Skenario
Rumah kami di New Jersey tidak begitu besar. Ada dua kamar di lantai atas. Ada kantor saya dengan satu PC, dua sofa dan perpustakaan…
Jika ada kesempatan, saya turun ke ruang santai yang luasnya sebesar kamar tidur kami di Turki. Ruangannya terbagi dua, sebagian area makan dan sebagian lagi terisi sepasang sofa dan TV 53 inci.
Menonton TV mengistirahatkan pikiran saya. Ketika saya melatih aksen Amerika saya, saya melihat dunia imajinasi mereka…
Kebanyakan acaranya adalah opera sabun yang penuh drama emosional, atau film-film aksi teknologi ultra. Terkadang saya bingung ketika melihat teknologi yang digunakan dalam film-film ini dan berpikir, “Mengapa orang-orang ini memiliki teknologi semacam itu namun tidak bisa menangani satu orang saja seperti Saddam atau Milosevic.”
Itu ketika orang menyadari bahwa yang nampak bukanlah yang sesungguhnya, dan banyak yang terjadi di balik layar; dan apa yang ditampilkan sangat berbeda dengan apa yang tidak ditampilkan!
Itu ketika orang menyadari bahwa anarki, terorisme dan perang itu direncanakan dan tidak beremaksud dicegah, karena kepentingan orang-orang tertentu meskipun mereka memiliki kekuasaan dan sarana untuk menghentikannya; mereka memilih tidak menghentikannya demi keuntungan pribadi! Industri senjata adalah kekuatan keuangan yang penting, seperti halnya industri minyak dan gas! Itu adalah dunia dari mereka yang menjual dan orang yang dibeli!
Dunia para gajah dan para nyamuk!
Lalu kemudian kami menulis, mengutuk dan memrotes… “Brengsek…!”
Kadang saya terbawa suasana ketika menonton sebuah film, dan mulai bereaksi, “Apa!? Seolah kamu akan melakukan itu! Mestinya kamu melakukan ini… Betapa idiotnya!” Istri saya, Cemile Kamer, memandang saya dan tertawa, “Begitulah skenarionya, sayang. Jika dia tidak melakukan itu, bagaimana kejadian-kejadian lainnya akan terjadi? Laki-laki miskin itu hanya menjalankan perannya, bukan? Mengapa engkau marah kepadanya? Itu bukan kesalahannya. Bagaimanapun juga, jika dia melakukan apa yang engkau pikirkan maka filmnya tidak akan sesuai alur ceritanya. Jadi, jika engkau ingin memarahi seseorang, marahlah kepada penulis skenarionya. Lagi pula, bukankah kita pun sedang menjalankan peran yang telah dituliskan bagi kita?”
Ketika saya diingatkan seperti ini oleh ibu negara, saya bungkam dan terdiam… Saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyetujuinya… Untuk saat itu!
Sang aktor tidak bisa mengubah skenario!
Sebelum kembali ke PC saya, saya menonton sedikit dari NBC, FOX, CNN… Saya menonton berapa banyak serangan yang diluncurkan terhadap Bosnia, dan menyimak berapa banyak lagi orang-orang Bosnia yang dibunuh oleh orang-orang Serbia.
Saya pun mendengar sejumlah kematian di Turki dan merasa kasihan…
Tapi inilah “kenyataan hidup!”
Ini bukan sebuah film… Ini nyata!
Kita dilahirkan, kita tumbuh. Ketika tumbuh, kita mengambil norma-norma dari masyarakat kita, baik ataupun buruk, dan menjadi terkondisikan dengannya. Kita mengembangkan karakter, dengan kontribusi tambahan dari gen kita tentunya, dan mulailah pertempuran kehidupan…
Terkadang kita menipu, terkadang terttipu. Terkadang kita salah, terkadang disalahkan. Terkadang hancur dan bangkit, terkadang patah dan bangkit, dan terkadang, untuk memuaskan ego kita, kita menginjak yang lain dan bangkit…
Sebagian mulai berpikir dunia mengitari dirinya, sebagian berpikir orang lain akan kehilangan arah tanpa pendapat mereka!
Sebagian dari kita bertempur untuk uang, sebagian lagi untuk pangkat dan penghargaan, namun kita semua hidup untuk negeri kita dan masyarakat kita!
Untuk orang-orang, kita mengisi saku kita. Untuk agama kita mengisi saku kita. Jika bukan uang, maka untuk label pangkat dan reputasi!
Apa tujuan universal dari kehidupan?
Uang…
Pangkat…
Kehormatan…
Perempuan…
Semua permainan dimainkan disekitar ini semua.
Segala sesuatu menjadi berharga hingga Anda mendapatkannya. Ia berharga hingga Anda bisa membelinya!
Ketika Anda memilikinya, Anda kehilangan daya tariknya; tidak lagi menarik dan menyenangkan… Kemudian mencari sesuatu yang baru!
Kita berpikir bahwa tidak ada yang tidak bisa dibeli atau dimiliki atau dikendalikan!
“Berapa harganya?” kita terus bertanya… Bahkan kita berusaha menaksir harga Allah!
Jumlah uang tak pernah cukup!
Jabatan tak pernah cukup!
Kemasyuran tak pernah cukup!
Perempuan tak pernah cukup!
Karena itu saja yang kita tahu!
Dan kita tidak memiliki keyakinan kepada Rasulullah SAW. Maka mengapa mesti peduli untuk memahami maksud yang beliau tunjukkan kepada kita?
Kita hanya peduli tentang menemukan cara lain untuk makan-makan, minum-minum dan tidur!
Jika bukan karena takut kepada sosok tuhan khayalan, kita bahkan tidak akan menderma atau berbuat baik kepada orang lain.
Oh, tapi bagaimana jika ada kehidupan setelah kematian?
Rasa takut ini mengendurkan sebagian dari kita…
Sedikitnya, mengekang kecenderungan hewani kita… Sedikit!
Ketika rasa takut akan api dan siksa neraka berpadu dengan rasa takut kepada tuhan, ia berfungsi seperti sebuah rem! Orang-orang yang tidak memiliki rasa takut semacam itu bagaikan mobil-mobil tanpa rem.
Kapan mereka berhenti? Apabila mereka tabrakan!
Tapi semua itu hanyalah panggung sandiwara lainnya… Kita bahkan tidak menyadarinya! Masih banyak panggung-panggung yang disediakan bagi kita!
Dengan siapa Anda berbagi panggung ini, Siapa yang Anda kendalikan, yang Anda tindas atau manfaatkan akan sangat berarti untuk panggung berikutnya… Anda merancang benih Anda, gen-gen spiritual Anda, sekarang ini.. Anda tidak tahu apa yang akan dihasilkan benih ini bagi Anda, akan membuat hidup Anda bagaimana!
Orang-tua makan buah asam, tapi anak-anak yang ngilu giginya!
Orang yang tidak bisa memahami kebenaran tentang kehidupan setelah kematian dan menjalani hidupnya sekehendak dia, berjuang hanya untuk mengumpulkan harta dan kesenangan, pada akhirnya akan menghadapi derita (siksa) yang pedih.
Pikirkanlah tentang peran yang sedang Anda mainkan saat ini di panggung ini akan mengarahkan Anda ke panggung-panggung berikutnya; pikirkanlah tentang akibat-akibatnya!
Bahkan jika Anda tidak memahami ini, sedikitnya cobalah untuk memainkan peran yang baik. Jika Anda bisa melakukannya, Anda telah diberkati. Jika Anda tidak melihat pentingnya hal ini atau merasa tidak memerlukannya, maka sebaiknya persiapkan diri Anda untuk penderitaan yang akan terjadi!
Saya sedang belajar dengan mengambil nasihat istri saya. Saya sedang belajar melihat sang penulis skenario dan tidak marah-marah kepada para aktor…
Salam buat Anda!
21.4.99