meminta sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan seseorang, apapun itu.

Agama adalah sistem dan tatanan dari yang Esa yang dirujuk sebagai Allah, disingkapkan oleh para Nabi dan Rasul, untuk menolong manusia dalam persiapan kehidupan mereka yang kekal.

Menurut Al-Qur’an, jika seseorang beriman dan memenuhi ketentuan-ketentuan keyakinannya, dia akan mengalami kebahagiaan setelah kematiannya. Jika dia berbuat sebaliknya, dia akan terkena derita.

Lebih jauh lagi, Agama mengatakan kepada kita bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi, dan karenanya mesti berhenti mencari sosok tuhan-berhala di luar angkasa serta menggali realita dari yang Esa yang bernama Allah di kedalaman dirinya.

Agama tidak menganjurkan penindasan dan pemaksaan. Agama adalah ajakan, tawaran kepada mereka yang berakal. Baik dia mengambilnya dengan sungguh-sungguh ataupun tidak, akibatnya hanya bagi dirinya sendiri.

Pemerintah bukanlah penerima amanat agama. Pemerintah tidak berhak turut-campur dalam keyakinan seseorang. Ia mesti melaksanakan hukum dan kewenangan untuk melayani seluruh rakyat, tanpa melanggar hak-hak individual.

Rakyat dan pemerintah mesti mengetahui bahwa tindakan apapun yang dipaksakan kepada pihak lain pada akhirnya akan menjadi bumerang kepada pelakunya.

Rakyat perlu diberitahu mengenai esensi agama, namun penerimaan dan penerapan atas ketentuan-ketentuan agama terserah kemauan mereka.

Setiap orang akan mati dan melanjutkan perjalanannya setelah kematian. Kehidupan yang baru akan dimulai setelah Kiamat dan setiap orang akan melewati dimensi neraka, yang setelahnya kelompok-kelompok orang beriman akan lolos menuju dimensi surga. Demikian itu berdasarkan ajaran Islam.

Masuknya seseorang ke surga tidak ditentukan oleh perbuatan-perbuatan mereka, tapi berdasarkan tingkat keimanan serta sikapnya berdasarkan itu. Kurangnya penerapan praktek-praktek iman tidak menjadikannya tidak beriman. Seseorang tidak akan mempertanggungjawabkan hal-hal yang tidak mampu ia lakukan karena keadaan yang tidak memungkinkan, tapi ia akan menjalani akibat pilihannya untuk tidak melakukan sesuatu hal.

Setiap amal yang dikerjakan karena tekanan atau paksaan merupakan perbuatan munafik. Agama Islam menganjurkan bahwa orang-orang hanya mengamalkan hal-hal yang mereka yakini secara tulus, karena Allah, tanpa mengharapkan balasan dari siapapun. Orang yang dipaksa untuk menerapkan amalan agama bisa mengakibatkan hilangnya keimanan dan mati sebagai seorang kafir.

Bagi muslim, keimanan ada dua tingkatan:

a. Untuk terbebas dari siksa yang menanti setelah kematian dengan kerugian minimal dan meraih kebahagiaan abadi.

b. Untuk meraih kebahagiaan abadi dengan menjumpai Yang Esa yang bernama Allah di dalam esensi diri dan bisa bermoral dengan moralnya Allah.

Keduanya hanya bisa dicapai dengan tindakan yang dilakukan di dunia ini; tak ada yang bisa dilakukan setelah kematian dalam perkara ini. Tidak ada Rasul atau wali yang bisa memberi imbalan untuk amalan yang belum dijalankan selama kehidupan seseorang. Tidak ada keterangan tertulis mengenai kenaikan tingkat seseorang melalui campur-tangan setelah kematian.

Ketika seseorang meninggal, dia akan menyadari bahwa seluruh hidupnya di muka bumi hanyalah sekejap, dan kehidupan dunia adalah satu-satunya kesempatan untuk meraih apa-apa yang dibutuhkan di akhirat. Jika dia belum melakukan persiapan dengan baik, dia akan merasakan penyesalan mendalam karena tidak lagi memiliki peluang untuk mengubah apapun dan karenanya akan berkeinginan untuk kembali ke dunia. Tapi sayang sekali, itu mustahil baginya.

Inilah sebabnya bagi seorang yang beriman untuk berusaha untuk tujuan akhirat ketika mengejar kehidupan dunia. Setiap orang akan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang dikerjakannya; tidak lebih dan tidak kurang.

Oleh karena itu, orang-orang yang beriman mesti menjauh dari keinginan untuk kemasyuran dan kekuasaan duniawi, kekuatan dan harapan dari orang lain, dan berbuat untuk kebahagian hidup yang kekal, sambil menyebarkan dan menggiatkan kedamaian dan cinta.

Tujuan orang beriman di dunia ini adalah untuk mengenal Allah, mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian dan berbagi ilmu dengan orang lain. Mereka tidak meluangkan waktu untuk berdebat dan berselisih dengan yang lain.

Tidak ada yang namanya kelas atau status di dalam agama. Hanya ada orang-orang yang berbagi karena Allah tanpa berharap imbalan. Semua pangkat dan penilaian di luar ini hanyalah pabrikasi. Hanya Allah yang tahu siapa para wali itu; kita hanya bisa berasumsi. Kepedulian kita hanya kepada ilmu dan keluhuran budi.

Karena gagal untuk menyadari bahwa hanya melalui usahanya sendiri manusia bisa mencapai kesuksesan dan kebahagiaan abadi, berabad-abad orang-orang menunggu juru selamat (mahdi), menyia-nyiakan kehidupan abadi mereka.

Daripada menunggu-nunggu seorang juru selamat, kita mesti berusaha meningkatkan ilmu kita dan menerapkan ketentuan-ketentuannya; hanya ini jalan yang masuk akal.

Mari kita menyadari fakta bahwa hanya ilmu yang dimengerti dan diterapkan yang bisa berguna.

Biarkan pemerintah menjalankan tugasnya – melayani rakyat.

Biarkan rakyat mengamalkan keyakinan mereka dengan bebas tanpa melanggar hak-hak orang lain.

 

26.7.98

NJ - USA

20 / 28

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini