Inilah sebabnya mengapa Nabi Muhammad (saw) mendorong pengejaran ilmu dengan kata-kata beliau:
“Carilah ilmu sejak buaian hingga liang lahat”, karena raihan ilmu lah yang meningkatkan kapasitas pangkalan data yang ada di dalam otak kita dan terangkat kepada jiwa kita. Pengalaman hidup kita sesungguhnya merupakan hasil dari informasi yang terkandung dalam pangkalan data ini. Kualitas dan banyaknya ilmu yang kita pasok kedalamnya lah yang mendefinisikan ‘pengalaman’ hidup kita, apakah itu seperti-neraka atau seperti-surga.
Para Sufi mengatakan: “Tinggalkanlah berbicara dengan orang bodoh!”
Siapakah orang bodoh itu?
Mereka yang tidak tahu dengan kebodohannya!
Mengapa harus ‘meninggalkannya’? Sederhana; karena orang semacam itu tidak menambah apapun kepada para pencari ilmu. Para pencinta ilmu mesti berteman dengan mereka yang ilmunya lebih tinggi dan lebih dalam dari dirinya, dan hanya mendekati mereka yang di bawahnya dengan maksud berbagi ilmu.
Pencinta ilmu berusaha untuk mengumpulkan ilmu dengan semangat yang sama dengan pencinta dunia yeng berusaha mengumpulkan uang dan kekayaan, dengan mengabaikan kehidupan akhirat. Ini karena para pengejar ilmu mengetahui bahwa ia tidak akan mendapatkan ilmu lebih banyak untuk mengembangkan jiwanya lebih jauh setelah ajal tiba. Itulah sebabnya mengapa penting bagi pencari ilmu untuk memperhatikan kata-kata gurunya: “Carilah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”, “Carilah ilmu walau ke negeri Cina”, “Bertemanlah dengan mereka yang ilmunya lebih tinggi dari kalian!”
Ilmu yang handal adalah ilmu yang berguna setelah kematian, sedangkan ilmu yang tak berguna tidak bermanfaat di kehidupan akhirat. Ketika mereka yang tercerahkan mengingatkan kita terhadap pengejaran ilmu yang tak berguna, mereka bukannya melarang sama sekali ilmu yang demikian, melainkan menasihati agar tidak terikat dan rusak olehnya. Karena semua ilmu yang ditemui memiliki tujuan dan tak satupun yang ditemui secara kebetulan.
Semua hal yang dialami oleh penciptaan tercakup dalam tujuan dan program yang telah ditetapkan. Tidak satupun tanpa alasan. Kita semua dilengkapi dengan program yang diperlukan untuk memenuhi tujuan yang dikehendaki Pencipta bagi kita. Kita tidak dapat melaksanakan sebuah kode yang tidak tercatat dalam program kita!
Mari saya contohkan apa yang terjadi pada diri saya…
Ketika usia saya sekitar 15-18 tahun, saya berpikiran bahwa saya adalah orang berintelejen tinggi. Saya sering merasa heran mengapa Allah menghendaki saya terlahir di Istambul, bukannya di negara yang lebih berkembang seperti di Eropa atau Amerika Serikat. Bahkan saya pikir akan lebih tepat jika saya lahir di Mekah atau Madinah. Kebijaksanaan apa di balik kehendak ini?
Setelah tahun-tahun berlalu, saya sadar bahwa jika saya lahir dan dibesarkan di Mekah atau Madinah, pemahaman agama saya mungkin tidak akan melewati pemahaman ‘harfiah’, membuat saya tak mampu untuk membaca makna simbolik dan kiasan dari agama. Sebaliknya jika saya lahir di Barat, saya mungkin menjadi ilmuwan yang hebat, namun terjauhkan dari ilmu yang disampaikan Nabi Muhammad (saw).
Namun Allah menghendaki saya lahir di Istambul, sebuah kota diperbatasan Timur dan Barat, tepat di tengah kedua dunia! Jadi, saya mendapat manfaat dari ajaran-ajaran Timur dan sumberdaya-sumberdaya dari Barat, membentuk gabungan dari keduanya. Mungkin saya akan terjauhkan dari ini jika tempat lahir saya pada peta sedikit lebih ke kiri atau sedikit lebih ke kanan!
Seperti itulah Allah memberikan lingkungan dan sumberdaya yang diperlukan untuk memenuhi tujuan unik dari setiap individu.
Semua itu berdasarkan pandangan yang bergerak dari Esensi ke arah luar.
Jika kita memandangnya dari arah sebaliknya, dan melihat Esensi dari realitas luar, kita bisa berkesimpulan terbalik bahwa orang-orang dalam kehidupan kita, lingkungan kita, dan pekerjaan kita semuanya merupakan pertanda berita bagus atau bencana.
Jika dipandang dengan cara ini, hal ini menarik untuk dipikirkan! Seseorang tak lagi merasa perlu untuk mengatakan ‘Saya berharap…’ karena ia sadar dengan keyakinannya bahwa segala sesuatu akan dan selalu berjalan sesuai dengan ketetapan! Tidak ada gunanya mengatakan ‘Andai saja saya tidak melakukan kesalahan itu di masa lampau’. Sungguh, kesalahan itu mesti dilakukan, pelajarannya mesti diambil, emosinya mesti dijalani, dan segala sesuatu mesti terjadi tepat seperti itu, sehingga kita mengetahui diri kita dan mencapai ketetapan kita.
Kesalahan dan dosa mengajari kita pelajaran berharga. Dengan bertobat, kita bisa dibersihkan dari dosa, namun pelajaran yang kita dapat mesti kita pelihara selamanya. Hidup merupakan perjalanan yang harus kita lalui untuk mencapai tujuan dan ketetapan kita. Segala hal yang ditemui dalam perjalanan ini, termasuk kesalahan yang kita buat, diadakan untuk membantu dan membimbing kita ke arah tersebut.
Bayangkan sebuah tangga dengan milyaran anak tangga. Jika ketetapan Anda dalam hidup merupakan anak tangga ke-22222, maka ke sanalah tepatnya pengalaman hidup akan membawa Anda. Melalui orang-orang yang Anda temui dan peristiwa-peristiwa yang Anda lalui, Allah membentuk Anda dan mengukir Anda agar bersesuaian dengan posisi tertentu, tidak lebih tidak kurang.
Allah, dalam Ilmu QidamNya (Pra-Eternal), telah merancang tangga istimewa ini, yang disebut sebagai ‘kemanusiaan’, dimana masing-masing orang ditetapkan sebagai anak tangga tertentu; tak seorang pun dapat keluar dari peran atau posisinya dalam tangga ajaib ini.
Cepat atau lambat, tiap-tiap orang akan memainkan perannya dan menempati anak tangga yang ditetapkan baginya. Ketika tangganya sempurna, hari kiamat pun akan terjadi.