Sunnah Rasulullah
Nabi Muhammad (saw) adalah seorang yang 'Hanif' sejak mudanya, yakni menolak konsep ketuhanan. Kemudian, dengan Risalahnya, beliau beriman kepada dan hanya menyeru kepada yang Esa yang ditunjuk dengan nama Allah, dengan mengingatkan umat akan kebenaran universal:
“Laa taj'al ma'aLlahi ilaahan akhara fataq'uda mazmuuman mahdzuula ”
“Jangan membuat [di dalam pikiran kamu] tuhan yang lain selain Allah (jangan menuhankan diri khayal kalian)! Agar tidak mendapati dirimu tercela dan terhina (sebagai akibat perbuatan syirikmu, pemahaman mendua, engkau akan terkurung oleh batasan-batasan egomu bukannya mewujudkan potensi tak hingga dari esensimu). ” (Al-Qur'an 17:22)
Karena konsep tuhan mengarahkan perhatian orang kepada dunia luar, menjauhkan mereka dari realitas diri mereka sendiri, yang secara alami mengakibatkan keberadaan seperti neraka.
Sunnatullah menetapkan bahwa apabila seseorang mengingkari sesuatu, maka dia menjadi terhijab dari segala sesuatu yang berkenaan dengannya, dan dia akan beralih ke dimensi berikutnya dalam keadaan terhijab pula!
00:15 Saya ingin melanjutkan topik sunnatullah dalam bab ini untuk memastikan bahwa perkara ini difahami dengan baik dan untuk menyapu bersih ilusi bahwa 'Tuhan adalah bapak, sang Rasul adalah ayah'.
02:21 “Pemahaman bahwa Anda tak kan pernah memahami Allah, adalah pemahamannya Allah” (Abu Bakar)
06:12 Sebagian orang mengira saya menentang sunnah karena saya tidak percaya bahwa mengikuti kebiasaan dan adat masyarakat Quraisy penyembah berhala ada hubungannya dengan mengikuti sunnah Rasulullah…
08:12 Rasulullah (saw) sekedar menunjukkan rasa hormatnya kepada kebiasaan dan adat kaum Quraisy dan karenanya berselaras dengan mereka; bukan karena itu penting bagi beliau, melainkan karena beliau tidak ingin bersikap tak hormat kepada kaumnya.
10:24 Karena, apabila beliau menjelaskan mekanisme sunnatullah yang tak dikenal berkenaan dengan topik itu, bisa menimbulkan kesalahfahaman dan menghasilkan banyak penafsiran.