Pada saat kematian, setelah otak ‘dimatikan’ dan berhenti berfungsi dalam bentuk ‘daging’nya, ‘system reboot’ akan terjadi dan hidup kita akan berlanjut dengan cadangan (back-up) dari otak astral (gelombang) kita. Karenanya, kami melihatnya penting untuk membuat back-up dengan ilmu yang kokoh dan bermanfaat!
Segala sesuatu yang diuraikan dalam Al-Qur’an dan oleh Nabi Muhammad SAW adalah realitas dan akan hidup! Hal yang penting adalah memecahkan arti dari ayat-ayat ini dengan benar, tanpa salah menafsirkannya atau mengambilnya secara harfiyah. Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa manusia akan dibangkitkan (diciptakan kembali) dari tulang ekornya di akhirat. Menafsirkan sabda ini sebagai kebangkitan fisik tubuh yang terbuat dari daging dan tulang adalah sebuah kejahilan. Jelas sekali bahwa ini adalah sebuah metafora untuk menunjukkan bahwa suatu ‘bentuk kehidupan’ akan berlanjut setelah kematian. Contoh lain misalnya, beliau mengatakan “matahari akan muncul dalam jarak satu mil dari bumi”. Hal ini sesuai dengan pemahaman ilmiah dewasa ini bahwa pada akhirnya matahari akan menelan bumi, dan bumi akan menguap.
Umat Islam bahkan salah memahami ayat yang berkaitan dengan ‘ruh’. Ketika para ulama Yahudi menanyakan tentang ruh kepada Nabi Muhammad SAW, sebuah ayat diwahyukan sebagai jawabannya, dengan menyatakan “Sedikit yang telah dibukakan kepada kalian tentang ruh”. Ayat ini berbicara kepada para ulama Yahudi, mengatakan kepada mereka bahwa ‘sedikit atau tak ada pengetahuan’, mengenai ruh, yang diberikan kepada umat Yahudi. Sungguh, ada informasi yang cukup banyak mengenai ruh di dalam Islam, seperti yang dikatakan Ghazali,
“Seseorang yang hampa dari pengetahuan ruh tak kan dapat mencapai pencerahan.”
Ruh kita adalah keberadaan kita sebenarnya! Ia adalah dunia kita. Nabi Muhammad SAW mengatakan:
“Ruhmu adalah tubuhmu dan tubuhmu adalah ruhmu.”
Kita adalah apa yang kita persepsikan!
Namun …
Dalam diri kita juga terdapat potensi kekhalifahan, yang telah kita abaikan! Kita menjadi tidak sadar lagi terhadap gerbang yang ini, yang membuka kepada dimensi ekspansi elektromagnetik kosmik kita!
Jika kita membentuk dan mengisi dunia kita dengan kemakmuran yang menanti kita di balik gerbang kekhalifahan (sifat-sifat dari dimensi Nama-nama), maka dunia kita akan berubah bentuk menjadi surga dan pada akhirnya akan bersatu dengan Allah. Ayat berikut merujuk kepada pemurnian dunia seseorang, yakni persepsinya!
“Sungguh beruntung orang yang membersihkan diri” [Qur’an 87:14]
Kita merajut dunia kepompong kita, bukan hanya dengan informasi genetik warisan namun juga dengan semua pengkondisian yang kita terima selama hidup kita. Pangkalan-data kita sepenuhnya ‘berdasarkan’ pada nilai-nilai prakondisi ini, yang menyalurkan dan membentuk hidup kita, untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk!
Pendek kata, hidup kita semata-mata berdasarkan pada dunia luar. Kita tak pernah benar-benar menyadari bahwa hidup kita dihabiskan dalam kepompong yang kita rajut sendiri, dan bukan di dunia luar!
Walaupun kita mengalami contoh keberadaan seperti-kepompong di setiap malam ketika pergi tidur, kita tidak mengenali atau memikirkannya! Dalam tidur, kita sama sekali sendiri, tak ada teman, meski mungkin berbaring di samping kita, tak ada anak, di ruang sebelah, tak ada siapapun bersama kita!
Ketika kita mengalami kematian dan berpindah ke beradaan non-materi, semua kesan saat itu juga ditinggal, termasuk orang-orang dan benda-benda. Kita melangkah sendiri dalam perjalanan kita, hanya membawa pengkondisian dan persepsi kita.
Tujuannya adalah membersihkan pikiran kita dari penilaian yang ditetapkan sebelumnya, berdasarkan gelombang data instans-instans, dan merenovasi dunia-dunia holografik kita dengan bahan yang penting, sedemikian rupa sehingga berubah dari rumah kumuh menjadi sebuah istana yang pantas bagi seorang sultan.
Seorang sultan adalah orang yang hidup sesuai dengan Nama-nama Allah, seorang khalifah!
Seseorang yang dapat memecahkan kepompongnya akan beruntung dan dipromosikan ke dimensi ekspansi elektromagnetik kosmik sebagai teman Allah (waliyy), dimana dunianya akan ‘seperti-surga’.
Nabi Muhammad SAW mengatakan:
“Di surga, masing-masing orang akan memiliki dunianya sendiri, yang terkecil darinya 10 kali lebih besar dari bumi, dan kepada mereka dikatakan: ‘Berharaplah pada apa yang engkau inginkan, karena keinginanmu akan dikabulkan!’”
Dengan kata lain, tiap-tiap orang akan menjadi sultan dari dunianya sendiri.
Bagi mereka yang memilih hidup di tempat kumuh, yakni yang tidak mengembangkan otaknya dan hanya mengisinya dengan sampah, akan menerima akibatnya selama-lamanya!
Maka gunakanlah otak Anda dan amati serta evaluasi kebenaran secara ilmiah atau patuhlah kepada jalan yang dicontohkan Nabi muhammad SAW untuk Anda – karena tidak ada yang lain yang dapat menyelamatkan.
15 February 2010