Kebangkitan
Walaupun kita terbangun dari mimpi yang berbeda setiap pagi, apa yang membuat kita berpikir bahwa suatu hari kita tidak akan terbangun sekonyong-konyong dari mimpi tentang dunia ini?
Ketika kita bangun dan tidak menemukan siapapun untuk berdebat dan berselisih, situasi macam apa yang akan kita dapati nanti, saya bertanya-tanya?
Apakah kita tahu bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain?
Kita dalam ujian dengan orang yang sakit mental, skizofrenia, para diktator, orang pikun, orang-orang dengan masalah kepribadian, atau orang-orang merasa rendah diri, atau seorang yang tinggi hati…
Mereka akan menjalani akibat dari kehidupan mereka ketika mereka bangun, tapi bagaimana dengan orang-orang yang asyik dan terjebak oleh mereka?
Orang-orang seperti itu biasanya menjadi penghasut kepada lingkungan sekitarnya. Seringkali orang-orang didekatnya pun tidak mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Mereka memperkenalkan diri sebagai sesuatu yang lain, tapi kemudian terlibat dalam perilaku yang tak seorang pun mengetahuinya dengan benar, karenanya mereka pun bisa menimbulkan hasutan bagi orang-orang di dekatnya.
Satu-satunya cara untuk terlindung dari hasutan (fitnah) adalah dengan ilmu.
Fitnah tidak akan berakhir hingga Anda membuatnya tidak efektif. Satu-satunya pilihan adalah menjadi kebal terhadapnya, di dunia ini, di alam kubur, atau di neraka!
Jika Anda tidak ingin bangun dalam penyesalan, jangan terjebak oleh fitnah, kawan.
Jika Anda ingin mengenal orang-orang, ikut campurlah dalam urusan mereka, tapi bersiaplah dengan akibatnya, karena sifat mereka yang sebenarnya akan muncul.
Tingkat kedewasaan seseorang akan terungkap ketika keuntungan material dan non-material mereka terancam.
Jika seseorang berupaya terlalu keras untuk bisa diterima dan diakui maka jelaslah bahwa dia tidak memiliki rasa percaya diri atau tidak yakin dengan ilmunya, dia memiliki masalah kepribadian.
Jika seseorang menuduh saya dengan sesuatu hal dan saya berusaha meyakinkan mereka, maka saya menganggap tuduhan itu serius dan berusaha membuktikan diri saya sendiri. Pendekatan yang paling tepat dalam situasi seperti itu adalah dengan mengatakan, “Semoga Allah memberi Anda kedamaian. Anda bebas untuk berpikir dan meyakini sesuka Anda,” dan teruskan langkah Anda…
Orang-orang dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita seperti pertanyaan-pertanyaan ujian. Siapapun dan apapun yang menyusun lingkungan Anda, jika anda mengambil ilmu sebagai tuntunan Anda, Anda tidak akan tersesat.
Jangan mengambil siapapun sebagai teladan. Jangan lupa, tidak seorang pun yang sempurna.
Bertemanlah dengan ilmu bukannya dengan gosip!
Jika seseorang bergosip dia tidak berilmu, itu fakta! Sebanyak apapun ilmu yang nampaknya dimiliki, jika dia terlibat dalam gosip, maka dia belum melampaui keadaan Diri Pencela.
Berpegangteguhlah pada ilmu dan ikuti jalannya.
Berdekatan dengan orang yang tercerahkan tidak berguna kecuali jika Anda mengubah jalan hidup Anda dan berhenti terlibat dalam perilaku rendahan. Cobalah untuk melihat ilmunya, bukan jasmaninya atau orangnya! Orang yang melihat kepada ‘tubuh-tubuh’ yang lain pada akhirnya akan berpisah dengannya, tapi orang yang melihat kepada ilmunya tidak akan tercerabut darinya.
Mereka yang mengambil orang lain sebagai teladan pada akhirnya akan menjumpai tindakan atau perilaku yang bertentangan dengan keyakinannya dan menjadi bingung. Tapi orang melihat kepada ilmu yang disingkapkan oleh Rasul SAW tidak akan pernah merasa menyesal dan pasti akan sampai ke tujuan.
Hal yang mungkin sekali untuk terbangkitkan di dunia ini!
Jika dalam situasi buruk Anda bisa mengatakan, “Al-Malikal Mulki – Yang Esa yang mengatur KekuasaanNya sesuai KehendakNya – membuatku dalam situasi ini” dan tidak membuang-buang waktu dan tenaga terhadap orang-orang yang seolah melakukannya, Anda akan kembali kepada realita hakiki Anda. Hal terbaik dalam menghadapi situasi buruk adalah berpaling ke dalam, kepada Pemilik sejatinya… Ingatlah bahwa ayat “berlarilah menuju Allah” mengacu kepada tindakan introspektif!
Banyak wali yang diakui yang mempertuhankan ego mereka setelah mencapai maqom Diri yang Terilhami dan terperosok kembali kepada keadaan Diri Pencela dan mati dalam keadaan inkar!
Seorang wali tidak akan pernah melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an.
Seorang wali tidak akan pernah terlibat dalam gosip dan tak bersyukur.
Seorang wali tidak akan pernah memandang rendah orang lain atau berharap orang lain melayani dia.
Seorang wali tidak akan menunjukkan cacat dan keburukan orang lain. Dia seorang pemaaf.
Seorang wali tidak pernah berusaha membuktikan suatu perkara atau ikut dalam perdebatan.
Seorang wali mengetahui bahwa setiap orang bergaul dengan orang yang pantas baginya.
Seorang wali mengetahui nilai dari ilmu dan tidak akan mengurangi martabat ilmu dengan mengejar-ngejar orang-orang yang tidak menghargai ilmu.
Seorang wali itu damai dan rida; dia terlindung dari hasutan dari Diri Pencela dan ucapan-ucapan buruk sang Diri Pencela.
Orang-orang yang memilih untuk mengikuti hasrat dunianya setelah datang ilmu kepadanya, yang menggunakan ilmu di lingkungan Diri Pencela, mengatur orang dengan perilaku Diri Pencela pasti akan menderita.
Semoga Allah melindungi kita dari semua orang semacam itu!
26.4.99