Stabilitas
Untuk menemukan stabilitas itu sukar!
Untuk bisa stabil itu sukar.
Merupakan hal yang sukar untuk berpikir dan hidup dengan cara yang stabil…
Hanya sedikit yang berhasil mencapainya!
Untuk bangun dalam kestabilan.
Untuk tetap stabil ketika terjaga.
Untuk stabil ketika bekerja.
Untuk stabil dengan pasangan Anda.
Untuk bisa dalam kestabilan ketika makan.
Untuk menjalani kehidupan duniawi dalam kestabilan.
Untuk menjalani dunia Anda dalam kestabilan.
Untuk mempunyai hubungan yang stabil dengan dunia Anda dan sistem ini…
Anda hadir di dalam sebuah sistem dan tatanan, dan akan selalu demikian.
Baik anda memenuhi ketentuan dari sistem ini, hidup dalam keseimbangan dan kestabilan dan mengubah dunia Anda menjadi surga, dan melihat manifestasi Allah di setiap saat…
Atau Anda menolak karunia yang dilimpahkan kepada Anda, dan berpegang teguh pada remah-remah informasi yang Anda kumpulkan dari sana sini, dan memamerkannya seperti orang kaya baru, sama sekali tak-seimbang!
Harinya akan tiba ketika semua yang anda ketahui akan dihapus… Anda akan mendapati diri Anda mengulang-ulang beberapa baris yang Anda ingat “AKU yang Esa!” “Anda yang Esa!” “Segala sesuatu Tunggal” bla bla bla…
Meraih keseimbangan hidup dan berkemampuan untuk berselaras atau menangani perkara-perkara kehidupan merupakan dua masalah yang paling penting…
Untuk mampu mengatasi hubungan dengan sesama…
Untuk mampu menangani atau memahami ilmu…
Untuk mampu mengelola dunia, dan dunia Anda!
Orang yang bisa menangani dan menyelaraskan perkara-perkara adalah orang yang seimbang dan memiliki kestabilan – di setiap bidang – orang yang tidak merasa perlu untuk pamer, tidak merasa perlu untuk mendapatkan penerimaan dari orang lain, atau membuktikan dirinya kepada orang lain…
Kesatuan dialami di surga!
Dunia adalah tataran keserbaragaman, dimana ketentuan-ketentuan sistem dan tatanan disingkapkan…
Surga itu kekal abadi!
Dunia Anda kekal abadi!
Berhati-hatilah! Jangan memahami surga dan dunia sebagai ruang, juga memahami bumi seperti halnya orang-orang jahil!
Orang-orang yang tidak stabil menarik surga ke bumi… Ya, bumi itu di ruang angkasa, tapi diatur oleh seperangkat hukumnya sendiri… Otak-otak yang berhitung tidak sanggup memahami ini!
Jika seseorang tidak membersihkan dirinya dari emosi-emosinya, secara otomatis akan menghasilkan kondisi tidak seimbang dan tidak stabil, karena emosi membutakan mata orang yang berakal…
Para pengguna ilmu, pada semua tingkatan, selalu kaum intelek. Baik itu Kecerdasan Transendental (Aql al-Ma’ad) ataupun Akal Universal (Aql al-Qull) atau Akal Pertama (aql al-Awwal) tidak masalah, selalu saja kaum intelek yang menghargai ilmu.
Kaum intelek adalah manifestasi dari sifat ilmu di wajah penciptaan.
Ilmu lebih tinggi dibanding irfan (gnosis), karena ilmu merupakan sifat yang turun dari atas, sedangkan irfan disingkapkan dari sang hamba dan membantu dalam asensi.
Itulah sebabnya tidak ada sifat semacam ‘arif’ di antara sifat-sifat Allah, tapi ada sifat yang disebut ‘ilmu’ yang dirujuk dengan nama ‘al-’Alim.’
Ilmu bukanlah informasi yang diberikan dalam fakultas sains atau kelas sufi yang diajarkan di fakultas Seni!
Seperti dinyatakan oleh Yunus Emre, “Ilmu itu untuk memahami ilmu; ilmu itu mengenal diri Anda sendiri!” Yakni bahwa ilmu adalah penyingkapan-Diri dari sang pencipta langit dan bumi!
Orang yang kenal dengan dirinya akan mampu berselaras…
Orang yang kenal dengan dirinya akan memiliki keseimbangan dan kestabilan…
Orang yang kenal dirinya akan berbuat adil menurut sistem dan tatanan…
Orang yang kenal dirinya akan berpendirian teguh dan berbuat adil dengan pengabdiannya!
Orang yang gagal meraih ini bukanlah orang yang berilmu melainkan seorang penghafal, tidak banyak berbeda dengan hard drive komputer.
Tapi bagaimana jika ada yang menanyakan, “Stabil atau tak-stabil menurut siapa?”
Ingatlah bahwa seseorang yang mempunyai kestabilan tidaklah stabil di mata orang yang tak-stabil!
Karenanya, bisa kita katakan, jika seseorang punya hati nurani yang bersih, kehidupan yang damai dan tenang, mampu melihat keindahan Allah di sepanjang waktu, bermoral dengan moralnya Allah, bisa menyelaraskan ilmu dan menjalaninya, maka orang ini mempunyai keseimbangan dan stabilitas! Orang ini tidak hidup untuk dirinya sendiri tapi untuk bermanfaat bagi orang lain, meskipun itu mungkin mengharuskannya untuk mengasingkan diri atau menarik diri!
Tapi orang yang menyebabkan hasutan dan menimbulkan masalah bagi orang lain, bergosip, menyebarkan kabar-angin, dan menunjukkan ketidakbersyukuran, jelas merupakan orang yang tidak stabil.
Mengharapkan penghormatan atau ingin dihormati orang lain, tidak merasa puas dengan spiritualitas dan mengejar kekayaan dunia, mengklaim keunggulan dan merasa memiliki wewenang atas orang lain, semua itu pertanda tidak mampu menangani dan menyelaraskan karunia tertentu…
Semoga Allah memberkati kita dengan teman-teman sejati, yang memiliki kestabilan dan mampu berselaras, dan selalu menjaga kita di jalan ilmu dan stabilitas!
3.4.99