Syafaat Dan Dualitas
Tubuh mempunyai batas usia, sedangkan kesadaran tidak demikian! Usia kesadaran adalah usia dari pengetahuannya! Usia pengetahuan seseorang bergantung kepada kehidupannya yang sehat serta kontemplasi… Maka saya kira, hal pintar yang mesti dilakukan adalah meningkatkan usia pengetahuan kita sebanyak mungkin sebelum kita meninggalkan dunia ini… Sebagaimana dikatakan Rumi, “Yang lalu telah berlalu, hari ini adalah hari yang baru!”
Kemarin, saya ditanya mengenai syafaat Rasulullah SAW dan mengapa dikatakan bahwa itu untuk ‘para pelaku dosa besar’.
Siapa yang dimaksud dengan para pelaku dosa besar itu?
Saya mengatakan bahwa ada dua hal yang pertama-tama mesti difahami.
Orang-orang berpikir bahwa ‘syafaat’ akan terjadi karena seseorang menangkap tangan Anda lalu menariknya ke suatu tempat! Apakah Anda pun berpikiran seperti itu?
Ada syafaat di dunia ini, di kehidupan mendatang, di padang mahsyar dan di neraka…
Ada syafaat Rasulullah SAW, dan juga syafaat dari para wali dan para ulama.
Apa itu syafaat? Apa tujuannya? Apakah hanya untuk menyelamatkan orang-orang dari neraka?
Apa itu dosa terbesar?
Ayatnya mengatakan, “Sungguh, dualitas (syirik) adalah dosa terbesar!”[1]
Yakni, menurunkan derajat Allah kepada konsep sosok tuhan! Itulah dualitas/syirik!
Rasulullah SAW mengatakan, “Sepeninggalku, umatku tidak akan terlibat di dalam dualitas eksternal (lahir), yang aku takutkan bagi mereka adalah jenis syirik yang tersembunyi.”
Maka, menyembah sosok tuhan merupakan kesalahan terbesar dan akar utama dari semua kesalahan lainnya!
Syirik tersembunyi atau kepercayaan kepada adanya sosok tuhan terletak pada akar dari semua dosa.
Ayat, “Wahai orang-orang beriman, yakinlah kepada Allah” sampai kepada para sahabat yang beriman kepada Muhammad SAW dan Al-Qur’an, tapi bagi yang belum meninggalkan konsep ketuhanan. Apabila para sahabat yang bertemu langsung dengan Rasulullah keadaannya seperti ini, bagaimana dengan kita?
Jalan untuk beriman kepada Allah dan terselamatkan dari neraka serta dari dualitas tersembunyi bergantung kepada kelayakan kita kepada syafaat.
“Siapa yang bisa memberi syafaat di hadapanNya kecuali dengan ijin Allah?”[2]
Jika kita mengartikan ini sebagai, “Siapa yang bisa memberikan syafaat kecuali dengan ijin tuhan,” neraka kita tidak mudah dipadamkan! Kita akan terus terbakar dan menderita!
Apa perbedaan diantara kalimat, “Siapa yang bisa memberikan syafaat kecuali dengan ijin Tuhan” dan “Siapa yang bisa memberikan syafaat kecuali dengan ijin Allah?”
Mari kita buat frase yang kedua menjadi:
“Siapa yang bisa memberikan syafaat di hadapanNya kecuali dengan daya-daya yang mewujud dari Nama-nama di dalam esensi diri?”
Dengan sebuah perumpamaan, bisakah pusaka yang tersembunyi di dalam rumah Anda ditemukan di dalam bangunan yang lain?
Bagaimana bisa syafaat mencapai kita apabila kita terus-menerus menolaknya?
Selama tirai yang menutupi pandangan tidak kita sibak, kita tidak akan memperoleh syafaat.
Bagaimana syafaat bisa mencapai kita sedangkan kita masih percaya kepada tuhan-berhala serta kepada ‘duta’-Nya dan kitab perintah yang berbahasa Arab dikirim oleh sosok tuhan yang berbicara bahasa Arab!
Bagaimana kita bisa berharap akan syafaat sementara berpikir bahwa wali-wali tuhan akan menyelamatkan kita dari neraka dengan tongkat ajaibnya?
Jika Allah (daya-daya yang mewujud dari Nama-nama di dalam esensi diri kita) tidak menerima syafaat, siapa yang bisa memberi syafaat? Bagaimana tirai yang menghijab pandangan kita akan hilang dan memungkinkan kita mencapai syafaat? Kemudian, bagaimana kita bisa bersih dari dualitas tersembunyi dan benar-benar beriman kepada Allah, realita esensial keberadaan kita dan segala sesuatu, serta bisa MEMBACA Al-Qur’an dengan sepatutnya? Bukankah dikatakan bahwa orang-orang yang tidak bersih dari dualitas tidak boleh menyentuh Al-Qur’an? …
Menurut pemahaman saya, pertama-tama kita mesti memenuhi syarat untuk mendapatkan syafaat melalui ijin yang berasal dari esensi diri kita. Kemudian, kita mesti bersih dari hijab-hijab lahiriah, dan berhenti menzalimi diri sendiri, kesadaran kita atau realita esensial kita.
Selama Anda menghalangi diri Anda untuk merasakan realita esensial Anda, Anda sedang menzalimi diri Anda sendiri.
Terutama jika Anda mengetahui kebenaran ini tetapi menahan diri untuk berbagi tentangnya dengan orang-orang terdekat Anda, Anda sedang melakukan kesalahan besar kepada orang-orang terdekat Anda dan orang-orang yang paling Anda sayangi!
Saya ingin, tapi nampaknya tidak berhasil!
Mengapa tidak?
Anda tidak bisa membeli kue di toko besi atau membeli sepatu di toko komputer!
Setan menjadi ‘iblis’ setelah menilai Adam berdasarkan tampilannya! Seandainya dia mampu menilai Adam berdasarkan ilmu serta esensinya, hal semacam itu tidak akan terjadi!
Kita diciptakan semata-mata demi kepentingan ilmu!
Allah meletakkan ilmu di balik api sehingga pengecut yang takut dengan proses pembersihan melalui pembakaran tidak berani mendekatinya dan karenanya hanya mereka yang layak untuk itu yang bisa meraihnya…
Orang-orang yang melampaui rasa takut akan pembakaran atas identitas ego mereka serta mencebur kedalam api ini akan memasuki neraka di sisi kanan Dajjal dan memasuki surga ilmu dan pengetahuan. Tapi mereka yang tidak bisa mengatasi rasa takut, mereka tidak bisa menembus api ini dan karenanya tidak bisa meraih ilmu dan pengetahuan. Rasa takut mesti dilenyapkan!
Jadi, apakah kita telah melepaskan diri kita dari syirik yang tersembunyi? Biar hati-nurani kita menjawabnya!
Apakah kita telah memahami bahwa Yang Esa yang namanya Allah bukanlah sosok tuhan; sedikitnya apakah kita telah meyakininya? Apakah kita mampu melihat dan mendengar Dia di setiap saat dan dimanapun? Apakah kita menyadari fakta bahwa kita selalu berdialog denganNya?
Untuk memperoleh syafaat, pertama-tama kita tidak boleh menolak apa yang sedang disajikan kehadapan kita!
Syafaat adalah terbebas dari neraka, dan neraka bisa terjadi bukan hanya di akhirat melainkan di dunia ini juga!
Syafaat adalah menyatu dengan Allah, yang hanya bisa terjadi dengan menemukan orang yang bijak, seseorang yang kepadanya ilmu Allah telah mewujud, dan dengan sungguh-sungguh mengikuti jalannya!
Syafaat adalah menghilangkan kejahilan yang menuntun seseorang untuk terus-menerus membuat kesalahan, dan memberinya pengetahuan!
Demikianlah syafaat Nabi, Rasul, dan para wali.
Dengan pengetahuan ini, orang yang bersangkutan bisa membersihkan dirinya dan terselamatkan dari derita. Dan dengan menjalani ketentuan-ketentuannya (baik secara lahir dan batin), dia bisa menyatu dengan Allah pada tingkat kesadaran!
Jadi, pertama-tama adalah Allah di dalam esensi diri Anda, bukannya tuhan di luar Anda, yang mesti memberi ijin, agar Anda menjadi layak dan terbuka kepada syafaat!
Kemudian, Anda bisa mengevaluasi ilmu itu, yang sebenarnya merupakan syafaat, serta membersihkan diri Anda dengan berselaras dengannya.
Maka syirik/dualitas tersembunyi akan berakhir dan Anda akan menyatu dengan Allah.
Seperti itulah saya menjawab pertanyaan ini kemarin. Dengan memikirkan topik ini secara mendalam, memperdebatkan dan berupaya memahaminya berarti pintu menuju syafaat telah terbuka, saya berharap demikian!
Maafkan saya jika saya telah melakukan kesalahan.
Silakan Anda menyendiri dengan hati-nurani Anda.
“Cukuplah bagi kalian kesadaran individu kalian pada tahap ini untuk memahami akibat dari perbuatan-perbuatan kalian.”[3]
31.1.98
New Jersey – USA