Orang Kaya Baru

Istilah yang agak menyinggung ini digunakan terkait dengan kekayaan finansial. Atau untuk menjelaskan perilaku yang dibesar-besarkan dari orang yang mendadak mendapatkan kekayaan yang cukup besar tetapi tidak memiliki tarap budaya dan pendidikan yang sepadan.

Orang semacam ini biasanya membelanjkan uangnya berlebihan untuk menarik perhatian orang di sekitarnya dengan tujuan mendapatkan posisi yang menonjol di atas orang lain.

Seperti halnya bisa berperilaku sebagai orang kaya baru, seseorang pun bisa berperilaku sebagai orang tercerahkan baru, atau berlagak Sufi baru! Yakni mendapatkan ilmu yang berkenaan dengan tingkatan Diri yang Terilhami (Nafsu Mulhimah) tanpa mengalami pelatihan spiritual yang diperlukan!

Salah satu ajaran mendasar dari Sufisme adalah bahwa sang calon menjalani pelatihan spiritual yang keras dibawah bimbingan gurunya (murshid). Setiap guru telah dilatih dengan cara khusus, sehingga dengan prinsip-prinsip ini, mereka melatih calon yang ditunjuk. Ini merupakan pelatihan yang menyeluruh meliputi adab, perilaku kebiasaan, asupan makanan, komunikasi dan hubungan dengan sesama[1].

Calon-calon sufi yang menjalani pelatihan yang diperlukan berhenti melakukan perkara-perkara seperti bergosip, perbuatan memanfaatkan orang lain atau menginginkan keunggulan, sedini mungkin pada tingkatan Diri yang Menuduh Diri. Ini berlaku baik kepada orang-orang yang dekat dengan mereka maupun yang lain.

Ketika mereka sampai kepada tingkatan Diri yang Terilhami, bukannya meniru-niru orang lain, bergosip dan mempersalahkan orang lain (sebagaimana kasus dalam tingkatan Diri yang Menuduh Diri), mereka berusaha untuk melayani orang-orang lain semampu mereka. Karena mereka sepenuhnya menyadari bahwa ‘orang-orang lain’ merupakan beragam manifestasi dari Yang Esa, karenanya melayani mereka berarti mengabdi kepada Yang Esa, dan menggosipkan orang lain berarti menggosipkan Yang Esa!

Namun sedihnya, pelatihan Sufi sejati telah berakhir bertahun-tahun yang lalu, dan yang kebanyakan nampak sekarang ini semata nama dan reputasi dari aliran Sufi tertentu bukannya pelatihan spiritual yang asli. Setidaknya, saya telah melihat ada yang demikian itu!

Banyak masyarakat yang membesar-besarkan rasa takut kepada tuhan dan akhirat, dan tergila-gila kepada surga, tentunya! Tapi itu cerita yang lain… Dan karena realita ini, ketika para pemula yang sedang bersemangat ini, yang kurang memiliki dasar yang kuat dan belum menjalani pelatihan spritual yang sebenarnya, mendapat tambahan ilmu melebihi kapasitas yang bisa dipikulnya, mereka sekedar menutupi keadaan Diri Pencelanya (Nafsu Amarah) dengan pakaian Diri yang Terilhami dan berlagak menjadi para Sufi baru!

Seperti halnya sosialita para elit dan bangsawan mundur dari kebersamaan, orangkaya baru pun mulai mengelompok, para Sufi asli menarik diri dari masyarakat dimana para Sufi baru menjadi menonjol. Para Sufi asli semata surut ke belakang dan mengamati secara diam-diam…

Mereka yang mengeluhkan tidak mendapatkan hasil meskipun telah menggunakan waktu yang banyak dan mengerjakan amalan ini dan itu, pertama-tama mesti menaklukkan keadaan mereka sebagai Diri Pencela!

Memang mudah mengatakan “Aku” dan meniadakan sesama mahluk; memang mudah mengaku tercerahkan dan mencela orang lain!

Orang yang benar-benar telah mencapai tingkatan Diri yang Terilhami akan berbuat adil kepada segala sesuatu dan kepada setiap orang yang dijumpai, melihat mereka sebagai amanat dari Allah.

Jika dia laki-laki, dia akan berbuat adil kepada istrinya dan memberikan haknya. Jika perempuan, dia akan berbuat adil kepada suaminya, keluarganya, dan menjaga kewanitaannya. Mengaku sebagai hamba Allah tanpa memenuhi ini tidak lain hanya mengtahbiskan tuhan khayalan!

Ketidakmampuan untuk melihat Yang Esa di wajah pasangan atau anak Anda, dan mendekati mereka dari sisi hijab nyatanya, tidak lain hanya menyingkapkan hijab Anda sendiri.

Karena orang yang memusatkan hidupnya pada makanan dan seks lalu berbicara dengan fasih mengenai Diri yang Murni dan Diri yang Rida tidak berarti bahwa dia telah menaklukkan statusnya sebagai Diri Pencela!

Banyak yang berada di tingkat Diri Pencela tapi berpakaian sebagai Diri yang Terilhami. Ilmu mereka tentang Diri yang Terilhami telah menjadi dajjal dirinya, menuntun mereka untuk memilih surganya dajjal!

Sang dajjal bisa tersingkap di dalam pikiran seseorang, atau di lingkungannya, atau di suatu bangsa yang melawan masyarakat, atau melawan seluruh dunia! Sebagaimana halnya kematian dialami oleh individu juga pada tingkat masyarakat, begitu juga dengan dajjal. Ia merupakan pola dasar atau contoh dan bisa mengambil bentuk yang berbeda di tingkatan yang berbeda. Fungsinya adalah untuk membuat kebingungan akan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang asli dan mana yang palsu, mana yang pantas dan mana yang tak pantas, dll. – tampil sebagai yang benar dengan samaran yang salah dan sebaliknya… Dengan kata lain, fungsinya adalah memelintirkan, menyimpangkan dan menyesatkan.

Dari sisi individu, contoh dajjal menjadi sangat jelas pada tingkat Diri Pencela. Jika orang yang bersangkutan belum menerima pelatihan spiritual yang diperlukan, keraguannya akan membuat dorongan ekstra, yang menuntun egonya menjadi seperti firaun dan terhijab selama-lamanya.

Orang-orang ahli kebenaran akan memBACA sistem dan menyampaikan hal-hal yang belum dibicarakan sebelumnya, sedangkan orang-orang di luar itu akan menghabiskan waktunya membicarakan kabar angin dan omong-kosong.

Pada akhirnya, setiap orang akan menemukan apa yang layak baginya!

 

 

5.5.99

 



[1]Rincian tentang bagaimana para guru sufi bertindak dan teknik-teknik mana saja yang mereka terapkan bisa ditemukan di sumber yang relevan.

13 / 26

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini