Emosi Dan Akal
Bagaimana mekanisme pertahanan diri dan proyeksi pikiran kita bekerja? Bagaimana reaksi-reaksi kita terbentuk?
Mengapa anak-anak atau pasangan kita bersikeras mempertahankan diri langsung setelah kita mencoba mengoreksi kesalahan mereka?
Saya bukan seorang ahli psikologi ataupun psikiater, tapi saya punya pendapat…
Otak adalah satu kesatuan utuh, tapi dari sisi aktivitas intelektualnya, kita bisa membaginya ke dalam dua bagian:
Aktivitas intelektual yang kita sadari, dan aktivitas yang tidak kita sadari.
Pikiran-pikiran dan ide-ide yang muncul dari kesadaran kita yang lebih tinggi melibatkan pemahaman, logika dan akal kita.
Pikiran-pikiran dan ide-ide yang tidak kita sadari dihasilkan oleh pangkalan-data di dalam bawah-sadar kita.
Pikiran-pikiran dan emosi-emosi yang dihasilkan dalam bawah-sadar kita berasal dari beberapa sumber, termasuk kode genetika warisan, gelombang-gelombang yang masuk dari lingkungan kita ketika kita lahir, pengkondisian yang mempengaruhi kita di sepanjang hidup kita serta informasi yang kita terima melalui apa yang kita baca, kita tonton dan dari orang yang berhubungan dengan kita. Semua ini membentuk pangkalan-data yang menyusun pikiran bawah-sadar kita.
Kesadaran kita yang lebih tinggi, di sisi lain, memiliki kemampuan untuk mengevaluasi hal-hal di dalam suatu kerangka sistematik berdasarkan kriteria kebenaran universal.
Penalaran atau pemikiran adalah kemampuan untuk menggali dan memeriksa perkara-perkara yang kita ketahui melalui evaluasi sadar. Jika digunakan dalam kerangka sistematik disebut ‘logis.’ Jika tidak ada pikiran yang sistematik, maka kita menyebutnya tidak logis.
Kebanyakan dari hidup kita diatur oleh pikiran-pikiran bawah-sadar kita. Perbedaan di antara perilaku naluriah binatang dibanding kita adalah ketiadaan potensi akal pada mereka.
Dari negara atau masyarakat manapun mereka berada, semua orang memiliki pikiran bawah-sadar dan hampir setiap orang diatur olehnya. Karenanya, pikiran bawah sadar juga disebut sebagai setannya manusia. Pikiran merupakan sumber aktivitas intelektual yang dihasilkan oleh bawah-sadar.
Mekanisme yang mengontrol adalah kesadaran yang lebih tinggi: kebijaksanaan dan akal sehat.
Seseorang bisa menghabiskan seluruh hidupnya dengan bersandar kepada pikirannya. Logika bisa digunakan oleh pikiran dan akal sehat. Jika seseorang itu bijak dan berakal sehat, dia mempunyai kapasitas untuk merenungkan kehidupan setelah kematian dan mau menerima kebenaran-kebenaran universal. Dia akan menjalani hidupnya berdasarkan kebenaran akhirat dan berbuat sesuai dengannya.
Di sisi lain, orang pandai bersandar kepada pikirannya, dan akan menggunakan logikanya dan memikirkan segala cara untuk bisa hidup sebaik-baiknya di kehidupan dunianya, dan jika itu sesuai dengan yang diskenariokan baginya, dia bisa mencapai sukses besar.
Pertanyaan yang saya ajukan adalah:
“Mengapa apabila saya mengatakan sesuatu dalam usaha mengoreksi anak dan istri saya mereka langsung mulai membela diri dan bukan hanya tidak mendengarkan saya malah juga menyerang saya?”
Pertama-tama sekali, seseorang tidak memulai membela diri secara sadar. Yakni tidak menunjukkan respon demikian setelah dia menyimak anda, menndengarkan Anda, kemudian menggunakan penalaran dan logikanya untuk mengevaluasi apa yang Anda katakan. Respons awal merupakan cerminan langsung dari mekanisme pertahanan yang ‘pandai’ dari pikiran bawah-sadarnya!
Seseorang mulai membentuk pikiran-pikiran yang kokoh mengenai perkara-perkara tertentu sejak kanak-kanak. Pemikiran ini menjadi teguh dengan bertambahnya usia. Apabila Anda mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan pemikiran ini, secara otomatis dia membela diri tanpa pemikiran sadar. Inilah cara dia menegaskan identitasnya. Seseringnya, dia bahkan tidak mempunyai waktu untuk menggunakan logika dan akal sehatnya! Karenanya, dia mulai mengatakan hal-hal yang tidak logis bahkan mencerca untuk mempertahankan identitasnya.
Berkenaan dengan sebutan mengapa pikiran bawah-sadar itu merupakan setannya seseorang:
Data yang tetap dan terkondisikan di dalam pangkalan-data otak terbentuk baik melalui warisan genetik ataupun dari lingkungan yang bersangkutan. Keduanya biasanya diambil sebagai fakta tanpa pemeriksaan atau menguji kebenarannya.
Sekarang, ketika orang ini menjumpai kebenaran yang bertentangan dengan pangkalan-datanya, di awalnya dia akan bereaksi dan menolaknya. Ini karena sang otak bekerja dengan cara mempertahankan dan melindungi data yang ada. Pikiran selalu mendukung pangkalan-data yang ada, bukannya kebenaran universal yang berdasarkan sistemnya!
Akibatnya, informasi baru yang masuk pada umumnya akan diingkari dan ditolak tanpa evaluasi logis yang berakal sehat.
Maka, ketika seseorang menjumpai ide yang menentang gaya hidup atau masyarakat dimana ia tinggal, dia akan memilih untuk mempertahankan pangkalan-data yang ada dan menolak ide baru itu dengan mengorbankan wawasan baru dan kemajuan spiritual. Karena kekurangan ini, pikirannya ini dirujuk sebagai setan dari yang bersangkutan.
Jika sang bawah-sadar tidak bisa dikendalikan melalui akal, maka yang bersangkutan akan dikendalikan dan diatur oleh pangkalan-data yang menyusun pikiran bawah-sadarnya.
Inilah sebabnya para Rasul dan para Nabi selalu ditolak! Karena mereka mengingatkan umat manusia sejalan dengan realita-realita universal dan menasihati umat untuk membentuk kehidupannya menurut kebenaran-kebenaran ini.
Mereka yang menentang ini, apakah itu anak perempuan dari seorang teman atau anak perempuan dari seorang Rasul, semata mencerminkan mekanisme pertahanan dari pikiran bawah-sadar mereka.
Ungkapan, “Aku mengubah setanku menjadi muslim” bermakna, “Aku telah mengendalikan pikiran bawah-sadarku dan berselaras dengan kebenaran universal.”
Semua bentuk penderitaan dan penyesalan dihasilkan dari tindakan-tindakan yang digerakkan oleh pikiran bawah-sadar.
Keimanan tidak bisa berupa peniruan, tapi beberapa praktek yang dianjurkan sebagai ketetapan Islam bisa ditiru.
Orang yang tak memiliki kebijaksanaan dan akal-sehat tidak bisa memiliki keimanan!
Keimanan merupakan hasil dari kesadaran yang lebih tinggi yang mengevaluasi realita universal di dalam kerangka logika dan mengakui adanya pencipta dari sistem dan tatanan universal ini.
Rasul adalah seorang yang mengenal kebenaran-kebenaran universal di dalam esensi diri dan kesadaran beliau yang lebih tinggi serta mengingatkan yang lain berdasarkan realita yang disingkapkan dari esensi beliau ini.
Mereka yang memahami tuhan sebagai sosok yang tinggal di langit membayangkan malaikat sebagai obyek-obyek atau entitas yang dikirim ke bumi dari langit. Orang-orang yang mengenal Allah sebagi sang pencipta dari realita universal mengetahui ketidakberbagian dari KekuasaanNya dan bahwa malaikat yang disebut Ruh meliputi esensi dari segala hal yang diciptakan. Karenanya mereka mengetahui bahwa Jibril tidak datang dari langit, dan kekuatan yang disebut “Izrail” adalah mekanisme malaikati di dalam setiap bentuk yang diciptakan.
Ide-ide yang dihasilkan oleh bawah-sadar diberikan sebagai bentuk imajiner di dalam otak dan dievaluasi oleh kesadaran yang lebih tinggi. Oleh karena itu, manusia terus hidup di dalam imajinasinya (yakni dunia holografik).
Sementara sebagian orang menyia-nyiakan hidupnya di bawah kendali bawah-sadar mereka, atau menyandarkan diri pada kecerdasan mereka dan ‘berbicara’ dengan elok tentang keimanan… Sebagian yang lain menggunakan kesadaran yang lebih tinggi untuk mengkaji dan merasakan apa itu iman, membentuk dan mengubah mereka menurut kebenaran-kebenaran ini.
Tidak ada ruang bagi alasan di dalam sistem ini!
Tidak ada kompensasi di dalam sistem ini!
Sistem ini tidak memungkinkan pemberian akal-sehat kepada orang yang tidak menggunakan akalnya.
Banyak yang hidup berkedok manusia di dalam sistem ini, tapi tidak semua dari mereka lolos untuk itu.
24.6.99