Ruh, Malaikat dan Jin #12
'Ruh' adalah kata yang sering diulang di dalam Al-Qur'an. Bahkan, kita pun cukup sering menggunakan kata ini dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa ungkapan seperti "Aku tiupkan dari RuhKu’” serta “Mereka bertanya kepadamu tentang Ruh”.
Bagaimana kita mesti memahami dan memosisikan makna 'ruh' yang disebutkan di sini? Menurut ayat ini, apakah kita tidak boleh membicarakan masalah ruh?
Jika Anda memandang ayat ke dua dari perspektif yang keliru, bahkan Anda tidak boleh berbicara mengenai ayat pertama!
Ayat “Wa nafakhtu fiihi min ruhii (15:29); ditiupkan kepadanya dari ruhKu,” dibaca secara harfiah dan tidak dianalisis, Mengenai ayat yang ke dua: “Wa yas'aluunaka anir-Ruh (17:85); Dan mereka bertanya kepadamu mengenai ruh.
01:39 Tiga orang Yahudi diutus untuk membuktikan kebenaran Rasulullah. Mereka mengajukan tiga pertanyaan, salah satunya berkenaan dengan ruh.
02:39 Kaum Yahudi belum diberi pengetahuan atau informasi mengenai ruh. Individu yang tidak memiliki ilmu mengenai ruh, yang tidak mengenal ruhnya sendiri, tak bisa menjadi orang suci (wali).
03:29 Yakni fitur-fitur dari Nama-nama yang melekat! “Aku meniupkan dari ruhKu” sebenarnya merujuk kepada fakta bahwa wujud individu itu tersusun dari Nama-namaNya.
04:39 Namun ruh juga mempunyai makna lain; wujud di luar tubuh.
06:06 Malaikat adalah cahaya ilmu Allah (Nur). Mereka tak bisa dilihat. Sebaliknya, jin dapat dilihat.
07:36 Malaikat Jibril, Mikail, Izrail, dan Israfil, keberadaannya merupakan komposisi-komposisi dari makna Nama-nama. Yang dirujuk sebagai Jibril adalah kekuatan (atau daya) dari ilmu, sebuah komposisi makna-makna yang sangat luas. Ia tak memiliki bentuk - murni ilmu (Nur).
08:24 Entitas malaikati yang aslinya tak memiliki bentuk akan mengambil bentuk berdasarkan informasi yang mewujudkannya dalam otak Anda.