Pengorbanan

Allah telah menetapkan rezeki semua mahluk sebelum mereka diciptakan. Rezeki dari sang hamba akan mendatanginya sebagian demi sebagian, dari titik ketika dia diciptakan hingga waktu tak terhingga, sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan baginya.

Apapun yang dibutuhkannya untuk memenuhi pengabdiannya dengan cara yang berfaedah, diberikan kepadanya di setiap saat. Bergantung pada penciptaan dan sifatnya, dia harus melakukan ‘pekerjaan’ yang diperlukan agar rezeki ini mendatanginya. Tidak seorang pun akan mendapat lebih atau kurang sedikitpun dari apa yang telah ditentukan baginya. Dengan mengatakan, “Seandainya saya melakukan ini…” atau “seandainya saya melakukan itu, saya akan menghasilkan lebih banyak…” hanya menunjukkan bahwa dia tidak mengerti akan sistem ini.

Orang buta bukanlah orang yang matanya tidak melihat, melainkan orang yang tidak mampu melihat sistem dan tatanan universal ini!

Allah memberi!

Dan terkadang, Allah menginginkan pengorbanan!

Dan terkadang, penebusan!

Pengorbanan untuk pembersihan, penebusan untuk penyelamatan.

Tapi bagaimana mengenai tali kekang yang Anda kenakan sendiri? Jika Anda tidak bisa melepaskannya dari Anda di dunia ini, Anda tidak akan pernah bisa melepaskannya di dunia berikutnya.

Tali kekang itu bernama “Aku,” dan satu-satunya cara untuk melepaskannya adalah dengan membayar tebusan. Mengorbankan diri anda sendiri!

Melakukan pengorbanan adalah tentang menyadari ketiadaan diri-identitas yang Anda anggap ada dan meniadakannya, mengorbankannya, kepada Yang Maha Hidup.

Orang bijak suka memberi. Mereka memberi tanpa menuntut imbalan.

Sang “Aku”-yang-terikat suka mengambil. Dan mereka tak pernah memberi tanpa imbalan.

Moralnya Allah seperti bagaimana Dia mengirimkan hujan tanpa menuntut imbalan, Dia memberi udara tanpa imbalan, Dia memberi kita mata agar kita melihat keindahanNya tanpa imbalan, Dia memberi kita tangan bisa memegang dan menikmati keindahannya tanpa imbalan…

Sungguh, masing-masing akan menjalani apa yang telah ditentukan baginya dan masing-masing akan menjalani hasil dari perbuatannya.

Saya hanya bisa menyampaikan kepada Anda apa yang telah ditakdirkan buat Anda, tapi pemberinya adalah Allah. Kita semua akan sukses dalam apa yang telah dimudahkan bagi kita menurut penciptaan. Apa yang tidak bisa kita capai adalah apa yang belum ditentukan bagi kita.

Hujan jatuh di atas tanah tandus yang tak pernah hijau. Tapi ia tak pernah berhenti turun…

Ekspektasi bisa dari harapan atau dari ketidaktahuan. Orang-orang yang memikul kuburan mereka di punggungnya telah meninggalkan dunia… Mereka adalah orang-orang yang “berlari kepada Allah” …

Bagaimanapun juga, kawan, saya harap saya tidak banyak menyita waktu Anda…

Memberilah tanpa berharap imbalan… Jika perlu, bayar pula tebusannya, bahkan, berikan pula sang “Aku” yang mengikat Anda!

Untuk bisa bermoral dengan moralnya Allah adalah dengan memberikan semua yang Anda miliki!

Kita datang ke dunia dengan telanjang, kita akan telanjang pula ketika kita pergi. Berikan dunia Anda, akhirat Anda, meskipun itu menyakitkan, meskipun itu membakar Anda, berikan semua yang membuat diri Anda sebagai “Anda” …

Murnikanlah diri Anda, seperti emas dimurnikan dengan api, murnikan diri Anda dari kedirian Anda dan raih maqom Diri yang Murni!

Jika ini yang menjadi tujuan Anda diciptakan, akan dimudahkan bagi Anda, Anda akan dapati diri Anda melakukan apapun yang diperlukan dalam jalan ini… Tapi mungkin saja tidak mudah sama sekali, mungkin akan sulit untuk memberi, mungkin akan membakar Anda, mungkin Anda sudah terbakar… Bagaimana pun adanya, ketahuilah bahwa ini baik untuk Anda, ini memurnikan Anda, membakar Anda habis dan menjadi bebas sama sekali!

 

 

AHMED HULUSI


26 / 26

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini