Apa Ekstensi Anda?
Seperti halnya tidak bisa mengubah format sebuah file dengan mengubah ekstensi dari namanya, Anda pun tidak bisa menjadi seorang Sufi atau seorang muslim hanya dengan mengakuinya.
Tuhan mana yang sedang Anda perolok-olokan dengan mengerjakan shalat seolah Anda sedang bersenam, tidak memahami apa yang sedang Anda baca? Realita apa yang Anda saksikan ketika mengulangi ucapan Tauhid dan ucapan Syahadat tanpa pernah merenungkan realita yang ditunjuknya? Kapan Anda akan memahami perbedaan antara nama dan yang dinamai, dan yang dinamai itu tidak berubah ketika Anda mengubah namanya?
Adalah pikiran yang wajar mengetahui bahwa mengakui menjadi ini atau itu tidak memadai untuk Anda bisa masuk surga. Jika yang Anda lakukan adalah berusaha ‘mengoreksi’ orang lain dan memaksa mereka menjadi “muslim,” bukannya memperkuat keyakinan batin diri Anda sendiri, maka Anda jauh dari realita Islam meskipun Anda menyebut diri Anda seorang muslim. Ingatlah bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengatakan, “Di akhir jaman, seribu muslim akan memenuhi sebuah masjid, tapi tak ada seorang pun yang benar-benar memiliki keimaan di antara mereka.”
Hari ini, populasi muslim ada 1,5 milyar orang, mari asumsikan ini lebih banyak dibanding populasi kristen. Jika Anda pikir ini kemenangan, Anda keliru; itu semata menipu diri. Jika seseorang mengakui nama atau label, dia tidak bisa memBACA Al-Qur’an; dia hanya bisa mengucapkan huruf-hurufnya. Ingatlah bahwa nama-nama dan kata-kata berfungsi sebagai penunjuk; mereka ini melayani Anda untuk menemukan jalan bagi Anda. Bukannya mengumpulkan dan membawanya bersama Anda, berusahalah untuk mengikutinya, berusahalah untuk menemukan hakikat yang dirujuknya. Jika Anda membaca sesuatu, berusahalah untuk melihat pesan apa yang dibawanya, bukan sekedar menyuarakan huruf-hurufnya.
Misalnya mereka mengucapkan kata ‘riba’ yang berarti ‘bunga’ dan itu ‘dilarang,’ tanpa sungguh-sungguh memikirkan jenis penerapan yang sebenarnya dirujuk. Di negara dengan laju inflasi 100%, mereka mengincar pada celengan seorang pensiunan dan mengintimidasi mereka dengan api neraka. Tapi ketika mereka mengubah kata ‘bunga’ menjadi ‘bagi hasil’ di dalam sebuah sistem perbankan Islam, tiba-tiba ia menjadi sah!
‘Jangan melihat kepada hal-hal yang haram!’ kata mereka dan mereka menutup kepala dan mata mereka dan menolak menonton TV, tidak menyadari fakta bahwa ‘tidak melihat’ sebenarnya berarti ‘tidak menginginkan hal yang haram’!
Jadi, karena termakan nama-nama dan label-label, mereka terperosok jauh dari makna sebenarnya dari pesan yang disampaikan.
Beliau mengatakan ‘Allah,’ mereka membuatnya menjadi ‘Tuhan.’
Beliau mengatakan ‘Rasul,’ mereka membuatnya menjadi ‘utusan.’
Beliau mengatakan ‘Surga,’ mereka membuatnya menjadi ‘langit.’
Beliau mengatakan ‘Fahami sistemnya Allah melalui Islam,’ tapi mereka memilih untuk berpuas diri telah menjadi seorang ‘muslim.’
Mereka terperosok jauh dari jalan keiyakinan Nabi Muhammad SAW, tapi merasa yakin berada di jalan yang benar.
1.5.1999