Meskipun saya mengatakan kata ‘ditetapkan’, mari perhatikan ayat berikut:
“Setiap hari Dia mewujudkan DiriNya dengan cara yang berbeda.” (Qur’an 55:29)
Dengan kata lain, Allah hadir dalam tiap dimensi, melalui beragam bentuk dalam dimensi itu.
Serupa dengan itu, ketika benar adanya bahwa tidak ada “kehendak bebas” dan hanya Kehendak Allah, benar pula bahwa setiap individu hidup dengan kehendaknya sendiri.
Walau nampaknya sangat bertentangan satu sama lain, pada kenyataannya merupakan dua sisi dari realitas yang sama. Tidak berarti bahwa ada kehendak Allah yang lebih besar dan kehendak manusia yang lebih rendah. Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan di antara keduanya; perbedaan timbul hanya dalam persepsi saja. Yakni, ketika dipandang dari kelima indera, ada penyebaran (dispersi), sehingga ada banyak kehendak. Ketika dipandang dari kesadaran, ada kesatuan, dan hanya Kehendak Yang Esa. Sebagai akibatnya, seseorang bisa mengklaim, “Ada kehendak yang lebih tinggi berkenaan dengan Allah” dan itu akan benar, namun ia tidak bisa mengklaim, “Juga ada kehendak yang lebih rendah berkenaan dengan manusia” atau sebaliknya, karena itu merupakan kesan dari hal yang sama.
Di alam kesadaran, tidak ada yang namanya bagian-bagian ataupun entitas tunggal (monad), hanya ada Keseluruhan. Yang nampak sebagai banyak hanyalah hubungan-hubungan dan ekspresi-ekspresi yang berbeda dari Nama-nama Yang Esa. Karenanya, ketika kita mengatakan ‘juga’, kita sedang menunjuk ‘yang lain’ selain Yang Esa, yang menyiratkan syirik(mempersekutukan Allah dengan yang lain).
Seperti halnya tangga yang disebutkan di atas, jika kita menghilangkan satu anak tangga darinya, apakah ia menjadi berarti? Secara bersamaan, semua anak tangga membentuk tangga; mereka tidak berarti apapun jika berdiri sendiri, karena satu anak tangga tidak akan membawa Anda kemana pun. Kehendak Yang Esa bagai tangga tersebut; setiap anak tangga yang menyusun tangga tidak terpisah atau berbeda darinya. Jadi, ketika merujuk pada ucapan “kehendak individu”, pada intinya tidak berbeda dengan kehendak Yang Maha Tinggi. Ketika tangga ini terus berkembang dan memanjang, tampilan wujudnya berubah. Ayat yang mengatakan Allah menyingkapkan DiriNya dengan cara berbeda setiap harinya, merujuk pada perwujudan-perwujudan ini.
Ketika sifat hidup Allah tercermin pada kita, kita mengatakan “Aku hidup”. Kekekalan kita berkenaan dengan sumber hidup kita, sifat hidup Allah. Hal yang sama berlaku pula dengan ilmu, kehendak, kekuasaan kita dan yang lainnya.
Jika kita dapat mengubah arah pandangan dan mulai memandang sesuatu dari intinya bukan dari cangkang luarnya, mungkin kita dapat menyadari bahwa segala sesuatu yang kita manifestasikan berasal dari Allah dan kepatuhan kepada petunjuk agung ini pasti akan membawa kita kepada aktualisasi potensi-potensi kita.
Ketetapan (takdir), yang kita bahas sebelumnya, tidak dimaksudkan bahwa kita cukup duduk-duduk saja tanpa melakukan apapun karena segala sesuatu telah ditetapkan! Sistem ini tidak membolehkan ketidakaktifan! Mereka yang statis tidak akan selamat dalam Sistem ini. Seperti halnya sel primer, yang terbentuk oleh sperma dan telur, tidak akan menjadi wujud apapun jika ia mengatakan, “Aku telah ditetapkan menjadi manusia dan karenanya tidak perlu bagiku untuk membelah dan memperbanyak diri...” Sungguh mustahil bagi sel untuk tidak memperbanyak diri. Itu bertentangan dengan alam; mau tidak mau mesti melipatgandakan dirinya!
Serupa dengan itu, mau tidak mau kita mesti menjadi diri sendiri. Menjadi anak-tangga manapun kita ditetapkan, dalam tangga kemanusiaan ini, kita pasti akan mengalaminya!
Tujuan akhirnya terkandung dalam sel primer dari keberadaan kita. Sel tersebut mengandung karakteristik-karakteristik saya, secara genotif dan fenotif, namun tidak mendefinisikan saya di setiap detilnya.
Jika kita memandang sesuatu dari sudut astrological, misalnya, kita mengatakan bahwa kita saat ini di bawah pengaruh Uranus, dimana Uranus mencerminkan ciri-ciri Aquarius. Dari hal ini kita tidak bisa menyimpulkan bahwa “Hulusi nantinya akan menulis sebuah buku” atau “Hulusi akan merenungkan hal ini atau hal itu”.
Gelombang baru yang datang dari Uranus pasti akan merangsang proses pikiran tertentu, namun hasilnya akan beragam pada masing-masing individu, bergantung pada pangkalan data yang telah ada. Jika pangkalan data saya telah siap untuk mengeluarkan pikiran baru, maka rangsangan yang masuk akan berpengaruh baik pada kecerdasan saya. Namun jika kapasitas ini kurang pada diri saya, atau saya tidak dalam moda menerima masukan, gelombang tersebut tidak akan berpengaruh pada fungsi otak saya. Beragam pengaruh planetar yang sampai ke otak tidak lebih dari sekedar rangsangan untuk mengaktifkan bagian-bagian tertentu dari otak.
Contoh lain adalah eksperimen medis yang dilakukan pada kucing. Aktivitas seksual kucing-kucing meningkat secara signifikan ketika pusat seks dalam otak mereka dirangsang dengan elektroda. Ketika pusat kemarahan mereka dirangsang, mereka mulai menggeram. Jadi dapat difahami bahwa ketika bagian tertentu dari otak ‘teriritasi’, otak tersebut akan merespons. Serupa dengan itu, ketika data astrological mencapai otak, ia tiba dalam format elementer tanpa maksud tertentu. Bergantung pada bagian otak mana yang menerima data, dan bagaimana ia memrosesnya, serta kandungan pangkalan datanya dan penafsiran yang dibuatnya, perilaku yang dihasilkan akan berbeda.
Sedangkan mengenai takdir...
Tujuan akhir dan jalan yang membawa kita ke sana, telah ditetapkan bagi kita. Segala yang lainnya bergantung pada program individu yang kita jalankan, serta akibat-akibat alaminya. Program kita selalu sinkron dengan pengaruh-pengaruh malaikati yang datang dari kedalaman-kedalaman dimensi kita. Karenanya, perilaku kita merupakan gabungan dari pengaruh kedalam dan pengaruh keluar yang selalu mengitari kita.
Formasi inilah yang kita sebut sebagai ‘kehendak individu’. Menolak kehendak individu sama saja dengan menolak formasi ini! Mengatakan bahwa kehendak individu dan ‘Kehendak Yang Esa’ adalah ‘satu dan hal yang sama’, tidak berarti menolak kehendak individu; dengan mengklaim es sebagai air tidak menegasi formasi yang disebut ‘es’ (namun juga tidak menetapkan keberadaan terpisah terhadap es.)